Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Muang Sangkal, Tarian Daerah Madura Sumenep
19 Januari 2022 18:07 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Lufnatul Awwaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, bahasa, upacara, tarian, pakaian adat dan kebiasaan masyarakat yang berbeda dapat di temukan di Indonesia. Kekayaan budaya inilah yang membuat Indonesia di sebut sebagai negara unik dan majemuk.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu masyarakat di Indonesia patut berbangga atas keberagaman yang ada. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut ialah tari tradisional. Tari tradisional adalah tarian yang tumbuh di suatu daerah tertentu, dan biasanya tari ini dilaksanakan dari masa ke masa dan dari generasi ke generasi.
Di Indonesia hampir seluruh daerah memiliki tarian tradisional. Biasaya tarian adat atau tradisional lebih disesuaikan dengan kebiasaan daerahnya, dan properti yang di pakai pun menampilkan jati diri daerah tersebut.
Misalnya, tari Saman dari Aceh yang memakai pakaian adat Aceh dan gerakannya melambangkan sebuah penyambutan pada tamu agung. Dalam tari Saman juga terdapat kalimat dakwah, hal ini mencerminkan masyarakat Aceh yang kental agamanya dan masyarakatnya yang selalu mengajak pada kebaikan.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan tarian di daerah lain, kali ini akan membahas tentang tarian daerah yang berasal dari pulau garam, yaitu pulau Madura. Madura merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Jawa Timur. Namun, jika di derah lain seperti Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur hampir seluruh rakyatnya berbahasa yang sama yaitu bahasa Jawa, tidak begitu dengan pulau Madura.
Walaupun di klaim sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur, Madura tidak memiliki bahasa yang sama dengan masyarakat Jawa Timur umumnya. Pulau Madura memiliki bahasa sendiri, tradisi, makanan adat, pakaian adat, dan kebiasaan yang jauh berbeda. Salah satu yang berbeda ialah tarian tradisional. Di Madura bagian daerah Sumenep memiliki tarian tradisional bernama tari Muang Sangkal.
ADVERTISEMENT
Tari Muang sangkal merupakan tarian tradisional daerah Madura. Kata “Muang Sangkal" sendiri di ambil dari bahasa Madura yang berarti “Muang itu membuang” dan “ Sangkal itu petaka”. Jadi jika di gabungkan arti keduanya tarian menolak bala atau malapetaka. Untuk lebih jelasnya akan di bahas di bawah ini.
1. Asal usul tari Muang Sangkal
Tari Muang Sangkal awalnya di ciptakan oleh seorang seniman yaitu Taufiqurrachman yang peduli akan kebudayaan yang beragam di Madura. Melihat potensi Madura di berbagai unsur budaya menginspirasinya untuk menciptakan kesenian tari yang bisa menampilkan wajah Madura dalam bentuk gerakan. Dalam setiap gerakan yang di tampilkan mengandung filosofi yang erat kaitannya dengan Madura baik masyarakatnya maupun alamnya.
2. Ciri khas tarian Muang Sangkal
Ciri khas dari tari ini umumnya sama dengan tarian di daerah lain, gerakannya melambangkan tata cara bersikap masyarakat Keraton Sumenep dan Keraton Yogyakarta, lembut, tegas dan penuh kasih. Namun, ada beberapa ciri khas yang mecolok diantaranya, penari harus ganjil dan harus wanita, wanita yang menari tidak boleh menstruasi dan harus perawan atau belum menikah. Oleh sebab itu biasanya jika tidak memenuhi persyaratan maka pelaksana tari pun harus mengundurkan diri. Tarian ini di anggap suci karena berhubungan dengan permintaan untuk di hindarkan pada kesialan. Oleh karena itu penarinya juga harus terbebas dari unsur negatif atau harus suci seperti yang di sebutkan.
ADVERTISEMENT
3. Pakaian atau properti tari
Adapun pakaian yang digunakan adalah baju adat pengantin Madura Sumenep yaitu Legha yang berwarna merah, hitam dan kuning. Warna baju memiliki makna sendiri yang berarti Kapodhang Nyocco’ Saare yang artinya jika di bahasa Indonesia adalah "ratu segala bunga".
4.Gerakan dalam tari
Tari Muang Sangkal memiliki gerakan yang awalnya lumayan keras atau cepat diiringi oleh gamelan gending sampak yang dilanjutkan gending oramba-orambe’. Hal ini mengisyaratkan putra keraton yang menuju ke Taman Sore. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan yang lebih pelan atau halus, penari biasanya membawa cemong atau cepu yang sudah di hias dan berisi beras kuning atau padi.
Hal ini mengisyaratkan seorang puteri keraton yang sedang berjalan ke Madiyoso yang merupakan koridor Keraton Dalem menuju Pendopo Agung Keraton Sumenep. Dalam Pertunjukan tari Muang Sangkal di iringi oleh Gendhing. Padi yang di masukkan pada cepu biasanya di lempar atau di tabur dengan cepat ke sekitaran penari, hal ini menandakan pengusiran terhadap roh jahat.
ADVERTISEMENT
5.Fungsi tarian Muang Sangkal
Seperti yang dijelaskan di awal jika fungsi dari tari Muang Sangkal yaitu untuk mengusir atau menolak mala petaka. Manusia di ciptakan oleh Tuhan YME, dalam hidup ada dua hal yaitu kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu tarian ini menekankan untuk senantiasa berusaha mengikuti jalan kebenaran. Manusia sebaiknya berusaha jangan menyerahkan segala hidupnya pada pemikiran atau tergantung hanya pada tuhan tanpa adanya usaha. Ada beberapa fungsi tarian Muang Sangkal juga, sebagai berikut:
a. Sebagai cerminan legimitasi tatanan sosial
b.Sebagai perwujudan religiusitas
c.Sebagai hiburan sosial
6. Digunakan saat kapan?
Tari Muang Sangkal biasanya digunakan saat perayaan Hari Ulang Tahun Sumenep, Karnaval, penyambutan tamu daerah dan saat pernikahan. Tapi tari ini wajib ada, saat HUT Sumenep dan saat penyambutan tamu daerah karena untuk meperkenalkan kebudayaan Madura Sumenep.
ADVERTISEMENT
Mungkin hanya itu yang dapat disajikan dari tari Muang Sangkal, semoga kebudayaan di Indonesia dalam bentuk apapun tetap lestari dan semakin eksis kedepannya.