Sarat Tantangan, Karya Internet Indonesia Jaya Berkibar di Dunia

Literasi Digital Indonesia
Dikelola oleh Tim Komunikasi Publik Gerakan Nasional Literasi Digital SIBERKREASI (siberkreasi.id)
Konten dari Pengguna
9 April 2019 22:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Literasi Digital Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Laporan dari Forum WSIS 2019*

Sesi Pembukaan WSIS 2019
zoom-in-whitePerbesar
Sesi Pembukaan WSIS 2019
ADVERTISEMENT
[ literasi digital ] Pada pelaksanaan forum World Summit on the Information Society (WSIS) 2019 di Jenewa, Indonesia berhasil membawa pulang 4 (empat) penghargaan Champion dari PBB. Penghargaan tersebut merupakan hasil dari kompetisi yang ketat, melibatkan 1062 inisiatif yang didaftarkan dari seluruh dunia melalui ajang WSIS Prizes.
ADVERTISEMENT
Empat penghargaan Champion untuk Indonesia tersebut diraih oleh:
“Data Bojonegoro” adalah layanan data, informasi, jurnal kepustakaan online bagi masyarakat dan pengampu kebijakan di Bojonegoro. “Baktiku Pada Petani” adalah program peningkatan kapasitas petani dan pertanian dengan menggunakan platform digital. “Baktiku Negeriku” adalah program yang mendorong pemberdayaan komunitas rural dengan pendekatan berbasis teknologi informasi. Sedangkan “Saintif” adalah media online edukasi dan pengetahuan karya mahasiswa Universitas Diponegoro yang dibangun secara swadaya.
Acara penganugerahan bagi pemenang diselenggarakan pada Selasa (9/4/2019) dan diberikan langsung oleh Sekretaris Jenderal International Telecommunication Union (ITU), Houlin Zhao, kepara para Champion yang terdata ada 72 insiatif / karya pilihan dari berbagai negara dunia, bertempat di markas besar ITU - PBB, Jenewa.
Foto Bersama Champion dan Delegasi Indonesia bersama Sekjen ITU (tengah), Dirjen PPI Kemkominfo (sebelah kiri Sekjen ITU) dan Dubes RI di Jenewa (sebelah kanan Sekjen ITU)
Secara khusus Champion dari Indonesia didampingi oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Ahmad Ramli bersama dengan Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib beserta Delegasi RI.
ADVERTISEMENT
Menurut informasi yang dikutip dari situs WSIS, jumlah karya atau inisiatif yang didaftarkan tahun 2019 ini mengalami peningkatan sebesar 216% dari tahun sebelumnya. Dari 21 Desember 2018 hingga 10 Februari 2019, lebih dari 2 juta suara dari netizen di berbagai negara diberikan untuk memilih karya yang selanjutnya akan ditinjau secara komprehensif oleh kelompok ahli yang ditunjuk PBB.
Sarat Tantangan
Fajrul Falah (sebelah kiri) bersama Sekjen ITU
"WSIS Prizes adalah ajang belajar, berbagi pengetahuan dan berjejaring yang luar biasa," ujar Fajrul Falah, mahasiswa jurusan fisika, semester 8 pada Universitas Diponegoro yang bersama kedua temannya yang menginisiasi portal Saintif. Suka duka dan tantangan kerap dihadapi, apalagi sebagai sebuah project nirlaba untuk konten di Internet yang minim dana ala mahasiswa. Apakah pihak kampus semisal rektor sudah memberikan apresiasi selayaknya dan atensi sebagaimana diharapkan atas peraihan prestasi yang mendunia ini? "Belum," jawabnya singkat. "Namun semoga saja capaian (Saintif - Red.) ini bisa menginspirasi kawan-kawan muda lainnya, untuk terus mengibarkan karya Internet Indonesia ke dunia" tegasnya.
