Presidential Club: Solusi Bersama Dalam Mengurai Perpecahan Bangsa

MOH ALI S M
Mahasiswa Pascasarjana Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga Surabaya
Konten dari Pengguna
6 Mei 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOH ALI S M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Presidential Club Dalam Mengurai Perpecahan Bangsa by Pixels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Presidential Club Dalam Mengurai Perpecahan Bangsa by Pixels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam panorama politik Indonesia, wacana pembentukan "Presidential Club" sedang menjadi sorotan hangat. Konsep ini, yang diinisiasi oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, mengemuka sebagai upaya untuk mengumpulkan para mantan Presiden Republik Indonesia yang masih hidup dalam sebuah forum diskusi yang teratur. Usulan ini menegaskan cita-cita untuk menjaga silaturahmi di antara para pemimpin bangsa, meneguhkan kerjasama lintas-generasi, serta memfasilitasi pertukaran gagasan strategis dalam rangka memajukan bangsa.
ADVERTISEMENT
Dalam rencana ini, para presiden dan mantan presiden akan berkumpul untuk berdiskusi tentang isu-isu penting yang menyangkut kehidupan bangsa. Menurut saya pribadi itu sangat bagus jika memang tujuan utama dari pembentukan Presidential Club adalah untuk memelihara persatuan bangsa dan menciptakan sebuah ruang dialog dan kolaborasi di antara para pemimpin negara.
Presiden Prabowo Subianto, bersama dengan anggota-anggota partai dan pendukungnya, telah secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap konsep ini, menggarisbawahi pentingnya kesatuan dan koordinasi di antara para pemimpin politik. Melalui Presidential Club, Prabowo berharap dapat memanfaatkan kebijaksanaan dan pengalaman para mantan presiden, seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo, dalam membentuk keputusan-keputusan yang lebih baik untuk masa depan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, pemikiran Prabowo mencerminkan upaya untuk memperkuat hubungan antargenerasi pemimpin, serta menciptakan wadah bagi pembicaraan yang inklusif dan berpikiran terbuka. Namun, terlepas dari aspirasi positif ini, ada juga pandangan kritis yang muncul terkait dengan wacana ini.
Beberapa pihak, seperti Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, menyatakan kekhawatiran bahwa konsep Presidential Club mencerminkan kurangnya keyakinan dari Prabowo dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai pemimpin negara. Djarot menyoroti bahwa menurut konstitusi, Prabowo memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, dan ia percaya bahwa kepercayaan ini harus mencakup komitmen yang kuat tanpa perlu membentuk klub khusus.
Terlepas dari pro kontra yang ada. Jika dilihat dari latar belakang konteks politik yang semakin kompleks dan terkadang terpecah belah, pembentukan Presidential Club menandakan sebuah langkah maju dalam mencari solusi bersama. Meskipun terdapat pertentangan pandangan terkait dengan konsep ini, pembahasan lebih lanjut akan membuka ruang untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang potensi dan tantangan yang terkait dengan ide ini.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, saya rasa wacana ini sangat penting untuk dibahas guna mengeksplorasi lebih lanjut tentang apakah Presidential Club dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengurai perpecahan bangsa, serta bagaimana implementasinya dapat berkontribusi terhadap pembangunan yang lebih kokoh dan inklusif bagi Indonesia ke depannya.
Mengokohkan Persatuan dan Kolaborasi di Tengah Dinamika Politik Pasca Pemilihan Presiden
Ilustrasi Mengokohkan Persatuan by Pixels
Pasca pemilihan presiden, Indonesia seringkali dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga persatuan dan stabilitas politik. Dinamika politik yang intens dan seringkali berpolemik memunculkan polarisasi di tengah masyarakat. Salah satu faktor utama yang memperparah perpecahan ini adalah adanya kelompok-kelompok pendukung fanatik yang cenderung memusuhi kelompok pendukung lawan politik mereka.
Mereka sering kali memanfaatkan media sosial dan platform online untuk menyebarkan narasi-narasi yang menghasut dan memicu ketegangan, bahkan kadang menyebarkan informasi palsu atau hoaks yang memperkeruh suasana.
ADVERTISEMENT
Kelompok-kelompok fanatik ini tidak jarang dihadirkan dan digerakkan oleh buzzer atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan politik tertentu. Mereka berperan dalam menyebarkan narasi-narasi yang mendukung pemerintah atau menghujat lawan politiknya, tanpa memperhitungkan kebenaran atau dampaknya terhadap persatuan bangsa. Hoaks dan disinformasi yang tersebar luas di media sosial sering kali menjadi bahan bakar bagi konflik dan perpecahan di tengah masyarakat.
Dampak dari perpecahan yang disebabkan oleh kelompok-kelompok pendukung fanatik dan diseminasi hoaks oleh buzzer sangatlah merugikan bagi kemajuan negara, terutama Indonesia. Dampak yang bisa kita rasakan yaitu: Pertama, perpecahan ini menghambat proses demokratisasi dan pembangunan politik yang sehat. Persatuan dan kolaborasi di antara beragam kelompok masyarakat sangatlah penting dalam memperkuat fondasi demokrasi dan menciptakan kestabilan politik yang berkelanjutan. Namun, ketika masyarakat terbelah oleh polarisasi politik, maka proses demokrasi akan terganggu dan terhambat.
ADVERTISEMENT
Kedua, perpecahan ini merugikan dalam hal pembangunan ekonomi dan sosial. Ketegangan politik yang tinggi dan perpecahan di antara masyarakat dapat menghambat investasi, mengganggu iklim bisnis, dan melemahkan daya saing ekonomi. Selain itu, ketika energi masyarakat terkuras untuk bertarung dalam konflik politik, maka fokus untuk mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi juga akan terganggu.
Ketiga, perpecahan politik dapat membahayakan keamanan nasional. Saat masyarakat terpecah belah, maka rentan terhadap potensi konflik internal yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengganggu kedaulatan negara. Hal ini dapat mengancam stabilitas dan keamanan nasional, serta menghambat upaya untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sehingga menurut saya, hadirnya Presidential Club bisa dilihat sebagai sebuah langkah awal yang potensial untuk meredakan ketegangan politik dan memperkuat persatuan di tengah masyarakat. Sesuai dengan pernyataan Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bapak Sandiaga Salahudin Uno yang juga menyambut positif terkait adanya wacana tersebut. Karena menurtnya Indonesia akan mengalami banyak turbolensi geopolitik internasional, ada perlambatan ekonomi dunia dan lain sebagainya. Sehingga menurutnya sangat baik jika itu digunakan untuk merangkul semua kalangan dan menerima semua masukan dari presiden sebelum-sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk mewujudkan dampak positif yang nyata, dibutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak untuk mengimplementasikan ide ini dengan efektif dan inklusif. Hanya dengan demikian, kita dapat memperbaiki dinamika politik yang bergejolak dan mewujudkan persatuan yang kokoh dalam bingkai kemajuan bangsa.
Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, media, dan seluruh elemen masyarakat perlu bekerja sama untuk menangkal polarisasi politik, mengedepankan dialog, mempromosikan toleransi, dan memerangi disinformasi. Hanya dengan menjaga persatuan dan kolaborasi di tengah dinamika politik yang kompleks, Indonesia dapat melangkah maju sebagai bangsa yang kuat, berdaulat, dan sejahtera.