Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Persekusi SARA Siswa Terjadi di SDN 16 Pekayon, Bukan Ciracas
31 Oktober 2017 11:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah status Facebook yang ditulis oleh Bearo Zalukhu menjadi viral. Betapa tidak, ia menceritakan bagaimana keponakannya yang bernama JSZ siswa kelas 3 SDN 16 Ciracas, Jakarta Timur, di-bully oleh teman sekelasnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan JSZ sudah dua minggu mogok sekolah lantaran ketakutan.
Dalam status Facebooknya, Bearo Zalukhu mengungkapkan bahwa JSZ tak hanya mengalami tindakan presekusi oleh teman-teman sekelasnya, namun juga kekerasan fisik seperti tangan yang membengkak akibat tusukan pena hingga pemukulan ketika upacara.
"Telapak tangan JSZ di perlihatkan kepada saya sudah bengkak. Tanya saya kenapa tanganya? Jawab mamanya, ditusuk sama teman-temanya pakai pena," tulisnya.
Dalam status Facebook tersebut diceritakan pula bagaimana ibu JSZ harus menerima pelecehan dari orang tua siswa lainnya diduga terjadi karena SARA.
Status tersebut kemudian menjadi viral dan menuai pro serta kontra berkepanjangan.
kumparan (kumparan.com) menghubungi Yuda, aktivis yang memediasi kasus tersebut dengan pihak sekolah, kepolisian serta Dinas Pendidikan pada Selasa (31/10). Yuda mengatakan sebelumnya disebutkan kasus ini terjadi di SDN 16 Ciracas, namun ternyata kasus ini bukan di SDN Ciracas, tetapi terjadi di SDN 16 Pekayon, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kasus persekusi yang terjadi di SDN 16 Ciracas adalah hoax karena tidak ada SDN 16 di Ciracas, yang ada adalah SDN 13 Ciracas dan tidak ada peristiwa tersebut di sana. Sedangkan informasi yang sebenarnya adalah persekusi terjadi di SDN 16 Pekayon.
Yuda membenarkan JSZ adalah murid di SDN 16 Pekayon, bukan SDN 16 Ciracas. Yuda mengungkapkan tidak semua yang dikatakan dalam status Facebook Bearo Zalukhu tersebut benar, sebagian merupakan kesalahpahaman antara pihak sekolah, orang tua JSZ serta paman JSZ, Bearo Zalukhu, yang menulis status tersebut.
"Ada miskomunikasi, sekolah tidak terlibat dalam pembullyan itu karena tak ada laporan dari orangtua, salah tafsirkan cerita oleh pamannya yang dituangkan dalam status Facebook," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Namun untuk persoalan persekusi yang dialami JSZ oleh teman-temannya, Yuda membenarkan hal tersebut. "Kalau masalah bully dengan temannya itu memang benar adanya dari pengakuan JSZ juga," jelasnya.
Siapa sangka, persekusi yang dialami JSZ yang melibatkan fisiknya tersebut telah dialami semenjak ia duduk di kelas satu SD, yakni tahun 2014 silam. Sedangkan pihak sekolah mengaku tak mengetahui peristiwa nahas yang menimpa JSZ selama tiga tahun lamanya.
Sedangkan untuk kekerasan fisik yang diterima oleh JSZ, Yuda juga mengiyakan hal itu namun masih akan diselidiki lagi dengan Wali Kelas 3 SDN 16 Pekayon yang kini tengah sakit stroke.
Hingga kini mediasi tersebut masih sebatas klarifikasi pihak sekolah dan keluarga JSZ dengan kepolisian serta Dinas Pendidikan. Setelah peristiwa ini, pihak sekolah akan berintrospeksi agar peristiwa serupa tak terulang lagi.
ADVERTISEMENT
Yuda juga memberikan klarifikasi atas kasus yang tengah viral tersebut melalui akun Facebooknya.