Konten dari Pengguna

Gejolak Ekonomi Internasional: Antara Pemulihan dan Ketidakpastian Global

Dewi Anggraini
Saat ini saya berprofesi sebagai Mahasiswi S1 Prodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Pamulang & saya bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu Kementerian yang ada di Jakarta
21 Oktober 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di satu sisi, dunia sedang berupaya untuk pulih dari dampak pandemi, namun di sisi lain, ketidakpastian yang terus meningkat membuat prospek ekonomi global semakin sulit diprediksi. Indonesia, sebagai bagian dari ekonomi global, juga ikut terdampak oleh berbagai dinamika internasional ini. Menurut laporan dari Bank Indonesia (2023), Indonesia terus menghadapi tantangan yang kompleks, baik dari sisi volatilitas harga komoditas maupun tekanan terhadap nilai tukar rupiah sebagai dampak dari gejolak ekonomi globallihan Ekonomi Pascapandemi.
ADVERTISEMENT
Pasca-pandemi, negara-negara di seluruh dunia mulai mengalami pemulihan ekonomi, namun prosesnya tidak berjalan merata. Negara-negara maju, yang memiliki akses lebih baik terhadap vaksin dan dana pemulihan ekonomi, lebih cepat pulih dibandingkan negara berkembang seperti Indonesia. Meski demikian, pemulihan di sektor-sektor seperti pariwisata dan transportasi mulai terlihat di Indonesia. Sebagai contoh, data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan adanya peningkatan wisatawan mancanegara pada tahun 2023 seiring dengan dibukanya kembali perbatasan di berbagai negara . Namun, tantangan besar terkait dengan inflasi, gangguan rantai pasokan global, serta naiknya harga energi yang memengaruhi daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi.
Selain itu, sektor manufaktur di Indonesia juga menghadapi tantangan dari sisi rantai pasokan yang terganggu akibat pembatasan perdagangan global. Laporan dari BPS pada 2024 menunjukkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia mengalami pelambatan karena kenaikan harga bahan baku impor dan kendala logistik.
ADVERTISEMENT
1. Ketidakpastian Ekonomi Global
Faktor ketidakpastian global semakin mencuat akibat fluktuasi harga komoditas yang dipicu oleh konflik geopolitik, seperti perang di Ukraina dan krisis Timur Tengah. Naiknya harga energi dan pangan menjadi ancaman bagi ekonomi global, terutama negara-negara berkembang. Di sisi lain, kebijakan moneter ketat dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa menambah tekanan pada negara-negara berkembang. Suku bunga tinggi diperkirakan akan terus berlanjut, memperketat arus modal dan memperkuat nilai dolar AS​.
Selain itu, China yang biasanya menjadi motor pertumbuhan global mengalami perlambatan ekonomi, terutama di sektor properti. Dampaknya dirasakan negara-negara eksportir komoditas, termasuk Indonesia, yang menghadapi penurunan permintaan bahan baku. Hal ini mendorong Indonesia untuk melakukan diversifikasi ekspor dan memperkuat pasar domestik melalui inovasi kebijakan ekonomi​.
ADVERTISEMENT
2. Pemulihan Ekonomi: Langkah dan Inovasi Kebijakan
Di tengah ketidakpastian global, banyak negara menerapkan berbagai kebijakan inovatif untuk mempertahankan momentum pemulihan. Indonesia, misalnya, melakukan penguatan bauran kebijakan ekonomi. Bank Indonesia bersama pemerintah meluncurkan program untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengelola devisa melalui penempatan devisa hasil ekspor (DHE)​. Selain itu, kebijakan hilirisasi sumber daya alam terus didorong untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk ekspor.
Di tingkat internasional, negara-negara maju mulai memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong produktivitas. Reformasi di sektor properti dan investasi di China juga menjadi salah satu upaya meningkatkan kepercayaan konsumen.
3. Ketidakpastian Keuangan dan Tantangan Masa Depan
Meski pemulihan ekonomi berjalan, tantangan ke depan masih besar. Ketidakpastian inflasi, volatilitas harga komoditas, dan dinamika geopolitik akan terus membayangi. Di banyak negara berkembang, inflasi tetap menjadi perhatian utama. IMF memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 di kisaran 3,1%, dengan ancaman inflasi tinggi dan ketidakpastian perdagangan internasional​.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Gejolak ekonomi internasional yang dihadapi pada 2023-2024 menuntut negara-negara untuk terus berinovasi dalam kebijakan ekonomi. Di satu sisi, pemulihan terlihat melalui penguatan sektor domestik dan penerapan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan. Namun, di sisi lain, ketidakpastian global, terutama yang terkait dengan inflasi, harga komoditas, dan geopolitik, tetap menjadi ancaman. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, menjaga stabilitas ekonomi domestik melalui inovasi kebijakan menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
sumber:
Bisnis.com, "Ini Faktor Pendorong dan Penekan Ekonomi Global 2024 Menurut IMF" https://ekonomi.bisnis.com/read/20240131/620/1737005/ini-faktor-pendorong-dan-penekan-ekonomi-global-2024-menurut-imf
PwC Indonesia, "Bagaimana Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi 2023? https://www.pwc.com/id/en/media-centre/press-release/2023/indonesian/bagaimana-indonesia-dapat-menghadapi-tantangan-ekonomi-2023.html
Kompas.com, "Laporan Pelaksanaan Tugas 2023 dan Arah Kebijakan BI 2024 https://biz.kompas.com/read/2024/01/26/093000428/laporan-pelaksanaan-tugas-2023-dan-arah-kebijakan-bi-2024--sinergi-memperkuat
Bisnis.com, "Langkah Antisipasi Risiko dari Ekonomi Global 2024"​ https://ekonomi.bisnis.com/read/20240205/620/1738269/opini-langkah-antisipasi-risiko-dari-ekonomi-global-2024
Penulis:
Dewi Anggraini, Evi Afiah, Siti Nur Fatima