Konten dari Pengguna

Mengenal Baju Adat Lilin, Baju Adat Madura Yang Tak Banyak Orang Madura Tahu

Lufnatul Awwaliyah
Lahir dan besar di Pulau Kangean Kab. Sumenep. Mencoba healing dengan menulis
7 Oktober 2024 8:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lufnatul Awwaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang kaya akan adat dan tradisi baik dalam aspek kebiasaan, cara berkomunikasi, makanan, pakaian dan lain sebagainya. Salah satu yang menarik untuk diulas kali ini adalah pakaian adat pernikahan. Setiap suku di Indonesia tentunya memiliki pakaian atau baju adat saat merayakan pernikahan, biasanya baju tersebut memiliki makna yang berkaitan dengan karakter daerah terkait atau bisa juga bermakna terkait kehidupan contohnya saja, baju adat pernikahan sunda yang biasanya mengenakan siger di kepala saat pesta pernikahan oleh masyarakat Jawa Barat. Berdasarkan artikel https://www.bridestory.com/id/blog/makna-mendalam-dari-riasan-dan-busana-pengantin-adat-sunda
ADVERTISEMENT
Siger sunda memiliki makna kesempurnaan pada wanita yang terinspirasi dari dua tokoh yaitu Subdadhra dan Srikandi. Bergeser pada wilayah Jawa Timur tepatnya di Madura yang juga memiliki berbagai baju adat pernikahan salah satunya bernama baju adat lilin.
Foto dari rikho kurnia (sudah izin)
zoom-in-whitePerbesar
Foto dari rikho kurnia (sudah izin)
Baju adat lilin, merupakan baju adat pernikahan Madura yang berasal dari kabupaten Sumenep, namun sayangnya baju adat ini sangat jarang digunakan oleh masyarakat Madura di kabupaten Sumenep. Mungkinkah hal ini terjadi karena bentuknya? Atau kurangnya informasi budaya pada adat pakaian pernikahan lilin? Sebelum membahas hal tersebut, mari kita ketahui tentang baju adat lilin Madura
1. Berasal dari masa kerajaan di Sumenep
Sumenep merupakan daerah pesisir sekaligus pusat pemerintahan berbasis keraton di Madura yang menjadi tempat persinggahan para pedagang waktu itu seperti Arab, Cina, Jawa dan Belanda. Beberapa dari mereka menetap dan membentuk budaya baru salah satunya baju adat dalam pernikahan.
ADVERTISEMENT
2. Baju adat lilin merupakan proses ke tiga dalam pernikahan
Sebenarnya sebelum mengenakan baju adat lilin ada dua baju yang digunakan pengantin saat proses pernikahan sebelum pakaian adat lilin yaitu pakaian adat pengantin legha dan kaputren. Bentuk baju pertama atau legha hampir mirip dengan paes ageng yogya bedanya tidak ada jahitan di mata dan alis, sedangkan untuk baju kedua menggunakan perpaduan sarung dan kebaya buludru.
3. Tata rias Pengantin Madura Lilin
Ciri tata rias Madura lilin biasanya di kepala menggunakan mahkota yang disebut cunduk mentul yang mana terdapat melati yang masing masing berjumlah 9 dan 11 biasanya menyesuaikan dengan ukuran kepala mempelai. Lalu di dahi mempelai wanita terdapat hiasan yang melengkung ke dalam atau sering disebut “paes kedalem”, adapun warna baju yang digunakan biasanya berwarna putih dengan hiasan tertentu lalu mempelai pria menyesuaikan dengan baju adat mempelai wanita, untuk lebih lengkapnya bisa baca di jurnal ini ya https://lib.unnes.ac.id/31595/1/5402413038.pdf
ADVERTISEMENT
4. Makna baju adat Lilin
Pakaian adat lilin ini digunakan saat prosesi pernikahan dimalam ketiga, baju yang dikenakan berwarna putih bermakna kesucian sebelum malam pertama. Pada mahkotanya yang dihiasi dengan melati berbentuk lilin bermakna wanita adalah lilin bagi pasangannya yaitu diharapkan wanita bisa menerangi jalan dan pikiran pasangannya.
Dari beberapa artikel, adat pakaian pernikahan Madura Lilin ini cukup dikenal oleh masyakarat di wilayah Sumenep dan bentuknya cukup menarik, namun sepertinya masih banyak yang tidak tahu di beberapa kabupaten Sumenep. Contohnya, di daerah penulis yaitu, Kangean.
Terbatasnya informasi terkait kebudayaan membuat pakaian adat pernikahan ini tidak begitu di kenal, masyarakat kabupaten seperti Kangean banyak yang menikah menggunakan adat basahan Solo, paes ageng Yogya atau pakaian adat kaputren saja tanpa dua pakaian yang disebutkan.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman dengan banyaknya informasi tentang pakaian adat pernikahan juga menjadi salah satu penyebab adat Lilin jarang digunakan, keterbukaan informasi membuat masyarakat kabupaten tertarik dengan berbagai pakaian adat lokal sampai inter lokal seperti pernikahan adat Sunda lalu Eropa, Arab bahkan India.