Handika Tuntaskan Event Paris-Brest-Paris Hanya dalam Kurun Waktu 62 Jam

Lita  Lestianti
Ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktunya dengan menulis.
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2023 20:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lita Lestianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Handika di event Paris-Brest-Paris 2023
zoom-in-whitePerbesar
Handika di event Paris-Brest-Paris 2023
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Handika, akhirnya menuntaskan event Paris-Brest-Paris 2023 Dalam waktu 62 Jam atau kurang dari 3 hari, yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 4 hari. "Alhamdulillah saya ucapkan terimakasih pada Tuhan sudah memberikan saya kekuatan sampai hari ini," ujarnya. Bersama Ej-Sport, Handika dengan bangga menaklukan event Paris-Brest-Paris ini. Serta sebagai persembahan dan hadiah untuk kemerdekaan Indonesia yang ke 78.
ADVERTISEMENT
“Badan orang bisa dirantai, tetapi semangat merdeka tidak dapat diikat. Sembari merayakan HUT Indonesia, saya ingin mengajak semua teman-teman penggiat olahraga untuk mendukung saya bersepeda sejauh 1.200 km dari Paris menuju Brest dan kembali lagi ke Paris,” ungkapnya sebelum menuntaskan event tersebut.
Handika merupakan salah 1 dari 5 Spartan Indonesia yang mengikuti event Paris-Brest-Paris 2023. Selain Handika ada Lucky BW, Afandi Munir, Adipati Bob, dan Datya. Kelima Spartan Indonesia itu mengungkapkan membawa misi kemanusiaan dalam perjalanannya di Paris-Brest-Paris 2023. Selain menaklukan event Paris-Brest-Paris, seorang Handika, bersama dengan Ej-Sport mengungkapkan niat mulianya. Bahwa event bersepeda ini untuk didonasikan ke anak yatim piatu di setiap kayuhannya.
“Saya tidak bisa berjuang sendiri. Mari sebarkan misi ini menjadi bagian perjuangan untuk adik-adik yatim piatu. Indonesia bisa, Indonesia mendunia. Misi ini juga sesuai semangat EJ-Sport,” tutur Handika, captain tim cyclist Spartan Indonesia. Tepat sebelum menaklukan salah satu event ultra-cycling bergengsi dan tertua di dunia, yakni Paris-Brest-Paris. Bukan hanya Handika, namun keempat Spartan lainnya juga berjuang dengan sangat apik di event Paris-Brest-Paris. Handika, Lucky BW, Afandi Munir,Adipati Bob, dan Datya yang menjadi perwakilan dari Indonesia tidak mengecewakan para pecinta sepeda. Berbekal semangat "Everyone Can" kelima spartan ini, bersama Sport-Gel sukses menuntaskan misi ini dengan semangat dan kerja keras.
ADVERTISEMENT
Handika yang sebelumnya menyelesaikan 600 Km dalam waktu 21 Jam, kini meningkatkan performanya di event paris-Brest-Paris 2023. Padahal target dari ketiga Spartan tersebut menuntaskan tantangan Paris-Brest-Paris dengan jarak tempuh 1.200 km, dalam kurun waktu 80 jam. Namun dengan kegigihan dan kerja kerasnya, Handika yang merupakan seorang kapten tim cyclist spartan Indonesia menuntaskan salah satu event tertua ini dalam kurun waktu kurang dari 3 hari.
"Sebenarnya waktu bisa lebih cepat, tapi di km 960 kaki saya bermasalah, jadi agak sedikit sakit di bagian lutut. Sepanjang 240 km saya menggunakan kaki kiri untuk medal," kata handika yang telah menaklukan event bersepeda berjarak 1.200km tersebut. "Kaki kanan hanya ikut saja, krn tidak bisa ditekan dan sudah sakit sekali," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan ketika gowes Jakarta-Bali, di Paris-Brest-Paris ini tentu para Spartan tak mendapatkan support dari siapapun, kecuali Ej-Sport “Everyone Can”. Setelah memecahkan rekor di negeri sendiri, mereka pun menaklukkan tantangan paris brest paris yang diselenggarakan di Paris dengan jarak tempuh 1.200 km. Dalam Paris-Brest-Paris ini, mereka pun membuktikan dan membawa harum nama Indonesia bersama EJ Sport "Everyone Can."
Handika dengan medali finisher Paris-Brest-Paris, balap sepeda jarak jauh sejak 1891
Handika menjelaskan sering mengikuti event, mulai dari 200, 400, sd 600km. Kebetulan di Paris ini 1.200, tanpa basa-basi ia menantang untuk langsung mengikuti di paris. Handika juga mengaku rutin latihan 100 km per hari, serta mengkonsumsi EJ-Sport agar mampu membuat massa otot lebih tahan lama.
Sebenarnya Handika hampir menyerah di km 960. Tapi ia merasa ada dorongan bahwa misi ini harus selesai. Karena ia ingin donasikan ke anak-anak yatim piatu. Bahkan di km 960 Handika sempat istirahat 1 jam karena rasa sakit yg tidak bisa ia tahan. Ditambah kaki kanannya tidak bisa menekan pedal dan sisa perjalanan tersebut menggunakan kaki kiri. Dengan tekadnya ia melanjutkan perjalanan dan berhasil menaklukan Paris-Brest-Paris 2023.
ADVERTISEMENT
Untuk rencana kedepannya, seorang handika akan melakukan proses recovery penyembuhan kaki. Sekaligus juga acara bersama EJ-SPort untuk santunan anak yatim piatu, untuk memberikan donasi yang sudah terkumpul.