Konten dari Pengguna

Kerisauan Kepala BNPT Terhadap Persebaran Radikalisme di Kaum Muda

14 November 2017 15:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lolita VC tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kerisauan Kepala BNPT Terhadap Persebaran Radikalisme di Kaum Muda
zoom-in-whitePerbesar
Radikalisme yang tersebar melalui sosial media, tak dipungkiri membuat banyak pihak melakukan beragam cara untuk mengantisipasinya.
ADVERTISEMENT
Kepala BNPT Komjen Pol Drs. Suhardi Alius, MH, menyampaikan kegelisahannya terhadap persebaran paham radikal terutama di antara generasi muda melalui sosial media. 
Ada beberapa hal yang kemudian menjadi titik kewaspadaan yakni Tri Gatra meliputi geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam serta Pasca Gatra yakni ideologi, politik, ekonomi, sosbud, hankam. 
Di acara kumparan on boarding yang dilaksanakan pada Selasa (14/11) di Kuningan City, Jakarta Selatan, dirinya memberikan tanggapan mengenai persebaran radikal dan terorisme yang ada di media.
Komjel Pol Drs. Suhardi juga mempertontonkan cuplikan pelaku bom bunuh diri JW Marriott tahun 2009 sebagai contoh dari tindakan cuci otak oleh teroris. 
Dengan dalih mendapatkan surga dan kemuliaan, para pelaku bom bunuh diri tanpa rasa takut, menjadikan hal itu sebagai landasan melakukan tindakan terorisme.
ADVERTISEMENT
Alumni Akpol tahun 1985 tersebut mengatakan, "Kalau dia punya pengetahuan. Dia akan berbalik bertanya pada instrukturnya, kenapa tidak dia (instrukturnya) yang bertemu bidadari surga terlebih dahulu? Kenapa harus mengorbankan anak muda seperti ini," jelasnya. 
Pada kesempatan itu, Kepala BNTP juga mengungkapkan telah membangun boarding school untuk memulihkan cara berfikir para korban cuci otak oleh teroris. 
"Ada sekitar 30 hingga 40 anak yang ada di boarding school untuk mendapatkan perawatan. Sekarang cita-cita mereka bukan teroris lagi tapi jadi polisi dan tentara," ujarnya. 
Selain itu, dirinya juga menunjukan catatan laporan korban akibat terorisme di Indonesia. Hingga yang paling baru terjadi pengeboman di Kampung Melayu 2017 dengan jumlah korban tewas 5 orang dan 11 lainnya luka-luka. 
ADVERTISEMENT
Hal ini penting dijelaskan kepada media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa, tak ada yang tersisa dari sebuah tindakan radikal dan terorisme. Selain kehilangan nyawa dan mencelakakan orang lain. 
Sedangkan pencegahan yang dilakukan di media sosial, salah satunya dengan menunjuk para penggiat media sosial yang merupakan anak muda untuk mengkampanyekan anti terorisme serta radikalisme yang disebut sebagai Duta Damai.