Toleransi Keberagaman Dalam Masyarakat Sesuai Dengan SE Kemenag 2022 dan 2024

Lulu Septiana Dewi Saripi
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
17 Maret 2024 9:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lulu Septiana Dewi Saripi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Menara Masjid di Lingkungan Perkotaan. Foto: dok. Lulu Septiana Dewi Saripi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Menara Masjid di Lingkungan Perkotaan. Foto: dok. Lulu Septiana Dewi Saripi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masjid merupakan tempat ibadah dan tempat aktivitas keagamaan umat Islam yang ada di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki masjid atau tempat ibadah umat Islam ini, hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam tentu lebih banyak dibanding agama lainnya. Maka dari itu Indonesia menjadi negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Walapun demikian bukan berarti Indonesia hanya memiliki satu agama saja, justru Indonesia memiliki berbagai agama lainnya. Hal ini menjadikan Masyarakat untuk tetap menjaga sikap toleransi baik di hari biasa atau di hari-hari keagamaan. Seperti halnya pada bulan Ramadhan, di mana umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh dan memperbanyak ibadah. Maka dari itu, baik dari umat Muslim ataupun umat agama lainnya, hendaknya untuk tetap menjaga sikap toleransi di lingkungan masyarakat.
Penggunaan masjid sebagai tempat ibadah dan aktivitas keagamaan umat Islam baik di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan sering kali menggunakan speaker atau pengeras suara untuk menyampaikan informasi berupa pengingat waktu salat fardu bagi umat Islam, media dakwah, dan digunakan pula untuk membaca al-Qur’an serta tarhim. Pemakaian speaker masjid ini bisa digunakan untuk suara dalam dan suara luar masjid. Speaker dalam masjid hanya mengeluarkan suara untuk di dalam masjid saja, hal ini berbanding terbalik dengan speaker luar masjid yang bisa mengeluarkan suara hingga keluar ruangan masjid.
ADVERTISEMENT
Adakalanya pemakaian speaker luar masjid tidak digunakan, dengan harapan untuk menjaga ketenteraman dan kedamaian bagi umat agama lain. Hal ini dikarenakan pada lingkungan masyarakat tidak hanya terdapat satu agama saja, namun terhimpun pula dari berbagai masyarakat yang memiliki agama minoritas di Indonesia, seperti halnya agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Maka dari itu, Pemerintah oleh Kementrian Agama RI telah menyusun dan mengedarkan surat terkait ketentuan penggunaan pengeras suara masjid.
Isi Surat Edaran Kemenag Terkait Penggunaan Pengeras Suara
Kementrian Agama RI dalam Surat Edaran No.05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala ini menetapkan bahwa penggunaan speaker luar masjid digunakan untuk mengumandangkan azan salat fardu dan pembacaan al-Qur’an atau tarhim dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Pada pembacaan al-Qur’an atau tarhim waktu subuh, penggunaan speaker luar dibatasi maksimal 10 menit sebelum adzan subuh. Sedangkan pada waktu selain subuh, seperti zuhur, ashar, magrib, dan isya pembacaan al-Qur’an atau tarhim dilakukan maksimal 5 menit sebelum azan berkumandang.
ADVERTISEMENT
Dalam surat edaran Kementrian Agama RI No.05 Tahun 2022 menerangkan pula penggunaan speaker masjid pada hari dan waktu tertentu. Seperti hari jum’at, di mana setiap laki-laki yang beragama Islam diwajibkan untuk melaksanakan salat jum’at berjamaah di masjid. Adapun, penggunaan speaker luar masjid pada hari jum’at diatur penggunaannya untuk pembacaan al-Qur’an atau tarhim dengan batas maksimal waktu yaitu 10 menit. Selain itu, pada penggunaan speaker luar masjid dapat digunakan pada waktu takbiran Idul Fitri dan Idul Adha dan kegiatan upacara hari besar Islam atau pengajian yang dilaksanakan hingga di halaman luar masjid.
