Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dari Persepsi ke Realitas: Memahami Konsep Diri Melalui Lensa Teori Hurlock
20 Desember 2024 23:20 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Litza Nadya Marita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam memahami konsep diri, Elizabeth Hurlock memberikan pandangan yang mendalam mengenai bagaimana individu memandang dan menilai diri mereka sendiri. Konsep diri, menurut Hurlock, merupakan gambaran komprehensif tentang diri seseorang yang meliputi keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspiratif, dan prestasi yang telah dicapai. Melalui lensa teori Hurlock, kita dapat membedakan antara konsep diri positif dan konsep diri negatif, yang masing-masing memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kepribadian individu.
ADVERTISEMENT
Konsep diri menjadi salah satu aspek penting dalam psikologi perkembangan karena ia berfungsi sebagai kerangka acuan bagi individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hurlock membagi konsep diri menjadi dua kategori utama: konsep diri sebenarnya (real self) dan konsep diri ideal (ideal self). Konsep diri sebenarnya mencerminkan bagaimana individu melihat dirinya berdasarkan pengalaman dan interaksi sosial, sedangkan konsep diri ideal adalah gambaran tentang siapa mereka ingin menjadi. Ketidaksesuaian antara kedua konsep ini dapat mengarah pada perasaan tidak puas dan konflik internal, yang sering kali berujung pada pengembangan konsep diri negatif (Kiling, 2015).
Konsep Diri Positif
Individu dengan konsep diri positif memiliki kesadaran yang baik tentang kelebihan dan kekurangan mereka. Menurut Hurlock, mereka mampu menerima dan menghargai diri sendiri secara utuh. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka untuk tetap optimis meskipun menghadapi tantangan atau kegagalan. Misalnya, seorang remaja yang percaya pada kemampuannya untuk belajar dari kesalahan akan lebih cenderung untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Mereka memahami bahwa setiap kekurangan dapat diimbangi dengan kelebihan lain, sehingga mendorong mereka untuk terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, individu dengan konsep diri positif tidak terjebak dalam penilaian negatif terhadap diri sendiri. Mereka melihat kekurangan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pengembangan pribadi. Hurlock menekankan bahwa perasaan tidak nyaman atau cemas dapat menjadi pendorong untuk mencapai potensi terbaik mereka. Dengan demikian, individu dengan konsep diri positif cenderung memiliki harga diri yang tinggi dan mampu menghadapi situasi sulit dengan lebih baik.
Konsep Diri Negatif
Sebaliknya, konsep diri negatif sering kali ditandai oleh ketidakpuasan dan keraguan terhadap kemampuan diri. Individu dengan konsep diri negatif mungkin merasa cemas atau tidak percaya diri ketika menghadapi situasi sosial atau tantangan baru (Saefullah, Lailiyah, Rosyida, 2021). Misalnya, seorang siswa yang merasa gugup saat presentasi di depan kelas mungkin mencerminkan ketidakmampuan untuk menerima dirinya sendiri sepenuhnya. Hurlock menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman negatif dalam hidup, seperti kritik dari orang lain atau kegagalan dalam mencapai tujuan, dapat memperkuat konsep diri negatif ini.
ADVERTISEMENT
Konsep diri negatif juga dapat menghambat perkembangan individu. Mereka mungkin terjebak dalam pola pikir yang merugikan, di mana fokus utama adalah pada kelemahan daripada potensi yang dimiliki. Untuk mengatasi hal ini, Hurlock menyarankan bahwa individu perlu belajar untuk mengubah cara pandang mereka terhadap diri sendiri—dari menilai secara kritis menjadi menerima dan menghargai segala aspek dari dirinya (Kiling, 2015).
Melalui pemahaman tentang konsep diri positif dan negatif menurut Hurlock, kita dapat melihat pentingnya membangun citra positif tentang diri sendiri sebagai langkah awal menuju perkembangan pribadi yang sehat. Dengan demikian, proses pembelajaran tentang konsep diri tidak hanya membantu individu memahami siapa mereka saat ini tetapi juga memberikan arah bagi siapa mereka ingin menjadi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, penulis melakukan observasi dengan menggunakan metode wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep diri siswa Sekolah Menengah Atas dan setaranya. Instrumen yang digunakan adalah skala konsep diri yang terdiri dari aspek positif dan negatif. Berikut merupakan skala yang digunakan pada saat melakukan wawancara:
Skala Konsep Diri Positif:
ADVERTISEMENT
Skala Konsep Diri Negatif:
Observasi dilakukan pada tanggal 11 Desember 2024 di SMAN Triguna Utama. Peneliti melakukan observasi terhadap empat siswi SMAN Triguna Utama yang bernama Jasmine Salsabila (16 thn), Annisa Nabila Ramadhani (17 thn), Isnayni Cahya Pramudita (17 thn), dan Tengku Vira (16 thn), penjelesan lebih lanjut sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis dari jawaban responden pertama, gabungan dari jawaban skala konsep diri positif dan negatif ini menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki campuran antara sikap positif dan negatif terhadap dirinya sendiri. Meskipun ada pengakuan terhadap kelemahan dan perasaan negatif terkait kegagalan atau kritik, individu ini juga menunjukkan kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang lain.
