Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Berkenalan dengan Wahyu, Pencipta Alat "Kupclang"
3 Juli 2024 6:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muni Wiraswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wahyu berjalan memasuki rumah dengan langkah pasti, menghampiri kami dengan sambutan hangat khas warga desa yang ramah. Setelah mengobrol beberapa lama, kami dituntun ke belakang rumah untuk melihat perkakas produksi kolang-kaling yang menjadi ciri khasnya beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Mata kami terus mengawasi Wahyu yang bertutur di depan kamera dengan percaya diri. Seolah dirinya telah terbiasa tampil.
Tahun 2022 lalu, Wahyu berhasil meraih Juara Favorit kategori Teknologi Tepat Guna (TTG) di Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) XXIII. Dalam ajang tersebut, Wahyu berinovasi dengan alat sederhana pengupas kulit kolang-kaling untuk mempermudah kinerja petani kolang-kaling. Alat ini kemudian dinamai Kupclang.
Wahyu telah menjadi petani sejak tahun 1994. Di kampung halamannya, Desa Cisampih, Jatigede, banyak masyarakat yang memproduksi bahan makanan yang berasal dari pohon aren. Ada yang memproduksi gula aren dari bunga enau, juga ada yang memproduksi kolang-kaling. Maka dari itu, inovasi alat pengupas yang diciptakan Wahyu dianggap membantu pekerjaan petani kolang-kaling untuk efisiensi waktu dan meminimalisir modal.
ADVERTISEMENT
Yanti Yulianti, Kepala Desa Cisampih mengaminkan hal tersebut. Menurutnya, dalam wawancara bersama Radar Sumedang, produksi kolang-kaling di Desa Cisampih menjadi semakin melimpah semenjak lahirnya Kupclang dari inovasi Wahyu.
Menurut keterangan Wahyu, karena sistem petani adalah berkelompok, maka Kupclang ini juga digunakan oleh petani di desanya.
Pria periang itu menuturkan, apabila petani kolang-kaling mengupas kulit kolang-kaling menggunakan pisau memerlukan waktu yang banyak. Sebab di dalam satu buah kolang-kaling, terdapat tiga biji buah yang harus dikupas satu per satu. Bahkan, sering kali para pengupas kulit mendapatkan zonk, karena biji buah kolang-kaling yang hanya terisi satu atau dua saja. Sementara mereka harus tetap mengupasnya untuk memastikan.
Wahyu melanjutkan ceritanya, bahwa permintaan kolang-kaling sering kali meledak di beberapa masa, seperti saat bulan Ramadhan ataupun musim kemarau. Maka dari itu, dengan permintaan yang banyak, Wahyu pun berinovasi dengan Kupclang.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah sekitar 2 tahun terlewat, Wahyu mengaku masih merasa seperti berada dalam mimpi ketika menerima penghargaan tersebut. Ia bercerita dengan mata yang menerawang dan berbinar.
“Alat yang sangat sederhana, kok bisa mendapatkan penghargaan yang luar biasa dari petinggi-petinggi negara?” tutur Wahyu.
Wahyu mengaku bahwa alat ini adalah buah dari pemikirannya sendiri, berdasarkan pengalamannya selama puluhan tahun menjadi petani kolang-kaling.
Saat masih menggunakan pisau konvensional untuk mengupas buah kolang-kaling, Wahyu melakukan percobaan dengan alat sederhana dari bambu. Ia mencoba untuk menekan buah kolang-kaling, memastikan apakah biji buah dapat ditekan dengan bambu tersebut. Hasilnya positif, sehingga Wahyu pun meneruskan dengan membuat alat sederhana dari kayu yang memiliki dua sisi berbeda: tempat pisau dan tempat menjepit buah agar biji buah keluar.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah mendapatkan evaluasi, Wahyu pun menyatukan kedua sisi tersebut sehingga proses kerjanya menjadi lebih efisien dengan sekali tekan. Alat tersebut kini juga menjadi lebih aman karena meminimalisir tangan terkena irisan pisau.
Kupclang dijual dengan harga 250 ribu rupiah. Menurut Wahyu, alat ini sangat sederhana, sehingga dalam sekali lihat, tukang kayu pasti sudah mengetahui bagaimana pembuatan alat ini.
Dony Ahmad Munir, Bupati Sumedang, dalam wawancaranya bersama Kompas.com menyampaikan harapannya atas pencapaian Wahyu. Ia berharap agar inovasi dan pencapaian dari Wahyu dapat menjadi motivasi bagi warga Sumedang untuk terus berkreasi dan berinovasi melalui teknologi tepat guna, demi mengatasi persoalan sosial, terutama ketahanan pangan.
Dengan segala pujian yang ia terima, Wahyu mengatakan bahwa dirinya masih ingin mencari cara untuk mengembangkan teknologi sederhana untuk merontokkan padi. Wahyu bercerita pada kami tentang kesulitan petani dalam proses perontokan padi sehingga membuat hatinya tergerak untuk mencari cara demi mempermudah pekerjaan.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya melakukan apa yang saya bisa, Tuhan yang menggerakkan saya,” kata Wahyu.
Wahyu juga turut menyampaikan harapan-harapannya kepada pemerintah untuk mendukung perkembangan pertanian. Menurutnya, pemerintah perlu membantu dalam bidang permodalan untuk meningkatkan kemampuan alat. Selain itu, hal lain yang menurutnya patut menjadi perhatian pemerintah adalah pemasaran produk hasil panen.