Duka dan Bencana Baliho Politik

MOH ALI S M
Mahasiswa Pascasarjana Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga Surabaya
Konten dari Pengguna
25 Desember 2021 9:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOH ALI S M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Baliho Politik Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Baliho Politik Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini di berbagai daerah yang ada di Indonesia banyak dilanda bencana, mulai dari banjir, gempa bumi dan erupsi gunung yang menyebabkan kerusakan di masyarakat. Seperti yang terjadi pada Gunung Semeru yang ada di Kabupaten Lumajang. Kita sebagai sesama rakyat Indonesia semestinya berempati dengan kejadian tersebut karena duka mereka adalah duka kita semua. Sudah semestinya bahu membahu menolong saudara kita, dan memberikan dukungan penuh kepada mereka yang terdampak baik secara materiil maupun nonmateriil. Namun, apa yang terjadi akhir-akhir ini malah sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang memanfaatkan kondisi bencana dan membuat kita geram, mulai dari orang-orang yang hadir ke lokasi hanya untuk foto-foto dan membuat video yang tak sepantasnya dilakukan di lokasi bencana tersebut, hal itu tentu seakan mengeksploitasi kondisi mereka demi mengejar banyaknya view, bahkan beberapa waktu lalu di tenda pengungsian malah dijadikan salah satu tempat pembuatan Shooting film oleh salah satu stasiun TV Nasional.
Tapi, itu bukan soal utama yang akan saya bahas di sini sebab ada yang lebih dari itu, banyaknya kejadian lain yang tak kalah bikin murkanya elemen masyarakat tanah air. Betapa tidak, seperti yang dilakukan oleh tokoh dan aktor politik yang sangat haus akan kekuasaan dan mengejar popularitasnya juga ikut mengambil peran dalam kejadian tersebut. entah ini karena gelap mata atau memang itu karena krisis etika dan moral, sehingga tidak bisa membedakan kapan waktunya kampanye dan kapan waktunya berduka.
ADVERTISEMENT

Warga Butuh Bantuan Bukan Butuh Baliho

Mendengar kata baliho pastinya kita sudah tahu kan yah bahwa itu adalah sebuah alat atau sarana media untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas atau sederhananya biasa digunakan untuk mengiklankan suatu produk. Namun, baliho yang akan kita bahas kali ini bukan baliho yang mempromosikan produk seperti biasanya, melainkan baliho politik. Seperti yang kita tahu demokrasi di negeri kita selalu dipenuhi dengan drama adu eksistensi calon para elite politik dalam merebut suara rakyat mulai dari yang turun langsung ke masyarakat atau hanya sekadar pamer foto di bahu jalan-jalan kota dan ada juga yang masuk gorong-gorong (misalnya) demi menarik simpatik dan hati rakyat.
Sebenarnya saya agak sedikit malas menanggapi perihal isu politik di negeri ini. Namun, kali ini saya merasa agak geli saja melihat akhir-akhir ini banyak melihat baliho bertebaran di berbagai bahu jalan, mulai dari jalan kota sampai daerah-daerah yang sejatinya menurut saya masih belum waktunya. Berawal dari narasi “Kepak Sayap Kebhinnekaan” yang di gaungkan langsung oleh ketua DPR RI Puan Maharani mulai bermunculan se-antero negeri ini, kenapa saya bilang se-antero negeri ini? Karena ya memang begitu faktanya, ke mana pun kita berjalan pasti akan menemukan foto dan narasi yang sama terpampang di baliho itu. Entah apa maksud dan tujuannya tapi yang pasti itu tidak lain hanya untuk menaikkan elektabilitas sebagai calon nomor satu di negara ini dan mencari atensi dari masyarakat secara luas, atau lebih sederhananya disebut dengan marketing politic.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, jika dilihat dari situasi saat ini, mbak Puan sapaan akrabnya, seharusnya lebih mengedepankan rasa kemanusiaan dan mengesampingkan kepentingan dan ego diri dan partai politiknya. Sebab masyarakat saat ini tidak butuh lagi yang namanya pencitraan dan sudah melek politik. Sekalipun isi baliho terkesan memberikan motivasi kepada warga terdampak, namun sulit untuk melihat ketulusan dari motivasi itu ketika justru disampaikan secara masif melalui baliho dengan wajah mbak Puan dan bahkan justru itu terlihat seperti menempatkan warga sebagai komoditas atau objek politik, di mana suara mereka akan dibutuhkan setiap menjelang pemilu.
Hal menarik lagi yaitu perihal perizinan dari adanya baliho tersebut, seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah Satpol PP Kabupaten Lumajang bahwasanya baliho tersebut tidak memiliki izin. Lantas, kenapa banyak bertebaran di seluruh bahu jalan? Hemat saya, itu tak lain karena keterlibatan partai mbak Puan sendiri yaitu PDIP. Ya meskipun dalam menanggapi perihal banyaknya baliho yang bertebaran di sepanjang jalan menuju arah lokasi terjadinya bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang seperti kata ketua DPC PDIP Lumajang yang mengatakan bahwa partainya tidak tahu menahu soal baliho tersebut, ia berasumsi bahwa relawan lah yang memasangnya. Masuk akal enggak? Pasti enggak lah yah.
ADVERTISEMENT
Tangis dan duka warga saat ini adalah hal utama yang perlu diperhatikan oleh semua pihak baik dari seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah harusnya lebih paham akan kondisi itu. Jadi, tidak seharusnya hal semacam itu terulang lagi di mana pun dan kapanpun. Karena yang namanya musibah itu butuh yang namanya support langsung mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak, dan dengan kejadian-kejadian tersebut saya rasa ke depannya dijadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Terlebih bagi para elite dan aktor politik yang sudah seharusnya mengajarkan bagaimana perihal bagaimana cara berpolitik yang baik.