Secara keseluruhan, individu ini berada dalam proses perkembangan konsep diri yang kompleks, di mana mereka berusaha untuk mengatasi perasaan negatif sambil tetap berfokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Hal ini sejalan dengan teori Hurlock yang menyatakan bahwa pengalaman hidup dan interaksi sosial berperan penting dalam membentuk konsep diri seseorang.
Secara keseluruhan, jawaban yang diberikan mencerminkan kombinasi antara konsep diri positif dan negatif. Individu ini menunjukkan sikap optimis dan bersyukur terhadap keberhasilan, serta melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Dukungan keluarga juga berkontribusi positif dalam hidupnya. Namun, ada elemen negatif seperti kesulitan dalam mengontrol diri, kerentanan terhadap kritik, dan perasaan gagal memenuhi harapan orang tua.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, individu ini menunjukkan ketahanan dengan mengubah pengalaman negatif menjadi motivasi untuk maju. Dengan demikian, individu ini berada dalam proses pengembangan konsep diri yang kompleks, berusaha mengatasi tantangan internal sambil tetap fokus pada aspek positif. Ini mencerminkan perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih baik dan pengembangan kepercayaan diri yang lebih kuat.
Secara keseluruhan, jawaban yang disampaikan mencerminkan kombinasi antara konsep diri positif dan negatif. Individu ini menunjukkan kemampuan untuk belajar dari kesalahan, menjaga ketenangan, dan berusaha memperbaiki diri—semua ini adalah aspek positif dalam pengembangan konsep diri. Dukungan dari lingkungan positif juga dianggap penting dalam membangun kepercayaan diri. Namun, terdapat juga elemen negatif seperti ketidakpercayaan diri, perasaan gagal, dan ketakutan akan kegagalan dibandingkan dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Meskipun individu ini memiliki kekuatan dalam mengelola emosi, mereka masih berjuang dengan kerentanan emosional dan rasa takut tidak dapat mencapai kesuksesan. Dengan demikian, individu ini berada dalam proses pengembangan konsep diri yang kompleks, berusaha mengatasi tantangan internal sambil tetap berfokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Ini mencerminkan perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih baik dan pengembangan kepercayaan diri yang lebih kuat.
Secara keseluruhan, jawaban yang diberikan mencerminkan kombinasi antara konsep diri positif dan negatif. Individu ini menunjukkan kemampuan untuk belajar dari pengalaman baik dan buruk, serta memiliki pandangan optimis bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Mereka juga mampu menjaga ketenangan dalam menghadapi tantangan dan mengandalkan dukungan orang tua sebagai sumber kekuatan. Namun, terdapat elemen negatif seperti ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kerentanan terhadap pengaruh eksternal, dan perasaan mengecewakan orang lain.
ADVERTISEMENT
Meskipun individu ini mengalami insecurity dan perasaan negatif lainnya, mereka tetap berusaha untuk melihat sisi positif dari situasi tersebut. Dengan demikian, individu ini berada dalam proses pengembangan konsep diri yang kompleks, berusaha mengatasi tantangan emosional sambil tetap fokus pada pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. Ini mencerminkan perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih baik dan peningkatan kepercayaan diri yang lebih kuat.
------
Teori Hurlock membagi konsep diri menjadi dua bagian: konsep diri sebenarnya (real self) dan konsep diri ideal (ideal self). Responden menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kedua konsep ini, di mana mereka menyadari kekurangan dan kelemahan dalam diri tetapi tetap berusaha untuk memperbaiki diri dan mencapai potensi terbaik mereka.Hurlock juga menekankan pentingnya pengalaman awal dalam membentuk konsep diri.
ADVERTISEMENT
Pengalaman positif maupun negatif yang dialami responden selama hidup mereka berkontribusi pada pembentukan identitas dan cara pandang mereka terhadap diri sendiri.Secara keseluruhan, keempat responden berada dalam proses pengembangan konsep diri yang kompleks, di mana mereka berusaha mengatasi tantangan emosional sambil tetap fokus pada pertumbuhan pribadi dan pembelajaran dari pengalaman hidup. Hal ini mencerminkan perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih baik dan peningkatan kepercayaan diri yang lebih kuat, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam teori Hurlock.
------
Litza Nadya Marita (11230130000041), kelas 3B PBSI.
Artikel Populer ini untuk memenuhi tugas Tugas Akhir Semester pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2024.
Dosen pengampu: Moilidah, M. Psi.
ADVERTISEMENT
-----
DAFTAR PUSTAKA.
Kiling, I. Y. 2015. "Tinjauan Konsep Diri dan Dimensinya pada Anak dalam Kanak-Kanak Akhir". Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Volume 1(2).
Saefullah, M., Siti, L., Rosyida, I. K. 2021. "Pengaruh Konsep Diri dalam Kesiapan Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi". Jurnal Al-Qalam, Volume 22 (1).