Konten dari Pengguna

Trade War AS-China: ASEAN Jadi Korban Tak Langsung, Indonesia Terancam?

Lusiana Desy Ariswati
I am a management lecturer at the Faculty of Economics Mulawarman University. In addition to teaching, I also have a passion for writing and conducting research.
1 Juni 2025 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Trade War AS-China: ASEAN Jadi Korban Tak Langsung, Indonesia Terancam?
Perang tarif AS-China mengguncang ekonomi global, termasuk ASEAN. Bagaimana Indonesia dan kawasan Asia Tenggara terdampak? Simak analisis dampaknya terhadap perekonomian regional.
Lusiana Desy Ariswati
Tulisan dari Lusiana Desy Ariswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah hype pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara yang melesat, sebuah ancaman tak terduga mengintai: trade war antara Amerika Serikat dan China. Dengan combined GDP ASEAN mencapai 3,6 triliun USD pada 2024, kawasan ini digadang-gadang bakal jadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2030, mengungguli Jepang. Vietnam, misalnya, mencatat pertumbuhan ekonomi lebih dari 7%, sementara Thailand bangkit dari minus ke 3%. Tapi, booming ini terancam oleh perang tarif yang kian sengit.
Sumber: dibuat oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dibuat oleh penulis
Latar Belakang Trade War
ADVERTISEMENT
Semua bermula dari kebijakan Donald Trump yang menaikkan tarif impor barang China hingga lebih dari 100%, demi mendorong konsumsi produk lokal dan mengurangi defisit perdagangan AS yang mencapai 120-130 miliar USD per bulan. China tak tinggal diam, membalas dengan tarif serupa untuk barang AS dan bahkan mengurangi penggunaan brand Amerika. Sekilas, ini cuma drama dua raksasa ekonomi. Tapi, dampaknya ternyata merembet ke seluruh dunia, termasuk ASEAN.
ASEAN: Korban Tak Langsung
Meski tak terlibat langsung, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, jadi sasaran empuk. China, yang dikenal sebagai toko serba 5 ribu dunia berkat barang murahnya, kini kesulitan menembus pasar AS. Akibatnya, produk-produk China membanjiri Asia Tenggara, sering kali disguised sebagai produk lokal ASEAN. Ini mengancam industri lokal yang sulit bersaing dengan harga super murah barang China.
ADVERTISEMENT
Selat Malaka, cheat code perdagangan dunia yang menghubungkan Asia dan Eropa, menjadikan ASEAN sebagai pusat perdagangan global. Namun, banjir produk China ini bisa mengganggu keseimbangan ekonomi kawasan. Menurut Marie L. Kapangestu, mantan Menteri Perdagangan Indonesia, keunggulan China dalam memproduksi barang murah jadi ancaman serius bagi ASEAN.
Indonesia di Persimpangan
Indonesia, sebagai salah satu motor ekonomi ASEAN, tak luput dari ancaman ini. Produk China yang membanjiri pasar bisa melemahkan daya saing industri lokal, terutama UMKM. Di sisi lain, peluang ekspor ke AS juga terhambat akibat tarif tinggi. Ini seperti terjepit di antara dua raksasa yang sedang bertarung.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk bertahan, ASEAN perlu memperkuat kerja sama regional, seperti mempercepat implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Indonesia juga harus mendorong inovasi dan efisiensi industri lokal agar
ADVERTISEMENT