Mengajarkan Analytical Thinking Dan Inovasi Dengan Cara Yang Seru

Ludenara
Kami membantu guru dan orang tua, mengimplementasikan program game-based learning dan gamifikasi secara mudah dan sederhana, untuk hadirkan proses belajar yang menyenangkan dan bermakna. Untuk info lebih lengkap ada di Ludenara.org
Konten dari Pengguna
6 Januari 2022 11:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ludenara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture by Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Picture by Pixabay

Dalam laporan "Future of Jobs" World Economic Forum meletakan analytical thinking dan inovasi di posisi keterampilan nomor 1 paling penting pada masa mendantang! Artikel ini akan membahas salah satu cara melatih keterampilan analytical thinking dan inovasi.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ini dia keterampilan nomor 1 yang paling dibutuhkan pada masa mendatang menurut World Economic Forum (WEF), Analytical Thinking and Innovation. Mungkin sepertinya kedua hal ini adalah 2 keterampilan yang berbeda, dan memang iya, tetapi menurut survei yang dilakukan WEF setiap perusahaan di berbagai macam industri menganggap gabungan antara dua keterampilan ini lah yang menjadi kebutuhan mereka pada masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Analytical thinking skill adalah kemampuan mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam situasi yang ambigu di mana parameter dan hasil nya dinginkan belum jelas (Robbins, 2011). Dari definisi ini kita bisa melihat mengapa keterampilan ini sangat diperlukan pada masa mendatang, apalagi kita melihat bahwa banyak sekali distrupsi yang mengakibatkan perubahan-perubahan drastis.
Dalam situasi yang selalu berubah ini memiliki kemampuan analytical thinking berarti mampu melihat tantangan utama yang harus dilampaui dan solusinya. Ini lah perbedaan dari problem solving sederhana di mana tantangan sudah jelas teridentifikasi, dan ruang lingkup pekerjaan atau parameter sudah jelas.
Memahami ini kita juga mengerti bahwa proses Game Based Learning sederhana sangat efektif melatih problem solving, karena tantangan dan peraturan permainan sudah jelas, namun sangat kurang untuk melatih analytical thinking. tetapi jangan khawatir, kita tetap bisa merancang proses pembelajaran analytical thinking, inovasi, sekaligus materi pembelajaran apa pun, dan agar menyenangkan kita tetap hubungkan dengan games!
ADVERTISEMENT
Untuk merancang proses pembelajaran ini kita coba rincikan dahulu proses kognitif yang terjadi saat analytical thinking, dari melihat analytical thinking sebagai proses kita juga menjadi paham bahwa inovasi adalah hasil alami dari proses analytical thinking yang baik.
ADVERTISEMENT
Jika melihat analytical thinking ini sebagai proses prinsip pembelajaran yang harus kita pahami adalah, siswa-siswi mempelajari apa yang siswa-siswi lakukan (Robbins, 2011), dengan “lakukan” sebagai kata kunci kita bisa merancang sebuah proses yang mendorong mereka untuk melakukan analytical thinking, dan agar membuat belajarnya seru kita hubungkan dengan games!
Proses untuk melatih analytical thinking dan inovasi adalah game desain! Iya dengan mengajak siswa-siswi kita untuk mendesain game, game papan sederhana pun bisa mendorong proses analytical thinking dan inovasi untuk terjadi, jadi tidak perlu merancang game digital yang juga membutuhkan coding.
Sekarang kita coba melihat proses analytical thinking dan inovasi yang terjadi dengan mengambil contoh. Misalnya dalam pelajaran fisika dah siswa-siswi diajak untuk mendesain game mengenai topik-topik fisika yang sudah dipelajari.
ADVERTISEMENT
Dari sini pun mereka sudah mendapatkan situasi yang cukup luas dan harus merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan sangat berpengaruh dalam proses desainnya. Dari mulai topik apa yang mereka inginkan, hingga bagaimana topik itu bisa dibentuk menjadi game.
Seperti topik energi terbarukan, tahap ini mereka masih tahap merancang pertanyaan, seperti hal apa dalam energy terbarukan yang mereka ingin masukan dalam game, mungkin mereka ingin mengeksplorasi manfaat energi terbarukan dan membuatnya menjadi.
Lalu saat merancang game mereka harus mengidentifikasi komponen-komponen dari game itu sendiri, seperti mekanik, narasi, dan objectif, serta komponen-komponen dari topik energy terbarukan itu sendiri. Setelah ini mereka harus mengumpulkan semua data-data yang menurut mereka penting untuk dieksplorasi dalam game.
Setelah semua komponen dan data dikumpulkan mereka akan memikirkan bagaimana berpikir bagaimana semua ini akan menjadi game, dan bagaimana mereka bisa menunjukkan manfaat dari energi terbarukan, ini bisa menjadi hipotesis yang sederhana “pemain akan paham manfaat energi terbarukan jika dibandingkan dengan energi tak terbarukan.”
ADVERTISEMENT
Mungkin mereka akan merancang game di mana pemain harus menyediakan energi untuk sebuah kota yang membutuhkan banyak energi, pemain akan mendapatkan sumberdaya dan harus memilih antara menyediakan energi terbarukan atau yang biasa.
Game nya pun akan memberi konsekuensi yang akurat terhadap keputusan ini, seperti energi terbarukan membutuhkan investasi sumberdaya yang lebih mahal di awal tetapi akan terus memberi manfaat, sementara energi tak terbarukan sangat murah di awalnya tetapi akan memberi konsekuensi seperti polusi dan pemanasan global.
Setelah itu mereka akan membuat prototipe sederhana dengan kertas dan pensil atau dalam komputer dan di cetak, lalu menguji coba gamenya bersama teman-temannya hingga mendapatkan konfirmasi dari hipotesis mereka, apakah benar pemain menjadi paham manfaat energi terbarukan setelah dibandingkan.
ADVERTISEMENT
Nah seperti itu lah mungkin cara kita bisa mengajarkan keterampilan yang menempati posisi nomor 1 paling penting pada masa mendatang, semoga bermanfaat ya!
Sumber:
Robbins, J. K. (2011). Problem solving, reasoning, and analytical thinking in a classroom environment. The Behavior Analyst Today, 12(1), 41.