Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Fulan Fehan, Nusa Tenggara Timur Rasa Eropa
17 Maret 2021 14:13 WIB
Tulisan dari Siti Atikah Haris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eksotis itulah salah satu kata dari ribuan kata indah yang dapat menggambarkan lembah dengan sabana yang luas ini, kecantikannya misterius mengundang banyak teka-teki bagi pecinta lorong-lorong indah negeri ini.
ADVERTISEMENT
Para pencari ketenangan berbondong-bondong meniti medan terjal untuk mencapai sabana indah nan tentram ini, melihat eloknya ciptaan Tuhan yang Maha Besar. Dan seperti itulah hakikat kehidupan kita di dunia akan banyak medan terjal dan curam yang harus dilalui apabila dihadapi dengan sabar dan tawakal maka akan menuai hasil yang indah dikemudian hari.
Tempat ini kuibaratkan sebagai surga kecil yang menjadi muara pertemuan dua bangsa yang dulu pernah bersatu dan mengikat janji untuk berkhidmat kepada bumi pertiwi, namun akhirnya berpisah.
Sabana ini bak tiruan padang rumput di Swiss dan New Zealand yang Allah titipkan di bumi pertiwi untuk jiwa-jiwa yang belum bisa menebus tapal dan batas negeri ini, karena bukan hanya masalah waktu yang menjadi penghambat untuk sampai ke padang rumput di benua biru namun juga biaya yang tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Anggapanku tentang kaktus selama ini salah ketika kedua mata ini menyalang pandang pada sudut-sudut sabana, kutemukan kaktus berjejer dengan durinya yang gagah. Bayangkan bagaimana kuasa Allah yang menghadirkan tanaman yang identik dengan padang pasir tumbuh dan berkembang di padang rumput.
Dan dari kaktus kita belajar bahwa semua akan menjadi mungkin dan nyata ketika Allah telah mengatakan kun fayakun, oleh karena itu jangan takut bermimpi.
Mata akan semakin dimanjakan dengan segerombolan kuda liar yang berlari dengan gagah menyambut para tamu yang mengujungi habitatnya, tak hanya itu kita akan berpapasan dengan kawanan sapi yang asyik menikmati rumput-rumput hijau nan segar.
Udaranya sejuk dan tentram menggerakkan jiwa untuk semakin bertafakkur akan kuasanya-Nya, mata air yang mengalir deras menjadi penyeimbang ekosistem di Fulan Fehan. Dan Fulan Fehan adalah suatu lembah dengan sabana yang terbentang luas menghijau di kaki Gunung Lakaan. Lokasinya berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jaraknya hanya 30 menit dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu yang juga merupakan daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste. Jarak Atambua dari Kupang, ibukota Provinsi NTT sendiri bisa ditempuh sekitar enam jam perjalanan darat atau 45 menit penerbangan.
ADVERTISEMENT
Kamu yang lagi baca tulisan ini, ada rindu dari Fulan Fehan.