Menahan Rindu Tuk Menimba Ilmu

Lukman Rizki
Journalism Student at Jakarta State Polytechnic
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lukman Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi foto bandara / foto: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi foto bandara / foto: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Apa yang mendasari seseorang untuk pergi merantau jauh dari kampung halaman dan keluarganya? Banyak faktor yang mendasari hal tersebut, seperti bekerja dan belajar untuk meraih cita-cita. Selain itu, dapat juga untuk menjalani kehidupan maupun mencari pengalaman baru hidup mandiri di tanah rantau.
ADVERTISEMENT
Risiko yang perlu dihadapi untuk menjadi anak rantau adalah rela mengorbankan perihnya kerinduan jauh dari keluarga, saudara, dan sahabat. Hal ini biasa terjadi pada orang-orang yang bertekad penuh keberanian meninggalkan tanah kelahirannya. Guna tercapainya cita-cita dan masa depan yang diinginkan serta membanggakan keluarga.
Menyandang status sebagai mahasiswa rantau di tanah pasundan, pemuda yang akrab disapa Yosa ini sedang menjalani pendidikan di Universitas Pajajaran Semester 4 Jurusan Sastra Jerman. Ia memberanikan diri hidup mandiri di tanah orang untuk belajar.
Yosa seorang pemuda yang tumbuh dan besar di Bogor bersama kedua orang tua dan kakak perempuannya. Menjadi anak bungsu di keluarga yang memutuskan untuk belajar dan tinggal jauh dari orang tua untuk mendapatkan pengalaman baru dan meraih cita-citanya. Ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dipilih untuk membalas semua perjuangan orang tuanya yang telah mendorong hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Suatu hal yang berat saat pertama kali menjalani kehidupan di tanah rantau tanpa keberadaan orang tua didekatnya dan jauh dari teman-teman sekolahnya dulu. Namun, untuk mengusir rasa rindunya itu banyak cara yang dilakukannya, seperti mengirim pesan singkat, menelfon, atau melakukan panggilan video. Sesekali juga disaat waktu libur atau senggang tiba, ia menyempatkan diri untuk kembali ke rumah melepas rindunya.
“Awalnya tidak mudah menjadi anak rantau karena harus tinggal jauh dari orang tua dan keluarga serta teman-teman. Selain itu, jika sakit harus berobat sendiri atau minta tolong tetangga sekitar kost. Jika ingin makan harus masak sendiri atau beli jadi,” Begitu tuturnya.
Terkadang terlintas dibenak tat kala dirinya merindukan suasana rumah, masakan rumah, dan hal-hal yang terjadi di rumah bersama keluarga. Terlebih masakan ibu, tidak perlu cape-cape ia memasak, tinggal duduk manis, ibu akan memasakkan pepes tahu kesukaannya. Pepes tahu buatan ibu beda dari yang lain, hal itulah yang menjadikan kerinduan terhadap masakan ibunya karena selama tinggal di kostan ia kesulitan menemukan itu.
ADVERTISEMENT
Sebagian teman-temannya menganggap bahwa menjadi anak kost atau anak rantau itu enak karena bebas dari orang tua, bisa melakukan apa aja sesuka hati, dan tidak ada yang mengatur. Anggapan yang salah karena tidak semudah itu jauh dari orang tua dan hidup sendiri di tanah orang.
Menjalani hari-hari sebagai anak kost yang melakukan apa-apa sendiri sudah biasa dilakukannya. Hal ini juga membentuk dirinya agar lebih tangguh dan kuat jauh dari orang tua. Membentuk mental yang kuat untuk tidak terus hidup ketergantungan bantuan dari siapa pun. Kekuatan doa restu orang tualah yang menguatkan dirinya sampai di titik ini.
Kerap kali rasa sepi dan sedih menghampiri dirinya disela-sela waktu kosong di sana. Sesekali ia menanyakan kabar dan melaporkan kegiatan dirinya melalui pesan singkat untuk mengurangi rasa khawatir orang tuanya. Menjaga komunikasi dengan teman lama juga dilakukan agar silaturahmi tetap berjalan. Selain itu, teman lamanya bisa jadi penawar rindu semasa sekolah dulu untuk menghibur dirinya dengan saling bertukar cerita.
ADVERTISEMENT
Menjalani kuliah hybrid atau istilah lain dari menjalani kegiatan belajar sebagian tatap muka dan sebagian lagi melalui pertemuan virtual membuatnya sedikit kesulitan dalam memahami materi yang diberikan dosen. Terkadang ia harus belajar dan mengerjakan tugas bersama teman-teman kuliahnya di sekitar kost atau kampus agar lebih mudah paham.
Semua ini merupakan salah satu bentuk proses pendewasaan diri bagi dirinya. Lambat laun akan terbiasa dengan adaptasi baru sebagai mahasiswa rantau di tanah orang. Yang terpenting adalah mantapkan hati dan niat awal datang ke sini untuk apa. Bertanggung jawab atas apa yang telah dipilih dan jalani dengan lapang dada.
(Lukman Rizki M. / Politeknik Negeri Jakarta)