Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Hedonisme, Paham Perusak Generasi Bangsa
17 Maret 2021 14:39 WIB
Tulisan dari Siti Atikah Haris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini generasi bangsa banyak dijangkit virus penghancur moral, yang menjalar dengan rapi dan indah sehingga sangat sulit dicegah, bahkan sang penderita tidak merasakan sakit bahkan senang karena virus itu merupakan orientasi hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Globalisasi berhasil menunggangi virus atau paham ini yaitu, hedonisme berkembang pesat dan seakan-seakan menjadi tolak ukur sebuah kesuksesan seseorang ketika dia berhasil mengadopsi paham ini dalam kehidupan sehari-harinya.
Hedonisme sendiri menurut (KBBI) merupakan suatu pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup, sedangkan menurut Collins Gem hedonisme adalah sebuah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan merupakan hal yang paling penting di dalam hidup.
Maraknya generasi bangsa yang terinfeksi virus hedonis ini tidak terlepas dari lingkungan yang buruk dan informasi yang dilahap mentah-mentah, oleh karena itu sangat dibutuhkan kecakapan dalam bermuamalah dengan sosial media.
Pertengahan Juli tahun 2020 kita disajikan dengan kabar yang miris, di mana sejumlah siswi SMP di Batam rela menjual diri kepada pria hidung belang, dan setelah diklarifikasi ternyata motif di balik kasus ini adalah untuk mendapatkan sejumlah uang untuk digunakan mengikuti perkembangan zaman, seperti membeli smartphone dan kuota internet.
ADVERTISEMENT
Dan lebih menyayat hati nurani ketika kita mendengar kabar seorang cucu membunuh neneknya sendiri karena ingin mengambil perhiasannya dan dijual untuk membeli narkoba, dan kasus ini terjadi pada tahun 2018 di Pekanbaru.
Di luaran sana, kasus serupa banyak terjadi dan baru sedikit yang diangkat, dan dari peristiwa tersebut kita punya gambaran bagaimana rusaknya pandangan atau paham ini.
Dan tentunya pandangan ini tidak lahir begitu saja tanpa ada yang manggagasnya, hedonisme sendiri muncul pada awal sejarah ilmu filsafat pada tahun 443 SM, tokoh utama pencetus paham ini adalah Aristippos dari Kyrene , hal ini diawali dengan pertanyaan yang diajukan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang menjadi tujuan akhir manusia, lalu Aristippos menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Hedonisme sangat berkaitan erat dengan kesenangan, kekayaan, kenikmatan batin, kenikmatan seksual, popularitas, kekuasaan, dan kebebasan.
ADVERTISEMENT
Adapun beberapa dampak negatif yang dihasilkan dari paham ini di antaranya:
1. Sex bebas, free sex
Tentu bagi penganut paham ini sex bebas adalah perbuatan biasa, mereka tidak memikirkan salah atau benarnya perbuatan ini, yang terpenting bagi mereka adalah kesenangan dan kepuasan yang tersalurkan, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri apabila seseorang telah melakukannya.
2. Konsumsi narkoba
Konsumsi obat-obat terlarang bukan lagi hal yang tabuh di negeri ini, kita banyak menyaksikan bagaimana barang haram ini dikonsumsi oleh semua golongan masyarakat, mulai dari pengangguran, pelajar, artis hingga pejabat, semua itu dilakukan karena apa? Alasannya tidak jauh-jauh kecuali ingin mencari kenikmatan dan bahan pelarian dari segala masalah.
3. Konsumtif dan boros
Pelaku hedonis cenderung menghamburkan uang untuk membeli barang-barang hanya untuk pamer merek padahal sebenarnya dia tidak membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah penyebaran virus ini, seseorang bisa melakukan beberapa upaya berikut:
1. Mendekatkan diri kepada ALLAH.
Dengan mendekatkan diri kepada penciptanya maka seseorang akan semakin memikirkan urusan akhirat dari pada memikirkan dunia dan segala kesenangannya yang akan dia tinggalkan cepat atau lambat.
2. Membuat skala prioritas
Apabila seseorang telah membuat skala prioritas dalam hidupnya maka dia akan lebih terarah dalam melakukan segala aktivitasnya.
3. Berhati-hati dalam memilih teman bergaul
Ketika berteman seseorang harus lebih berhati-hati dalam memilih, karena tidak semua orang selalu menuntun kita kepada kebenaran.
Semoga Bermanfaat
Sumber: wikipedia.org