Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa antara Harapan dan Kenyataan
31 Juli 2024 6:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari MOH ALI S, M, M, PSDM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, diskusi tentang Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa kembali mencuat di media sosial, terutama setelah artikel Muchamad Aly Reza yang berjudul "Warga Desa Sebenarnya Muak dengan Mahasiswa KKN: Nggak Bantu Atasi Masalah Desa, Cuma Bisa Bikin Les dan Acara 17 Agustusan". Artikel yang diterbitkan pada 15 Juli 2024 ini menarik berbagai tanggapan pro dan kontra dari warganet terutama di sosial media seperti X, Tik Tok, dan Instagram.
ADVERTISEMENT
Beberapa tanggapan dan respons memang didasarkan pada beberapa faktor. Salah satunya soal mahasiswa saat ini yang dinilai lembek dan gampang mengeluh. Mahasiswa saat ini sering kali disebut sebagai generasi Strawberry, sebuah istilah yang menggambarkan mereka sebagai generasi yang tampak baik dari luar namun mudah rapuh dan cepat menyerah ketika menghadapi tekanan.
Pandangan ini muncul karena adanya persepsi bahwa generasi ini kurang memiliki ketahanan dan adaptabilitas dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Hal ini juga terlihat dalam pelaksanaan KKN, di mana beberapa mahasiswa kurang siap dalam menghadapi kondisi lapangan yang keras dan masalah-masalah kompleks di masyarakat.
Faktor lain seperti cara mereka dalam bersosial, berkomunikasi dan membangun hubungan dengan orang lain. Sehingga mereka dianggap kurang paham dalam membangun komunikasi dua arah yang baik terutama pada warga di mana mereka ditempatkan. Sehingga munculnya pro dan kontra dalam kegiatan KKN saat ini memang tidak lepas dari harapan besar warga dan kenyataan yang diberikan oleh mahasiswa.
ADVERTISEMENT
KKN pada dasarnya dirancang sebagai program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah di desa-desa terpencil. Melalui KKN, mahasiswa diharapkan bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi riil masyarakat, menangkap berbagai permasalahan yang dihadapi, dan mencari solusi yang relevan sesuai dengan bidang studi mereka. KKN bisa diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan pendidikan tinggi dengan kebutuhan masyarakat.
Namun, kenyataan di lapangan sering kali berbeda. Beberapa warga desa justru merasa kecewa dan muak dengan kehadiran mahasiswa KKN. Mereka mengeluh bahwa mahasiswa KKN sering kali tidak memberikan kontribusi yang signifikan, bahkan terkadang dianggap sebagai beban tambahan bagi desa tersebut.
Warga desa sering kali hanya melihat mahasiswa KKN sebagai pihak yang datang untuk mengadakan les dan acara seremonial seperti peringatan 17 Agustus, tanpa menyentuh masalah-masalah mendasar yang dihadapi desa.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus yang menambah persepsi negatif terhadap KKN pun muncul. Misalnya, kabar tentang dugaan tindakan asusila oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di tempat KKN. Insiden ini terjadi di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah dan telah memicu reaksi negatif dari masyarakat. Meskipun pihak universitas telah meminta maaf dan menginvestigasi insiden ini, kejadian tersebut menambah citra buruk terhadap program KKN.
Kasus lain seperti pengusiran Mahasiswa KKN oleh warga setempat karena mereka mengejek fasilitas yang mereka dapatkan di lokasi KKN, dan masih banyak kasus lain yang tidak mungkin kita ulas satu persatu. Namun meskipun demikian, sebagai bagian dari panitia KKN, dan pernah merasakan menjadi mahasiswa KKN, saya melihat ada beberapa poin yang dapat disepakati dan tidak dari berbagai respons tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena menurut saya, KKN memang memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan mahasiswa, selain untuk memberikan bekal pengalaman langsung kepada mahasiswa. Kegiatan KKN juga membantu mereka dalam menjajal kehidupan yang disertai dengan berbagai tantangan dalam kehidupan masyarakat.
Kegiatan Pendidikan dan pengabdian mahasiswa pada masyarakat ini selaras dengan Experiential Learning Theory dari David Kolb yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, pengalaman konkret dan refleksi atas pengalaman tersebut adalah kunci untuk memahami dan menginternalisasi pengetahuan. KKN seharusnya menjadi wadah yang ideal untuk mengaplikasikan teori ini, di mana mahasiswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari interaksi langsung dengan masyarakat dan lingkungan yang berbeda dari kampus.
ADVERTISEMENT
Pandangan dari Paulo Freire tentang pendidikan sebagai alat untuk pembebasan juga relevan dalam konteks KKN. Freire berargumen bahwa pendidikan harus memampukan individu untuk memahami dan mengatasi kondisi ketertindasan mereka sendiri. Dalam KKN, mahasiswa seharusnya tidak hanya datang sebagai "Penolong" tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu masyarakat menemukan solusi atas masalah mereka sendiri.
Akan tetapi perlu digarisbawahi, bahwa kegiatan KKN ini memiliki keterbatasan waktu dan anggaran yang signifikan. Mahasiswa hanya berada di desa dalam jangka waktu yang relatif singkat dan dengan dana yang terbatas, yang membuat mereka tidak mungkin untuk mencakup atau menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi warga desa untuk memiliki pemahaman yang realistis mengenai kapasitas dan keterbatasan program KKN, serta untuk melihat mahasiswa KKN sebagai mitra yang membantu memperkenalkan solusi dan program yang bisa diteruskan oleh masyarakat setelah masa KKN berakhir.
ADVERTISEMENT
Sehingga untuk memastikan KKN benar-benar memberikan dampak positif, beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama, kurikulum KKN harus dirancang secara kolaboratif dengan melibatkan masyarakat setempat dalam tahap perencanaan.
Hal ini memastikan bahwa program yang dijalankan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Kegiatan ini bisa dimulai dengan proses observasi dan diskusi bersama dengan para stakeholder yang ada di daerah tersebut.
Kedua, mahasiswa perlu diberikan pelatihan yang memadai tentang bagaimana berinteraksi dengan masyarakat, memahami budaya lokal, dan mengelola konflik. Ini akan meningkatkan kesiapan mereka dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan.
Ketiga, evaluasi program KKN harus dilakukan secara berkala dan melibatkan semua pihak yang terlibat, termasuk masyarakat setempat. Feedback dari masyarakat sangat penting untuk memperbaiki program di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Keempat, universitas harus memperkuat sistem pengawasan dan pendampingan untuk memastikan bahwa mahasiswa benar-benar menjalankan tugas mereka dengan baik dan tidak terlibat dalam perilaku negatif yang dapat merusak citra KKN.
Dalam bayang-bayang kritik dan keluhan terhadap Kuliah Kerja Nyata (KKN), tidak kalah penting untuk kita juga menyoroti keberhasilan mahasiswa KKN yang telah memberikan kontribusi nyata melalui inovasi-inovasi yang langsung dirasakan oleh warga desa. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang baik, semangat pengabdian, dan kerja sama yang erat dengan masyarakat, KKN dapat menjadi program yang sangat bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi desa-desa yang menjadi lokasinya.