Konten dari Pengguna

Romantisasi Lalu Lintas Jatinangor

Muni Wiraswari
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
3 Juni 2024 8:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muni Wiraswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondisi lalu lintas di Jatinangor saat sepi. Foto: Muni Wiraswari
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi lalu lintas di Jatinangor saat sepi. Foto: Muni Wiraswari
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai remaja perempuan yang sering menonton film romcom dan membaca fanfiction minimal sebulan enam kali, saya tentu suka meromantisasi segala hal. Terutama ketika sedang menikmati waktu sendiri di tengah keramaian, seperti berjalan kaki dan naik kendaraan umum.
ADVERTISEMENT
Kalau di film-film, pasti sudah ada lagu yang melatarbelakangi aksi saya. Maka dari itu, saya sering menggunakan earphone demi mendengarkan lagu untuk meromantisasi kegiatan saya.
Kelihatan asyik, sampai akhirnya saya tersandung batu di pinggir jalan tanpa trotoar karena terlalu menikmati.
Oh, Jatinangor.
Tinggal selama dua tahun di kecamatan ini tetap saja membuat saya belum terbiasa dengan kondisi jalannya. Yah, meskipun tersandung batu juga kesalahan saya karena tidak fokus di jalan, sih. Tapi, tetap saja, menurut saya, fasilitas pejalan kaki di kecamatan ini perlu diperbaiki.
Lalu lintas Jatinangor sering kali dipadati oleh kendaraan bermotor yang tak pernah mau mengalah. Mereka melaju cepat, seringkali memotong jalan di pertigaan dekat Gerbang B Unpad, bahkan parkir di pinggir jalan dan menghalangi pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
Trotoar di Jatinangor ini tak dapat diharapkan. Trotoar hanya dipasang di beberapa tempat, seperti di dekat Unpad dan ITB atau di dekat Kantor Kecamatan Jatinangor, dan di beberapa tempat lain.
Jadi, pejalan kaki sering kali terpaksa harus mengambil sisi jalan karena tak ada trotoar dan lahan jalan dipakai parkir kendaraan.
Selain itu, kami juga sering sulit menyebrang. Memang ada zebra cross, tapi menurut saya beberapa diletakkan di tempat yang kurang tepat. Contohnya, zebra cross di dekat Gerbang Lama Unpad yang letaknya tepat setelah pertigaan Hegarmanah. Di sana juga sering ditempati oleh angkot yang ngetem, sehingga kendaraan yang berbelok tak terjangkau mata.
Zebra cross di Hegarmanah. Foto: Muni Wiraswari.
Rasa-rasanya, saya hampir setiap hari bertarung dengan malaikat pencabut nyawa!
ADVERTISEMENT
Padahal kan, saya berharap bertemu sosok pemeran pria utama dalam hidup saya di jalan. Bukannya bertemu ajal.
Padahal pada tahun 2020 kemarin, BEM Unpad pernah meminta fasilitas JPO ke Menteri PUPR. Tapi, tak tahu deh, kelanjutannya bagaimana. Sepertinya informasi ini juga sudah basi.
Belum lagi, polusi suara yang disebabkan oleh pengendara motor dengan knalpot brong. Setahu saya, sudah ada Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang penggunaan knalpot ini.
Tak sampai sana, ada juga bis telolet yang beberapa kali muncul. Kalau saya sedang membuat video atau rekaman lainnya untuk tugas, jadi terganggu.
Duh, bagaimana ya kehidupan saya di Jatinangor pada hari-hari berikutnya?