Pindahnya Ibukota Indonesia ke Yogyakarta Tahun 1946

Luluk Maknunah
Mahasiswa Sejarah 20 UNNES
Konten dari Pengguna
16 April 2022 21:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luluk Maknunah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suara proklamasi kemerdekaan telah menyebar ke segala penjuru Nusantara dan hampir semua kalangan masyarakat Indonesia menyambut dengan sukacita.
ADVERTISEMENT
Dengan kemerdekaan ini Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII menyepakati bersama bahwasan-nya wilayah Yogyakarta sebagai kerajaan bergabung dengan Indonesia.
Kemerdekaan yang diraih negara Indonesia tidak serta-merta langsung terbebas dari penjajahan negara asing lagi, sebulan setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 29 September 1945 Belanda memboncengi tentara Sekutu NICA (Netherland Indies Civil Administration) kembali menjajah Indonesia.
Kota Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia menjadi tidak aman lagi karena adanya teror dan ancaman dari pasukan sekutu NICA dan Belanda. Bukan hanya itu saja, terjadi penculikan dan pembunuhan di berbagai wilayah Jakarta.
Situasi di Jakarta pun sudah tidak aman dengan banyaknya intel dan pasukan bersenjata yang berlalu lalang dan pemerintah Indonesia tidak dapat menertibkannya.
ADVERTISEMENT
Keselamatan para pemimpin pun mulai terancam. Bahkan terjadi percobaan pembunuhan terhadap Syahrir pada tanggal 26 Desember 1945, lalu disusul Amir Syarifuddin sebagai korban-nya.
Dengan kondisi tersebut membuat Jakarta sebagai pusat pemerintahan sudah tidak lagi memenuhi syarat menjadi ibukota Negara. Keadan yang gawat darurat tersebut membuat pemerintah memuat sidang kabinet pada tanggal 03 Januari 1946 untuk memutuskan perpindahan ibukota Negara Indonesia ke Yogyakarta.
Dipilihnya Yogyakarta sebagai ibukota negara karena beberapa alasan diantaranya: letaknya yang jauh dari jangkauan musuh, hubungan Yogyakarta ke segala penjuru baik darat maupun udara dan sarana komunikasi cukup mudah, markas besar tentara berada di Yogyakarta, suasana Yogyakarta revolusioner dan republikan, dan daerah paling maju baik secara organisasi dan proses demokrasi pemerintahan yang cukup maju diantara daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Sultan Hamengkubuwana IX mampu membaca situasi dengan baik. Beliau mengetahui bahwa situasi di Jakarta sudah tidak aman, karenanya Sultan Hamengkubuwana IX mengirimkan surat kepada Soekarno.
Sultan menawarkan agar Yogyakarta siap menjadi ibukota baru dengan fasilitas dan pembiayaan yang siap ditanggung kesultanan Yogyakarta.
Dan akhirnya pada 04 Januari 1945, dengan organisasi yang rapi dan sangat rahasia, presiden Soekarno beserta wakilnya Moh.Hatta pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dan ibukota Indonesia pun resmi pindah ke Yogyakarta. Pindahnya ibukota ke Yogyakarta terhitung selama 3 tahun sejak 04 Januari 1945 hingga akhir tahun 1949.
Dukungan dan dorongan baik material maupun spiritual dari seluruh lapisan masyarakat sangat besar bagi tegaknya Bangsa Indonesia. Selain itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga membentangi Republik Indonesia dari perampasan kembali oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Agresi Militer Belanda ll membuat ibukota negara Indonesia kembali porak poranda . Soekarna, Hatta, dan sejumlah pejabat RI ditangkap dan diasingkan. Hal ini membuat ibukota negara Indonesia yang di Yogyakarta kembali berpindah lagi ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai presidennya. Bukittinggi dipilih dalam sidang kabinet karena terletak di pedalaman yang susah dijangkau musuh dan wilayah-wilayah di Jawa sudah ditaklukan Belanda.
Selain itu dipersiapkan pula pemerintahan dalam pengasingan yang ditunjuk A.A Maramis yang sedang berada di India, tetapi tidak jadi. karena terjadi Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang membuat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Dalam sejarahnya, Belanda masih menganggap bahwa kemerdekaan Indonesia terjadi pada 27 Desember 1949 bukan 17 Agustus 1945. Namun pada tanggal 16 Agustus 2005, sehari sebelum diperingatinya 60 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintahan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Foto: Jebretan Pribadi
ADVERTISEMENT