Konten dari Pengguna

Stalking Pacar Termasuk Kekerasan?

Lovanda Khansa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
28 Mei 2024 7:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lovanda Khansa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stalking, istilah yang mungkin sudah sangat familiar di kalangan Gen Z, yaitu aktivitas untuk mencari informasi mengenai seseorang. Di kalangan Gen Z, stalking biasanya dilakukan dengan menyelami akun media sosial seseorang untuk mengetahui sesuatu dari postingan, pengikut, yang diikuti, dan aktivitas lain yang terdapat dalam akun tersebut. Namun, stalking bisa berkonotasi negatif jika dilakukan untuk hal-hal yang merugikan orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah program pengabdian masyarakat, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya memberikan penyuluhan kepada siswa dan siswi SMA di Blitar mengenai kekerasan dalam pacara. Dijelaskan bahwa ada beberapa jenis kekerasan dalam pacaran, salah satunya Controlling Behaviour atau mengontrol perilaku. Salah satu contohnya adalah stalking, Mengapa demikian?
Tim Pengabdian Masyarakat Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya melakukan penyuluhan mengenai kekerasan dalam pacaran di SMAN 3 Blitar. Foto : Dokumentasi Pribadi.
Stalking dapat melenceng dari apa yang didefinisikan oleh Gen Z, yaitu berupa menguntit. Untuk dapat mengetahui gerak-gerik dan informasi apa pun yang dilakukan pasangan adalah salah satu bentuk pelanggaran privasi. Mencari tahu lokasi keberadaan pasangan, bahkan sampai mengikutinya sudah termasuk penguntitan. Pasangan bisa merasa selalu diawasi, tertekan, tidak bebas melakukan aktivitas, dan merasa was-was. Maka perilaku ini bisa termasuk ke dalam kekerasan dalam pacaran.
Sayangnya, masih banyak anak muda yang tidak menyadari perilaku-perilaku toxic ini hanya berkedok cinta dan status pacaran. Padahal hal-hal yang dilakukan tanpa izin, persetujuan bersama, dan memberikan dampak negatif berupa perasaan tidak aman dan nyaman sudah masuk ke dalam kekerasan. Oleh karena itu, tim dari pengabdian masyarakat Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya melakukan sosialisasi kepada siswa dan siswi SMA agar lebih aware terhadap kasus serupa.
ADVERTISEMENT