Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Fenomena Tiket Cicilan: Coachella 2025 dan Tren Paylater
20 April 2025 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Lusiana Desy Ariswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Coachella 2025 kembali mencuri perhatian publik, namun kali ini bukan hanya karena panggung megah dan artis papan atas yang tampil, tetapi karena fenomena baru yang kini tengah tren di kalangan pengunjung festival: tiket dengan sistem cicilan atau paylater. Festival musik yang terkenal dengan harga tiket yang tidak murah, kini menawarkan skema pembayaran yang lebih ringan di awal, memungkinkan pengunjung untuk merasakan pengalaman festival mewah ini tanpa harus menguras dompet sekaligus.
ADVERTISEMENT
Harga tiket yang mencapai hampir Rp10 juta untuk kategori umum dan lebih dari Rp20 juta untuk kategori VIP, membuat banyak pengunjung memilih opsi cicilan. Dengan hanya membayar sekitar Rp336 ribu di awal, mereka dapat menikmati festival selama tiga hari penuh tanpa harus membayar semuanya di muka. Fenomena ini tentu menarik perhatian, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang sudah terbiasa dengan skema pembayaran fleksibel.
Namun, ada satu sisi dari sistem ini yang patut dicermati: pembayaran yang harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan tenggat waktu yang ketat. Apabila pengunjung gagal membayar tepat waktu, tiket mereka akan dibatalkan. Tentu saja, hal ini menambah dimensi baru dalam pengalaman Coachella, yang kini bukan hanya soal menikmati musik, tetapi juga soal mengelola finansial pribadi dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Fenomena tiket cicilan ini juga menunjukkan bagaimana festival besar seperti Coachella telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar hiburan. Coachella kini menjadi simbol gaya hidup, sebuah panggung untuk pamer status sosial di dunia maya melalui foto-foto OOTD di gurun pasir, filter hangat, dan caption estetik. Pengalaman festival, yang awalnya hanya berfokus pada musik, kini menjadi ajang untuk eksistensi di media sosial, di mana banyak orang membeli tiket bukan hanya karena cinta terhadap musik, tetapi juga untuk status sosial.
Jika tren ini terus berlanjut, apakah kita akan melihat fenomena serupa di Indonesia? Festival musik besar seperti Synchronize Fest, We The Fest, atau Djakarta Warehouse Project (DWP) mungkin perlu mempertimbangkan skema cicilan untuk menarik lebih banyak pengunjung, terutama dari kalangan mahasiswa dan pekerja muda. Dengan semakin populernya platform paylater seperti Kredivo atau Shopee Paylater di Indonesia, tak ada salahnya jika sistem ini diterapkan untuk festival di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diingat bahwa meskipun sistem cicilan menawarkan kemudahan, kita harus tetap bijak dalam mengelola keuangan pribadi. Jangan sampai gaya hidup yang kita pilih untuk tampil di dunia maya justru berujung pada kesulitan finansial di dunia nyata.
Coachella mengajarkan kita bahwa hiburan bisa datang dengan harga yang tinggi, tetapi jangan sampai kita mengorbankan kestabilan keuangan demi sebuah pengalaman sesaat. Jadi, jika bisa dibayar belakangan, pastikan itu tetap dalam kemampuan kita untuk bayar.
-LDA-