Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kematangan: Perspektif Behavioristik vs. Humanistik dalam Proses Belajar
26 Oktober 2024 10:05 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Litza Nadya Marita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsep kematangan dan teori belajar merupakan dua pilar penting dalam memahami perkembangan individu, baik dalam konteks pendidikan maupun psikologi. Kematangan mengacu pada proses perkembangan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan bertindak dengan cara yang lebih kompleks dan adaptif. Dalam konteks pendidikan, kematangan ini sangat relevan karena setiap individu memiliki laju perkembangan yang berbeda, yang dapat memengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, teori belajar behavioristik dan humanistik menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana individu belajar dan berkembang. Teori behavioristik, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti B.F. Skinner dan John Watson, menekankan pada pengaruh lingkungan dan pengalaman yang terukur dalam proses belajar. Dalam pandangan ini, perilaku dapat dipelajari dan dimodifikasi melalui penguatan dan hukuman, sehingga fokus utama adalah pada perilaku yang dapat diamati.
Sementara itu, teori humanistik, yang diwakili oleh tokoh seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, menekankan pentingnya pengalaman subjektif dan kebutuhan individual. Dalam pendekatan ini, pembelajaran dilihat sebagai proses yang lebih holistik, di mana individu dianggap memiliki potensi untuk berkembang dan belajar secara mandiri dalam lingkungan yang mendukung. Teori ini menyoroti pentingnya motivasi, rasa harga diri, dan hubungan interpersonal dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai konsep kematangan serta kedua teori belajar tersebut, serta implikasinya terhadap praktik pendidikan dan pengembangan individu. Dengan pemahaman yang mendalam tentang kematangan dan pendekatan belajar ini, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Kematangan dalam Konteks Behavioristik
Dalam perspektif behavioristik, kematangan individu dipandang sebagai hasil dari pengalaman belajar yang terukur dan dapat diamati. Teori ini berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diukur sebagai respons terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini, kematangan bukan hanya terkait dengan usia biologis, tetapi juga dengan pengulangan dan penguatan yang dialami individu. Sebagai contoh, seorang anak yang berulang kali mendapatkan pujian atau hadiah setiap kali berhasil menyelesaikan tugas akan cenderung mengulangi perilaku tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut teori ini, kematangan berfungsi sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana individu akan bereaksi terhadap berbagai situasi belajar. Jika seorang individu belum mencapai kematangan yang diperlukan, ia mungkin kesulitan dalam mengadopsi metode pembelajaran yang lebih kompleks atau abstrak. Sebagai contoh, seorang anak mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika yang rumit jika keterampilan berpikir logisnya belum matang. Dengan demikian, pendekatan behavioristik menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang memberikan penguatan yang sesuai agar individu dapat mencapai tingkat kematangan yang diperlukan untuk belajar secara efektif.
Kematangan dalam Konteks Humanistik
Sebaliknya, pendekatan humanistik menawarkan perspektif yang lebih holistik dalam memahami kematangan dan proses belajar. Tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow menekankan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkembang dan belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Dalam konteks ini, kematangan dilihat sebagai proses yang melibatkan pertumbuhan emosional, intelektual, dan sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam teori humanistik, kematangan bukan hanya terkait dengan kemampuan fisik atau kognitif, tetapi juga melibatkan aspek-aspek seperti motivasi, kepercayaan diri, dan keterhubungan sosial. Sebagai contoh, seorang siswa yang merasa dihargai dan diterima dalam lingkungan belajar akan lebih termotivasi untuk terlibat aktif dan menyerap informasi. Dalam pendekatan ini, penting bagi pendidik untuk menciptakan suasana yang mendukung, di mana siswa merasa aman dan dapat bereksplorasi tanpa takut akan penilaian. Dengan cara ini, kematangan siswa akan berkembang secara optimal, memungkinkan mereka untuk mengatasi tantangan belajar yang lebih kompleks.
Perbandingan dan Implikasi dalam Pendidikan
Dari kedua perspektif tersebut, terlihat jelas perbedaan mendasar dalam memahami kematangan dan proses belajar. Pendekatan behavioristik lebih fokus pada pengukuran dan pengamatan perilaku, sedangkan pendekatan humanistik lebih mengedepankan pengalaman subjektif dan kebutuhan individu. Dalam praktik pendidikan, hal ini memiliki implikasi yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks behavioristik, guru dapat merancang strategi pengajaran yang menekankan penguatan positif untuk memfasilitasi perubahan perilaku. Misalnya, memberikan penghargaan bagi siswa yang menunjukkan kemajuan dalam belajar. Namun, pendekatan ini mungkin kurang memperhatikan kebutuhan emosional dan psikologis siswa.
Di sisi lain, pendekatan humanistik mengajak pendidik untuk lebih memperhatikan aspek-aspek personal dan sosial siswa. Dengan memahami kematangan dari sudut pandang yang lebih luas, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan holistik siswa. Misalnya, melalui diskusi kelompok dan kegiatan kolaboratif yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan saling mendukung dalam proses belajar.
Oleh karena itu, kematangan memainkan peran krusial dalam proses belajar, dan pemahaman yang tepat tentang kematangan dapat memperkaya praktik pendidikan. Sementara pendekatan behavioristik menawarkan metode yang sistematis untuk mengamati dan mengukur perilaku, pendekatan humanistik mengingatkan kita akan pentingnya memahami individu secara utuh. Dengan mengintegrasikan kedua perspektif ini, pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan bermakna bagi siswa, sesuai dengan tingkat kematangan mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
________
Litza Nadya Marita (41) kelas 3B
Resume Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Maolidah, M. Psi.