Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Internet dan Kebenaran Sebuah Informasi di Masa Kini
23 November 2021 16:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari MOH ALI S, M, M, PSDM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin selama ini kegiatan yang kita lakukan dalam keseharian kita, tidak pernah lepas dari yang namanya internet. Era teknologi saat ini, peran internet sangat banyak memengaruhi perilaku manusia, karena dengan internet ini kita bisa berkomunikasi dan menerima informasi secara global. “Internetisasi” dari segala aspek kehidupan manusia saat ini telah membawa dampak yang sangat serius terhadap cara manusia menerima kebenaran. Sebelum dunia dikelilingi oleh kekuatan Internet, informasi tentang pengetahuan sangat mahal dan sulit ditemukan. Inilah sebabnya mengapa manusia di era pra-internet berlomba-lomba untuk menemukan kebenaran pengetahuan ini melalui pengujian dan kritik bersama. Pada hari-hari sebelum munculnya Internet, adalah hal yang mahal bagi manusia untuk mengejar kebenaran pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Setelah munculnya internet, bukan manusia yang mengejar ilmu dan informasi, melainkan informasi yang datang kepada manusia. Penemuan informasi dan pengetahuan baru menjadikan kita begitu instan dan mudah dalam segala hal. Oleh karena itu, manusia cenderung lalai dalam mengatur informasi. Penalaran kritis manusia dibungkam oleh berbagai kemudahan yang disediakan oleh Internet. Apakah informasi itu scam atau benar, bukan lagi urusan manusia. Apa yang orang pedulikan tentang informasi ini adalah tingkat penyebaran informasi dan sejauh mana banyak orang membicarakannya.
Era Post Truth
Saat ini, kita harus kembali menuntut nalar kritis manusia, apalagi hoax telah berhasil menghancurkan banyak aspek kehidupan manusia. Rekonstruksi nalar kritis manusia di era post truth pada dasarnya terkait dengan penggunaan kembali nalar kritis manusia untuk mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya. Penalaran kritis ini didasarkan pada kemampuan manusia untuk bertanya dan memetakan informasi yang tersebar di Internet. Alasan kritis manusia yang disebutkan di sini adalah bahwa Anda harus rela meluangkan waktu "berjuang" untuk memeriksa keaslian setiap informasi yang diberikan oleh media.
ADVERTISEMENT
Rekonstruksi nalar kritis manusia ini juga terkait dengan cara pandang manusia terhadap internet, media sosial, atau media massa online. Banyak orang mendefinisikan Internet sebagai realitas, atau menggunakan istilah surealis dalam banyak penelitian. Akibatnya, banyak orang percaya bahwa media sosial online adalah komunitas global di mana manusia berinteraksi dan membentuk pandangan satu sama lain. Ledakan "bom masalah" pada isu tertentu di media sosial akan memengaruhi persepsi publik tentang kehidupan sehari-hari di luar Internet, karena orang yang menelusuri media percaya bahwa inilah yang sebenarnya terjadi. Internet dan media sosial atau media online bukanlah realitas. Dalam pandangan Martin Heidegger (Heidegger, Being and Time 1927), semua itu hanyalah sarana untuk membantu manusia hidup.
Rekonstruksi rasionalitas manusia di era post truth tidaklah mudah, karena terkait dengan kesadaran dan pengetahuan bersama. "Racun" nyaman yang disediakan oleh Internet tampaknya begitu kuat dalam kehidupan manusia saat ini. Keduanya hampir sulit dipisahkan. Rekonstruksi rasional ini akan membuat kita sadar akan tanggung jawab setiap orang yang peduli akan kebenaran. Setiap orang diajak untuk memperlakukan Internet dan media sosial lainnya sebagai teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, informasi yang dihasilkan oleh teknologi ini juga harus dikritisi dan perlu “ditelanjangi” agar manusia dapat menikmati kebenaran yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Literasi Digital
Seperti yang kita tahu, akhir akhir ini pemerintah yang bekerja sama dengan pihak kementerian komunikasi dan informasi (Kominfo) sering melakukan sosialisasi akan pentingnya literasi digital yang dikemas dengan beberapa sub tema yang tujuannya tidak lain hanya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya memilah dan memilih sebuah informasi, karena dengan adanya literasi digital tersebut merupakan salah satu solusi untuk menghindarkan kita dari suatu kesesatan informasi (disinformasi), sehingga kita bisa benar-benar mengerti akan kebenaran suatu informasi dan jauh lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses informasi, literasi digital berkaitan dengan kemampuan penggunanya untuk menggunakan teknologi sebijak mungkin demi menciptakan interaksi dan komunikasi yang positif.
Prinsip dasar literasi digital menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital (2018) yaitu yang pertama Pemahaman, pemahaman yang dimaksud adalah pentingnya mengetahui akan sebuah informasi baik secara implisit ataupun secara eksplisit. Kedua saling ketergantungan, media satu dengan yang lainnya tetap berhubungan di mana antara satu dengan yang lain tetap saling melengkapi. Ketiga faktor sosial, dalam hal ini media saling berbagi pesan atau informasi kepada masyarakat. Karena keberhasilan jangka panjang media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi. Keempat kurasi, Artinya kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami serta menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Sehingga masyarakat mampu mengumpulkan dan mengorganisir informasi yang dinilai bermanfaat bagi dirinya.
ADVERTISEMENT
Kebermanfaatan literasi digital tersebut bisa kita rasakan setelah mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi dan tidak mudah dalam menelan informasi mentah-mentah. Oleh karena itu, kita sebagai generasi yang hidup di era post truth saat ini perlu kiranya membentengi diri dengan melek digital dan mengedukasi masyarakat agar tidak terbawa arus informasi hoax yang sekiranya menyesatkan dan malah merusak kedamaian bangsa kita ini.