Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Generasi Muda dan Demokrasi Digital di Indonesia
14 Desember 2024 19:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Listyorini Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri bahwa generasi muda saat ini memiliki pandangan yang lebih luas serta ketertarikan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Mereka telah hidup lebih lama dalam ekosistem digital, menjadikan mereka bagian dari masyarakat yang sangat aware mengenai teknologi dan perputaran isu terutama di media sosial. Generasi muda sendiri cenderung vokal terhadap isu-isu yang dekat dengan mereka, seperti kesetaraan ekonomi, akses pendidikan, dan aspek-aspek sosial lainnya. Media sosial menjadi senjata utama generasi muda dalam menyebarkan informasi, menyampaikan aspirasi, menyatukan gerakan, serta membangun jaringan komunitas yang jauh lebih luas.
ADVERTISEMENT
Gibran Rakabuming Raka yang sekarang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia memiliki cara unik untuk menjaring aspirasi masyarakat, yakni dengan melalui akun media sosialnya di Twitter @gibran_tweet. Sejak dirinya menjabat sebagai Wali Kota Solo saat itu, ia menggunakan platform tersebut sebagai alat berkomunikasi dengan masyarakat, terutama menerima laporan dan keluhan dari masyarakat. Selain Twitter, Gibran juga memiliki akun Instagram pribadi yakni @gibran_rakabuming. Gibran menegaskan bahwa keberadaan kedua akun media sosial tersebut ia gunakan sebagai alat untuk memudahkan dirinya menyampaikan berbagai informasi penting pemerintah kepada masyarakat. Selain itu, akun media sosianya juga digunakan untuk menjaring aspirasi dan keluhan dari masyarakat.
Media sosial telah menjadi ruang publik baru di mana warga negara aktif mendiskusikan isu-isu politik, menyampaikan keluhan, dan berbagi aspirasi. Pemerintah yang dianggap responsif terhadap partisipasi ini tidak hanya memperhatikan percakapan yang terjadi di media sosial, tetapi juga menggunakan platform tersebut untuk menunjukkan bahwa mereka mendengarkan dan merespons kebutuhan masyarakat. Generasi muda sebagai warga negara menggunakan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan TikTok untuk mengangkat isu sosial dan politik.
ADVERTISEMENT
Demokrasi Digital bagi Generasi yang Akan Datang
Era demokrasi digital membawa peluang besar untuk meningkatkan partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Namun, tantangan yang muncul, terutama bagi generasi muda dan generasi mendatang, tidak bisa diabaikan. Salah satunya yang sangat sering kita temui adalah algoritma media sosial yang seringkali hanya memperkuat satu pandangan tertentu, menciptakan "echo chambers" di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang mereka setujui. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya polarisasi politik, yang dapat memperburuk perpecahan, serta menghambat dialog yang sehat antar kelompok dengan pandangan berbeda.
Bagi generasi muda, akan sulit bagi mereka untuk kemudian memahami sudut pandang lain karena exposure lingkungan digital yang homogen. Selain itu, hal tersebut juga beresiko menimbulkan gesekan atau konflik di dunia maya, yang dapat merembet ke dunia nyata dan mempengaruhi hubungan antargenerasi dan antar kelompok. Selain itu, penyebaran berita palsu (hoaks) dan misinformasi yang cepat melalui media sosial dapat memengaruhi persepsi dan keputusan politik. Hal tersebut kemudian dapat mengakibatkan penurunan kepercayaan terhadap institusi demokrasi akibat pengaruh narasi palsu, serta tumbuhnya generasi yang skeptis terhadap informasi publik, menghambat keterlibatan politik yang sehat.
ADVERTISEMENT
Di sinilah kita kemudian diharapkan untuk menjadi lebih bijak dalam menggunakan media sosial terutama dalam berdemokrasi. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membentuk lingkungan demokrasi digital yang jauh lebih sehat antara lain :
ADVERTISEMENT