Konten dari Pengguna

Cara Mengelola Emosi Negatif Tanpa Menekannya

Ng Lee Yin
Mahasiswa Universitas Airlangga
11 Desember 2024 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ng Lee Yin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: (Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: (Pribadi)
Emosi negatif seperti marah, sedih, cemas, dan takut memang merupakan kondisi yang tidak bisa dielakkan atau dihindari dalam keseharian hidup. Maka dari itu, cara mengelolanya saja yang harus dibuat lebih baik agar kesehatan mental serta emosi bisa terjaga. Menekan atau menghindari justru akan memicu dampak negatif pada diri sendiri dalam jangka panjang, terutama tingkat stres yang meningkat, risiko depresi, dan gangguan kronis pada kesehatan tubuh. Sementara itu, mengenal dan menghadapi emosi secara konstruktif justru mampu membentuk ketahanan diri dan mendorong perkembangan pribadi.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama adalah memahami dan menerima emosi Anda. Menerima emosi berarti mengizinkan perasaan itu hadir tanpa berusaha menekannya atau terlalu terlarut di dalamnya. Dengan mengakui keberadaan emosi, termasuk yang negatif, Anda dapat mencegah penumpukan perasaan yang tidak tersalurkan serta melihat emosi sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan dapat dikelola. Emosi negatif sebenarnya adalah sinyal yang membantu kita memahami pengalaman dan nilai-nilai kita. Semakin kamu mencoba untuk menekan perasaan, semakin dia akan terfokus. Dengan menamai, mengidentifikasi, atau juga dengan memberi label perasaan Anda—marah, sedih, frustrasi—sebenarnya Anda sendiri memvalidasi apa yang dialami dan dengan begitu bisa mengurangi tekanan yang muncul secara emosi. Cara lain adalah, misalnya, tulislah ke halaman buku harianmu, seseorang yang kamu kenal; juga bermanfaat dan sangat memperjelas penyingkapannya. Anda juga bisa mengekspresikan emosi secara sehat tanpa menyakiti orang lain. Temukan cara yang tidak merusak, seperti berbicara dengan teman yang mendukung, melakukan kegiatan kreatif seperti seni atau musik, atau menggunakan komunikasi yang asertif untuk mengungkapkan kebutuhan serta menetapkan batasan. Pendekatan ini membantu mencegah penumpukan emosi dan memperkuat hubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melatih pengendalian emosi dengan teknik mindfulness dan relaksasi bisa sangat membantu.
Method semacam napas dalam, relaxations otot progresif, atau meditasi dapat mengurangi intensitas emosi, memberi ruang untuk refleksi yang lebih bijak, dan membantu meresponsnya dengan tenang daripada reaksi impulsif. Aktivitas seperti yoga atau relaksasi otot juga mampu menurunkan ketegangan fisik yang kerap menyertai berbagai emosi negatif. Strategi kognitif-perilaku juga dapat dimanfaatkan untuk menafsirkan keadaan sulit dalam cara-cara yang lebih positif. Sebagai contoh, memandang kegagalan sebagai kesempatan belajar dapat meredam dampak kualitas emosi yang dialami. Meningkatkan daya tahan emosional dengan adopsi gaya hidup sehat, olahraga teratur, dan pola makan seimbang, jaringan sosial yang kuat, serta berlatih rasa syukur. Maka dari itu, kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat membuatmu lebih siap dalam menghadapi stres dan bangkit dari setiap tantangan. Namun, jika emosi negatif terus-menerus muncul dan mengganggu aktivitas harian, penting untuk mencari bantuan profesional. Terapi seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) dapat membantu memproses emosi secara sehat dan mengidentifikasi akar permasalahan yang menyebabkan emosi negatif berkepanjangan. Ini adalah langkah yang terarah menuju pemulihan dan kesehatan mental yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Emosi negatif itu sendiri merupakan sesuatu yang akan selalu kita temui dalam perjalanan hidup. Suatu kejadian dan suasana dapat menandakan dampak positif untuk segala suasana sehari-hari dan kerinduan untuk melakukan kepatuhan dalam batin dan perkembangannya terhadap kelakukan seseorang tersebut dengan gampang dan serba ringan, tapi yang tetap penting dilihat adalah respons kitalah terhadapnya karena secara penuh jauh mempengaruhi kondisi mental-emosi manusia.
Referensi:
Doménech, P., Tur-Porcar, A. M., & Mestre-Escrivá, V. (2024). Emotion regulation and self-efficacy: The mediating role of emotional stability and extraversion in adolescence. Behavioral Sciences, 14(3). https://doi.org/10.3390/bs14030206
Martínez-Priego, C., García-Noblejas, B. P., & Roca, P. (2024). Frontiers. Frontiers in Psychology, 15. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2024.1425465
Wilms, R., Lanwehr, R., & Kastenmüller, A. (2020). Frontiers. Frontiers in Psychology, 11. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00877
ADVERTISEMENT