Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menggugah Kesadaran Lingkungan lewat Film Dokumenter ‘Teba Modern’
6 Februari 2025 8:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Luh Putu Kusuma Ririen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film dokumenter berjudul ‘Teba Modern’ diputar secara perdana untuk publik pada 24 Januari 2025 di Kulidan Kitchen and Space, Sukawati, Gianyar, Bali. Film dokumenter ini ditujukan sebagai medium kampanye dan edukasi kepada publik diproduksi oleh Yayasan Rumah Berdaya Saraswati (YRBS). Produksi film dokumenter didukung sepenuhnya oleh Samdhana Institute dan Voices for Just Climate Action (VCA) atau Aksi Perubahan Iklim Berkeadilan Indonesia.
Karya film dokumenter ‘Teba Modern’ menjadi bagian dari kampanye global untuk menyebarluaskan praktik-praktik baik (best practices) dari solusi lokal inspiratif untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. Di dalam film dokumenter ini mengangkat kisah terutama tentang keberhasilan dari upaya dan aksi penanggulangan sampah organik yang telah dilakukan oleh warga di Kabupaten Gianyar, Bali.
ADVERTISEMENT
“Film dokumenter ini dibuat untuk menyampaikan pesan bahwa solusi atas perubahan iklim dan pengelolaan sampah organik dapat dimulai dari langkah kecil di sekitar kita. Melalui acara ini, kami ingin menginspirasi masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian bumi,” ujar I Made Agung Eka Nugraha, Ketua YRBS.
Selain sebagai inovasi metode pengelolaan sampah organik secara mandiri, Teba Modern juga mengusung nilai-nilai kearifan lokal Bali. Teba berasal dari bahasa Bali yang memiliki arti halaman atau pekarangan belakang yang berada di tiap rumah. Di masa lalu, material organik atau limbah dapur dibuang ke teba yang biasanya ditanami pohon kebutuhan sehari-hari (pisang, kelapa, bunga, dan lain-lain).
Sistem Teba Modern melalui sumur komposter dapat mudah diaplikasikan karena sistemnya yang sederhana dan warga juga secara langsung mempraktikkan pemilahan sampah yang dimulai dari rumah tangga. Komang Adiartha, pendiri (founder) YRBS mengungkapkan, “Selain di tingkat rumah tangga, sistem Teba Modern pada perkembangannya kini telah digunakan di ruang-ruang lainnya, seperti sekolah-sekolah, perkantoran, dan sebagainya. Hal ini sangat positif karena pengelolaan sampah organik berbasis sumber ini akan membantu pengurangan volume sampah di TPA.”
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui, perubahan iklim (climate change) disebabkan oleh konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang sebagian besar berasal dari aktivitas manusia salah satunya dikarenakan pencemaran lingkungan dan pengelolaan sampah yang buruk. Dalam pernyataan yang disampaikan di dalam film dokumenter, Catur Yudha Hariani (PPLH Bali) menyatakan bahwa timbulan sampah yang tinggi dan tidak terkelola dengan baik di TPA akan menghasilkan gas metana yang berbahaya. Gas metana merupakan salah satu GRK yang dapat mempercepat pemanasan global.
Perspektif dari berbagai kalangan di dalam film dokumenter ‘Teba Modern’ ditampilkan secara holistik, baik dari para pengguna Teba Modern, aparatur desa, pemuka agama Hindu sebagai tokoh masyarakat, LSM lingkungan, dan pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar). Diharapkan dengan adanya pandangan-pandangan dari berbagai pihak yang mendukung penerapan Teba Modern, mampu menginspirasi komunitas lain untuk mengadopsi solusi serupa untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.
ADVERTISEMENT
Dalam acara peluncuran dan pemutaran film dokumenter ‘Teba Modern’ secara bersamaan juga dirangkai dengan kegiatan talkshow yang diikuti oleh pengunjung. Para pembicara talkshow terdiri dari Wayan Balik Mustiana (pengguna Teba Modern dan pegiat lingkungan dari Desa Adat Cemenggaon), Catur Yudha Hariani (PPLH Bali), dan Medy Mahasena (sutradara film dokumenter ‘Teba Modern’) yang dimoderatori oleh Ni Ketut Sudiani (jurnalis independen).
Medy Mahasena selaku sutradara dalam kesempatan ini menyampaikan harapannya, “Di dalam film ‘Teba Modern’ ini kami sampaikan lewat visual yang relevan, cerita yang dekat dengan realitas, dan solusi yang bisa langsung dilakukan. Kami juga tujukan film ini untuk anak muda agar dapat lebih peduli dengan alam dan lingkungan lewat hal-hal sederhana.”
ADVERTISEMENT
Di akhir acara, pengunjung juga mendapatkan kesempatan untuk menikmati pameran seni cukil dengan tajuk ‘Teba Modern, Aksi Lokal’. Karya-karya seni cukil yang ditampilkan berasal dari mahasiswa dan mahasiswi ISI Denpasar sebagai peserta pameran, yang merupakan hasil interpretasi tentang Teba Modern dan refleksi pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Secara keseluruhan acara ini menyuarakan harapan di tengah tantangan global terkait dampak perubahan iklim dan mengajak publik untuk menjadi bagian dari perubahan melalui langkah-langkah nyata menyelamatkan lingkungan.
Film dokumenter 'Teba Modern' juga dipublikasikan melalui channel YouTube Yayasan Rumah Berdaya Saraswati agar dapat ditonton secara luas oleh publik. Film dokumenter tersedia dengan subtitle bahasa Indonesia dan bahasa Inggris .
Artikel ini disusun berdasarkan pengalaman penulis dalam mengikuti kegiatan peluncuran perdana film dokumenter 'Teba Modern'. Artikel ditulis dalam rangka kerja sukarela dan telah mendapatkan persetujuan dari pihak Yayasan Rumah Berdaya Saraswati (YRBS) dalam penyusunan dan publikasi artikel termasuk menggunakan dokumentasi (foto dan video) milik YRBS.
ADVERTISEMENT