Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Membongkar Belenggu Patriarki: Menuju Kesetaraan
29 Mei 2024 7:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari lnmila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Peringatan hari kelahiran RA Kartini, pejuang emansipasi wanita Indonesia, ditetapkan sebagai hari besar nasional. Keteladanan Kartini sangat besar dalam memperjuangkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Berawal dari pembatasan akses perempuan ke pendidikan formal pada masa itu, Kartini berjuang melaluitulisan-tulisannya yang sering dimuat di majalah De Hollandsche Lelie di Belanda. Gagasan revolusioner Kartini tentang persamaan hak bagi wanita pribumi berhasil mengubah perspektif masyarakat dan memicu gerakan persamaan kedudukan yang terus berlanjut hingga saat ini. Meskipun upaya Kartini dan gerakan perempuan modern telah menghasilkan perubahan besar, budaya patriarki masih ada di Indonesia. Dalam banyak kasus, relasi antara laki-laki dan perempuan masih tidak adil; perempuan seringkali dipandang sebagai bagian dari laki-laki, dimarginalkan, dan didiskriminasi, sehingga menghambat kebebasan dan hak-hak mereka.
ADVERTISEMENT
Karena budaya patriarki, yaitu sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai raja, masih kuat di masyarakat, termasuk di Indonesia, ketimpangan gender berdampak negatif pada perempuan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Laki-laki seringkali diberi prioritas dalam tatanan patriarki, seperti pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan akses ke sumber daya, sementara perempuan ditempatkan dalam posisi subordinat, yang membatasi peluang mereka untuk berkembang secara profesional, akademis, dan sosial. Ketidaksamaan ini terlihat dalam berbagai bidang, seperti pekerjaan, di mana perempuan sering mendapatkan gaji lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk posisi yang setara, dan pendidikan, di mana norma-norma budaya yang mengutamakan peran domestik menghalangi akses perempuan ke pendidikan. Selain itu, budaya patriarki memengaruhi kehidupan pribadi dan keluarga karena perempuan sering kali harus memikul beban ganda sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga, serta menghadapi kekerasan berbasis gender, yang seringkali dianggap wajar dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai patriarki.
ADVERTISEMENT
Disebabkan oleh sistem sosial yang bersifat patriarki, yang memperkuat dominasi laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, budaya patriarki sangat berpengaruh terhadap ketimpangan gender di Indonesia. Dalam struktur sosial yang didasarkan pada patriarki, laki-laki sering diposisikan sebagai pemegang kekuasaan dan penentu keputusan. Hal ini terlihat dalam dunia kerja, di mana perempuan sering mengalami diskriminasi dalam hal upah contohnya seperti di Korea Selatan dan kesempatan karir dibandingkan dengan pria, meskipun mereka memiliki kualifikasi yang sama. Dalam hal pendidikan, kebiasaan budaya yang mengutamakan peran rumah tangga bagi perempuan seringkali menghalangi akses mereka ke pendidikan yang setara dengan laki-laki. Keterbatasan peluang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka menyebabkan banyak perempuan terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbatasan sosial ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kehidupan pribadi dan keluarga perempuan sangat dipengaruhi oleh budaya patriarki. Karena pandangan yang masih dominan bahwa perempuan adalah yang paling bertanggung jawab atas perawatan rumah tangga dan anak-anak mereka, perempuan seringkali harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga. Kondisi ini dapat menghambat perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka dalam karier dan pengembangan pribadi, serta meningkatkan stres dan tekanan mental karena mereka harus memenuhi ekspektasi ganda dari masyarakat dan keluarga. Selain itu, budaya yang bersifat patriarki juga memberikan legitimasi bagi kekerasan berbasis gender, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Ini seringkali dianggap normal atau bahkan dibenarkan dalam masyarakat yang masih menganut nilai-nilai patriarki dan seringkali menyalahkan perempuan sebagai korban.
ADVERTISEMENT
Budaya patriarki yang merugikan memiliki dampak negatif pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Pertama, menghalangi perempuan untuk memanfaatkan potensi mereka menghambat kemajuan nasional secara keseluruhan karena mengurangi kontribusi yang dapat mereka berikan dalam bidang-bidang penting seperti ekonomi, politik, dan sosial. Sistem yang tidak adil ini tidak hanya merugikan perempuan secara pribadi, tetapi juga menghalangi masyarakat secara keseluruhan untuk berkembang dan berinovasi. Selain itu, budaya patriarki berkontribusi pada masalah sosial yang kompleks, seperti peningkatan tingkat kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi, dan ketimpangan gender. Masalahmasalah ini dapat menyebabkan kemiskinan yang lebih tinggi, tingkat kriminalitas yang lebih tinggi, dan masalah kesehatan mental yang buruk. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, budaya patriarki memiliki dampak emosional yang sering melukai perempuan, menyebabkan trauma dan luka emosional yang parah karena tekanan sosial, pelecehan, dan diskriminasi yang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai kesetaraan gender, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi efek buruk dari budaya patriarki dan memastikan keadilan untuk semua orang di masyarakat. Pertama, meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender dan bahaya budaya patriarki. Pendidikan formal dan non-formal, seperti kampanye publik dan pelatihan kesadaran, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menghormati hak-hak perempuan dan mengubah sikap dan perilaku yang tidak baik. Bagi perempuan untuk diberikan kesempatan yang sama. Ini termasuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama ke pendidikan, pekerjaan, dan politik sehingga mereka dapat berkembang dan berkontribusi sesuai dengan potensi mereka. Penerapan hukum yang tegas untuk melindungi perempuan dari diskriminasi dan kekerasan, serta memberikan dukungan kepada korban untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan. Terakhir, laki-laki harus memiliki peran yang positif dalam mempromosikan kesetaraan gender. Sejauh ini, budaya patriarki telah ditunjukkan sebagai penghalang utama untuk mencapai kesetaraan gender. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai pihak—pemerintah, masyarakat sipil, dan individu—harus bekerja sama. Kita dapat memecahkan sistem patriarki dan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua orang melalui kerja sama ini, seperti pendidikan masyarakat, memberikan kesempatan yang setara, melindungi perempuan dari kekerasan, dan membangun peran yang lebih baik bagi laki-laki
ADVERTISEMENT