Isi Surat Edaran Kemenag Terkait Ibadah di Bulan Suci Ramadhan Tahun 1445 H/2024 M
Selain surat edaran di atas, Kementrian Agama RI telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor SE.1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi. Surat edaran tersebut berisi tentang himbauan kepada masyarakat Muslim di Indonesia tentang arahan Ibadah pada bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi untuk tetap menjaga toleransi terhadap perbedaan dalam beribadah. Serta menghimbau masyarakat Muslim Indonesia untuk mengoptimalkan zakat, infak, wakaf, dan sedekah di bulan suci Ramadhan. Pada surat edaran tersebut juga menyatakan bahwa Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan ibadah pada bulan Ramadhan di masjid, musala, dan tempat kegiatan keagamaan lainnya dengan menerapkan ketentuan pada Surat Edaran No.05 Tahun 2022 yang mengatur tentang pengeras suara masjid.
ADVERTISEMENT
Ketentuan pada Surat Edaran Nomor SE.1 Tahun 2024 bukan hanya berisi anjuran dalam beribadah di masjid atau di musala saja saat bulan Ramadhan. Namun, memberikan himbauan untuk melaksanakan takbiran Idul Fitri sesuai dengan Surat Edaran No.05 Tahun 2022 yang mengatur tentang pengeras suara masjid. Adanya hal ini bertujuan untuk tetap menjaga toleransi dalam beragama.
Penggunaan Pengeras Suara Masjid di Lingkungan Masyarakat
Berdasarkan surat edaran di atas, implementasi penggunaan speaker luar masjid bisa digunakan pada lingkungan masyarakat yang memiliki berbagai agama lain selain Islam. Contohnya pada lingkungan masyarakat perkotaan. Lingkungan masyarakat perkotaan nyatanya memiliki tingkat perbedaan agama lebih besar dibanding lingkungan di perdesaan. Lingkungan perkotaan banyak didiami oleh pendatang dari berbagai daerah yang menyebabkan tingkat perbedaan jauh lebih besar dibanding lingkungan perdesaan. Bukan hanya berbeda dari segi agama saja, namun dapat pula berbeda dari ras, suku, hingga keturunan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada lingkungan masyarakat perdesaan memiliki penduduk yang rata-rata merupakan orang setempat dan antara satu sama lainnya masih memiliki hubungan kekeluargaan. Ini yang memungkinkan terdapatnya tingkat perbedaan di lingkungan masyarakat perdesaan dengan perkotaan. Kemungkinan ini menjadikan mayoritas suatu desa ditempati untuk satu agama saja, walau tetap ada peluang untuk terdapatnya suatu minoritas agama lain di desa tersebut.
Dalam lingkungan masyarakat perkotaan, masih terdapat masjid yang menggunakan spekaer luar masjid tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Surat Edaran No.05 Tahun 2022 Menteri Agama. Contohnya pada saat pelaksanaan salat jum’at, di mana penyampaian Khutbah Jum’at hingga pelaksanaan salat, zikir, dan doa menggunakan speaker luar. Hal ini justru masih bertentangan dengan ketentuan Surat Edaran No.05 Tahun 2022 tersebut. Begitu pun, pada saat puasa di bulan Ramadhan tahun 1445 H/2024 M, pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti salat tarawih dan bacaan Qur’an masih dilakukan menggunakan speaker luar masjid, yang mana hal ini tidak sesuai dengan Surat Edaran Nomor SE.1 Tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, pada dasarnya himbauan terkait Surat Edaran No.05 Tahun 2022 dan Surat Edaran Nomor SE.1 Tahun 2024 bukan untuk membatasi kegiatan ibadah umat Muslim. Namun ini dijadikan suatu aturan yang diberikan untuk tetap menjaga sikap toleransi dalam keberagaman dan memberikan ketenteraman serta kenyamanan bagi orang lain. Himbauan tersebut dapat dibina dan diawasi oleh Pemerintah Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan Islam setempat, atas dasar kerja sama dengan Kementrian Agama. Harapannya, surat edaran tersebut dapat dijalani dengan baik dan menjadikan negara kita aman, damai, dan tenteram dalam beribadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.