Pesona Musa salaccensis, Pisang Liar dari Gunung Salak

Lulut Sulistyaningsih
Peneliti Muda di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN
Konten dari Pengguna
27 Mei 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lulut Sulistyaningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Musa salaccensis merupakan pisang asli Indonesia yang pertama kali ditemukan di kawasan Gunung Salak, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Pisang ini dipertelakan pada tahun 1854 oleh Heinrich Zollinger, seorang naturalis dan ahli botani berkebangsaan Swiss yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda kala itu. Epithet "salaccensis" merujuk kepada type locality atau lokasi pertama kali ditemukannya jenis ini, yaitu Gunung Salak. Selain ditemukan di kawasan TNGHS, M. salaccensis juga dapat ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGPP) dan sekitarnya. Masyarakat lokal setempat mengenalnya dengan sebutan “Cau Kole” yang mempunyai arti “Pisang Hutan”. Tidak hanya dapat ditemukan di daerah Jawa, pisang ini tumbuh secara liar di Sumatra, seperti di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Tapanuli Selatan, Sumatera Barat (Gunung Talamau), Bengkulu, dan telah ditemukan pula di Lampung.
ADVERTISEMENT
Secara morfologi jenis ini mempunyai perawakan yang kecil dengan tinggi 1-3 m. Batang semu ramping (slender), bagian atas berwarna hijau kekuningan tanpa lapisan lilin, bagian bawah dihiasi dengan pigmen berwarna merah. Daunnya kecil, pangkal tidak seimbang, ujung tumpul. Perbungaan tegak, berwarna ungu, dihiasi dengan garis melintang merah-jambu, hal inilah yang menjadikan pisang ini tampak menarik. Jantung mekar berbentuk jorong, sangat menyirap dengan ujung tumpul. Braktea lanset, keunguan dengan tepi hijau, berkilau, licin dengan ujung tumpul. Setiap sisir terdapat 2-4 buah, berbentuk silindris, agak bersegi empat, agak melengkung, panjang 9 cm dengan tangkai pendek, panjang 0.2 cm, warna lembayung dengan garis-garis hijau di sepanjang tepinya. Biji berbentuk limas sungsang yang dihiasi dengan torehan melingkar, berbenjol setengah bagian atas, licin bagian bawah, berwarna coklat kekuningan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Musa salaccensis belum banyak dimanfaatkan tetapi potensinya sebagai tanaman hias dapat disandingkan dengan jenis-jenis pisang liar yang telah digunakan sebagai tanaman hias seperti Musa ornata yang telah banyak menghiasi halaman hotel, villa, dan gedung pertemuan. Selain itu, pisang liar ini juga mempunyai potensi sebagai pengganti pakan ternak konvensional dalam ransum ternak ruminansia. Secara umum, jenis ini menyukai tempat terbuka namun masih lembap. Pada habitat aslinya, M. salaccensis ditemukan tumbuh di lereng-lereng hutan dan di bawah naungan pohon. Pisang liar ini merupakan salah satu jenis pisang liar yang tidak tahan terhadap kekeringan.
Habitat Musa salaccensis di Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Foto: H. Wiriadinata)
Perawakan Musa salaccensis dengan braktea menyirap dan buah tegak berwarna keunguan, yang ditemukan tumbuh meliar di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung (Foto: R. Mahyuni & D. Arifiani)