Huru-hara PRJ Dahulu hingga Sekarang

LUDWINA ANDHARA HERAWATI
Mahasiswa dari Politeknik Negeri Jakarta, yang hingga saat ini masih menekuni materi yang berkaitan dengan Desain dan Jurnalistik. Semester ini semakin diberi tantangan untuk berani menulis kejadian dan peristiwa yang terjadi di sekitar saya.
Konten dari Pengguna
3 Juli 2023 18:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LUDWINA ANDHARA HERAWATI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu booth produk makanan, Afung, banyak dikunjungi. sumber: Ludwina Andhara Herawati
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu booth produk makanan, Afung, banyak dikunjungi. sumber: Ludwina Andhara Herawati
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Juni ini, saya beserta Puteri pergi ke ajang Pekan Raya Jakarta (PRJ). Setelah dua tahun pandemi melanda hingga tiadanya ajang, akhirnya saya bisa kembali menapakkan kaki ke Area JI-Expo Kemayoran.
ADVERTISEMENT
Tahun berganti tahun. Saya merasakan suasana yang berbeda ketika menghadiri acara tahun ini, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut saya, tata ruang lebih rapi dan bersih sehingga ramai pengunjung pun tetap ada celah luas untuk bergerak.
Akses kendaraan yang digunakan pun cukup mudah ditemukan. Bisa dengan JakLingko, Angkot, ataupun kereta yang turun terlebih dahulu di Stasiun Rajawali, lalu sambung menggunakan transportasi umum lainnya. Dari rumah menuju venue hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam lamanya.
Tidak hanya itu, saya juga merasakan bahwa banyak perusahaan yang bekerja sama dengan event PRJ. Di sana saya bisa melihat, bahkan membawa buah tangan hasil berkeliling selama berjam-jam lamanya.
Perubahan yang saya alami tak luput dari sejarah perayaan setahun sekali ini. Pertama kalinya Djakarta Fair diadakan pada masa Indonesia masih menggunakan Pedoman Ejaan Lama.
Gate 9 sudah ramai antrian masuk pada pukul 13.13 WIB. Sumber: Ludwina Andhara Herawati
Pada saat itu, ajang besar tersebut diadakan di kawasan Monumen Nasional, dekat Istana Negara. Pembukaan Djakarta Fair ditandai dengan pelepasan burung merpati oleh Soeharto.
ADVERTISEMENT
Silih bergantinya waktu, Djakarta Fair telah berlalu dan kini berganti menjadi Jakarta Fair atau dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ). Nama DF "diserahkan" ke Kamar Dagang dan Industri Jaya yang telah dipercaya sebagai pelopor utama.
Secara garis besar, ajang pekan setahun sekali ini bertujuan untuk menampilkan produk dalam negeri; berskala kecil, menengah maupun besar, bahkan berdampak pada lapangan pekerjaan dan sebagai wadah masyarakat untuk menambah penghasilan. Dampak besarnya yakni pertumbuhan ekonomi berskala nasional.
Maka, ketika saya menghadiri acara tersebut, saya semakin takjub. Bukan hanya sekadar acara Ulang Tahun Jakarta yang dibaluri hiburan, kuliner dan kebutuhan sehari-hari saja, namun acara ini berdampak besar pada roda kehidupan warga Jakarta, tentu dengan menjaga budaya dan tradisi Jakarta.
ADVERTISEMENT