Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kegagalan Great Leap Forward sebagai Titik Balik Model Ekonomi Tiongkok
27 Desember 2023 12:29 WIB
Tulisan dari Lukas Julian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apa itu Great Leap Forward

ADVERTISEMENT
Great Leap Forward (GLF) merupakan suatu konsep atau gagasan yang ditujukan untuk mempercepat proses perjalanan masyarakat Tiongkok menuju masyarakat yang Komunis. Ciri khas dari gagasan ini adalah sangat menonjolnya mobilisasi masyarakat secara masif untuk meningkatkan produksi komoditas yang dianggap vital. Terdapat empat periodisasi GLF (Bernstein, 2006). Fase pertama dimulai pada akhir 1957 melalui penggalakan paham kiri dan utopis. Fase kedua dimulai pada akhir musim gugur 1958 sampai dengan Konferensi Lushan pada Juli 1959, yang dilanjutkan dengan fase ketiga. Fase keempat, kemunduran GLF, terjadi pada Oktober 1960 ketika para pejabat tinggi begitu banyaknya korban jiwa di wilayah pedesaan.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa motivasi Mao Zedong mengampanyekan GLF? Tentu bila gagasan GLF berhasil, maka ini akan membantu meningkatkan kepercayaan publik terhadap dirinya. Hal tersebut tidak lepas dari konteks kemungkinan adanya persaingan perebutan pengaruh di dalam internal Partai Komunis Tiongkok (PKT). Motif yang boleh jadi lebih relevan, setidaknya bagi saya, adalah adanya ambisi dan arogansi untuk menunjukkan bahwa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) bisa menjadi yang terdepan, bahkan melebihi role-model mereka, Uni Soviet.
Dampak Kegagalan GLF
Akibat dari kegagalan GLF, muncul bencana kelaparan yang sangat masif dan wabah penyakit, memakan korban jiwa dalam rentang sedikitnya dua puluh tiga juta dan paling banyak lima puluh lima juta penduduk. Ini berdampak pada anjloknya tingkat pertumbuhan penduduk ke angka 0.17% di tahun 1961 dimana rata-rata pertumbuhan penduduk di tahun-tahun sebelumnya berada pada kisaran 2%.
Selain kelaparan masif, tingginya angka kematian juga disebabkan oleh wabah penyakit (Bernstein, 2006). Ini diakibatkan oleh kader partai, sebagai pengawas kampanye ini, yang hanya berfokus pada target produksi dan lalai akan kualitas kesehatan masyarakat. Pekerjaan yang melelahkan berbanding lurus dengan melemahnya imunitas dan kamp yang tidak higienis punya peran signifikan terhadap tingginya angka wabah penyakit.
ADVERTISEMENT
Lalu apa penyebab utama kegagalan GLF yang berujung pada kelaparan masif dan wabah penyakit? Tentu kegagalan suatu kebijakan merupakan suatu akumulasi faktor-faktor atomik yang sulit dipisahkan. Namun, tampaknya akan sulit untuk mengelak bahwa motif ambisi dan arogansi Mao Zedong yaitu menggagas GLF untuk menyaingi Uni Soviet berperan signinfikan terhadap kegagalan ini. Ambisi ini tidak terukur dengan matang sehingga target-target produksi yang ditetapkan menjadi tidak realistis.
Landscape Ekonomi-Politik RRT Pasca Mao Zedong
Pasca kematian Mao Zedong pada September 1976, praktis Deng Xiaoping memegang kendali pemerintahan RRT. Naiknya Deng Xiaoping menjadi pucuk pimpinan diharapkan membawa perubahan setelah masyarakat mengalami GLF dan Revolusi Kebudayaan. Atas kemunduran aspek ekonomi selama GLF dan Revolusi Kebudayaan, kecenderungan pragmatis Deng dalam membuat kebijakan menjadi sebuang langkah yang masuk akal.
Salah satu langkah Deng untuk mengejar ketertinggalan ekonomi adalah dengan gagasan ‘Pembebasan Pikiran’ (Gaige Kaifang). Gaige Kaifang merupakan konsep yang bertujuan untuk memodernisasi perekonomian Tiongkok dan membuka perekonomian terhadap pasar global. Untuk memodernisasi perekonomian, Deng menerapkan pembebasan relasi produksi dan kekuatan produksi. Pembebasan relasi produksi memberikan ruang kepada pemodal swasta untuk menggerakkan perekonomian, sementara pembebasan kekuatan produksi memberi ruang inovasi kepada masyarakat. Selanjutnya, untuk mencapai keterbukaan ekonomi dengan pasar global, Deng menerapkan Special Economic Zone (SEZ), di mana investor asing diperbolehkan untuk melakukan penanaman modal. Tentunya daerah-daerah yang diberlakukan SEZ adalah daerah yang memiliki infrastruktur yang mendukung, seperti Shenzhen karena posisinya yang relatif dekat dengan Hong Kong sebagai salah satu role-model.
ADVERTISEMENT
GLF merupakan salah satu bencana terbesar bagi sejarah Tiongkok. Namun ini merupakan sebuah blessing in disguise, kegagalan ini membuat Tiongkok mengubah model ekonominya yang dimulai dengan Gaige Kaifang. Tanpa Gaige Kaifang, Tiongkok mungkin tidak akan berada pada level kekuatan ekonomi saat ini.
Referensi
Bernstein, T.P, “Mao Zedong and the Famine of 1959-1960: A Study of Willfulness”, The China Quarterly No. 186 (Jun 2006).