Fajar Eri Dianto (paling kanan), Nova Wijaya (kedua dari kanan), dan Mohammad Muat (ketiga dari kanan) bersalaman dengan Sekjen ITU
Mohammad Muat, yang turut hadir ke Jenewa mewakili RTIK bersama Nova Wijaya dan Fajar Eri Dianto, pun menyatakan antusiasmenya untuk sebanyak mungkin belajar dari berbagai karya dan inisiatif Champion manca negara. " Pemda Bojonegoro juga salah satu stakeholder yang memungkinkan Data Bojonegoro bisa meraih penghargaan ini. Semoga kembali ke Indonesia, kami (RTIK - Red.) bisa makin giat dan erat bekerjasama dengan para pihak terkait. Ini tantangan tersendiri," tegasnya. Tantangan, menurut Muat, lantaran memang perlu ada visi-misi yang kuat dari para stakeholder saat memberdayakan Internet bagi kepentingan masyarakat.
Triyoga Pramudita (paling kiri) dan Jowvy Kumala (kedua dari kiri), mewakili Telkomsel, berfoto bersama Sekjen ITU (kedua dari kanan) setelah menerima penghargaan.
Adapun "Baktiku Negeriku" merupakan program CSR dalam bentuk kontribusi dan kolaborasi Serikat Pekerja Telkomsel yang menitik beratkan pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di berbagai daerah pelosok di Indonesia melalui teknologi, pemberdayaan masyarakat, serta pendidikan. Dikutip dari situs Telkomsel, program yang melibatkan partisipasi langsung dari para karyawan Telkomsel ini meliputi berbagai aktivitas seperti kerja sukarela karyawan (employee volunteering), gerakan peduli lingkungan (green movement), pembangunan fasilitas pusat digital (digital center), serta pembangunan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Bukan Jago Kandang
Pada kesempatan terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ketika berdialog dengan perwakilan Relawan TIK Indonesia penerima Champion WSIS Prizes 2019, di sela-sela peluncuran buku seri literasi digital Siberkreasi pada Senin (1/4/2019) lalu di kantor Kemkominfo, menegaskan pentingnya Indonesia untuk terus menunjukkan kiprahnya di bidang TIK agar menjadi contoh bagi negara lain.
“Kita harus tunjukkan bahwa (Indonesia) bukan jago kandang, caranya dengan berkompetisi pada ajang global semisal WSIS Prizes. Pencapaian ini merupakan hal yang membanggakan dan perlu terus ditingkatkan seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Kompetisi ini juga untuk terus memacu kita berkarya lebih baik lagi, tidak lantas berpuas diri,” ujar Menteri yang kerap dipanggil Chief RA ini.
Sesi Pembukaan WSIS 2019
Kompetisi WSIS Prizes itu sendiri adalah ajang tahunan yang mengundang seluruh pemangku kepentingan bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dari berbagai negara di dunia untuk menyampaikan inisiatif karya yang terbagi atas 18 kategori. Penghargaan tersebut mengumpulkan dan mengevaluasi usulan dari seluruh dunia mengenai aktivitas industri TIK, baik perangkat keras, jaringan, dan aplikasi melalui proses seleksi yang sangat ketat oleh ITU yang merupakan badan tertinggi PBB pada bidang teknologi dan informasi.
ADVERTISEMENT
Pengajuan karya tahun ini didistribusikan berdasarkan wilayah sebagai berikut: 16,9% dari Afrika, 29% dari Asia dan Pasifik, 6,5% dari Eropa Timur, 19,4% dari Amerika Latin dan Karibia, 27,7% dari Eropa Barat, dan 0,5% dari internasional program.
Penulis: Donny B.U** dan Adya Nisita***
*) Tulisan ini adalah laporan terbuka kepada publik dan pemangku kepentingan terkait.
**) Penulis hadir pada Forum WSIS 2019 dan rapat MAG IGF di Jenewa (Maret 2019) dalam kapasitas sebagai Perwakilan Tetap Indonesia untuk IGF - PBB. Penulis juga editor buku Pengantar Tata Kelola Internet dan dapat dihubungi melalui http://donnybu.id
***) Penulis adalah Riset Manager Siberkreasi dan mengikuti sesi Forum WSIS 2019 secara remote dari Jakarta. Penulis dapat dihubungi melalui email adyanst[at]@gmail.com
ADVERTISEMENT