Konten dari Pengguna

Bentangkan Spanduk Kritikan, Dengan Harapan Didengarkan!

Lutfi Hafidz
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
13 Juli 2021 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfi Hafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
WARUNG KOPI RAKJAT HANYA SEGELINTIR YANG BERANI MENYUARAKAN!
Warung Kopi Rakjat bentangkan spanduk berisi kritikan (sumber: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Warung Kopi Rakjat bentangkan spanduk berisi kritikan (sumber: dokumen pribadi)
Seminggu sudah berlalu PPKM darurat diberlakukan, sudah seminggu pula para pedagang berjualan di bawah ketakutan. Bagaimana tidak selama PPKM darurat diberlakukan seluruh aktivitas yang dilakukan di luar rumah dilarang tak terkecuali kegiatan berdagang.
ADVERTISEMENT
Kebijakan PPKM darurat dinilai pemerintah merupakan salah satu cara untuk menekan angka penyebaran virus corona di Indonesia. Karena PPKM menuntut agar semua masyarakat agar tetap di rumah saja dan tidak diperbolehkan beraktivitas keluar rumah. Sehingga kantor-kantor pun membuat kebijakan work from home atau para karyawan bekerja dari rumah.
Tetapi kebijakan tersebut tidak mengindahkan nasib para pedagang yang hanya mengandalkan uang hasil penjualan di mana di masa PPKM para pedagang tidak diizinkan untuk menggelar dagangannya di berbagai sudut kota.
Kepedihan tersebut tidak hanya dirasakan oleh para pedagang kaki lima saja, Warung Kopi Rakjat adalah salah satu dari segelintir UMKM yang turut serta terkena dari dampak PPKM yang melumpuhkan penjualannya. Kedai kopi ini mengaku sudah banyak kerugian yang diterima akibat dampak PPKM ini.
ADVERTISEMENT
Mereka mengaku kesal dan geram terhadap pemerintah karena mengeluarkan kebijakan tetapi tidak memikirkan dampak domino yang diakibatkannya. Rayhan Akbar selaku Digital Marketing Warung Kopi Rakjat mengaku sudah banyak sekali perubahan di kedai semenjak PPKM diberlakukan terutama di sektor penjualan.
Jika sebelum PPKM diberlakukan mereka dapat menjual sampai 300 cup kopi dalam sehari tetapi semua berubah ketika kebijakan itu diberlakukan, mereka hanya sanggup menjual kurang dari 30 cup kopi saja. Memang sangat jauh perbedaan penjualan yang didapat, tetapi apa boleh buat mereka pun tidak bisa berbuat banyak karena jika melawan bisa-bisa di bungkam.
Hari demi hari mereka lewatkan dengan harapan banyak pelanggan yang akan berdatangan, tetapi penantian itu sia-sia nyatanya sedikit sekali pelanggan yang datang. Mereka tetap bersyukur walau hanya sedikit yang datang dan berpikir positif mungkin hari esok akan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Hari yang mereka nanti pun tak kunjung tiba, alih-alih untung mereka pun justru merugi, karena meskipun penjualan terus menurun mereka tetap harus membayar sewa dan upah pegawai yang hebatnya lagi sampai saat ini meskipun banyak pengusaha yang merumahkan atau memotong upah pegawainya justru pemilik dari Warung Kopi Rakjat tidak melakukan itu. Ia tetap membayar upah dan mempekerjakan pegawainya secara penuh.
Mereka terus memutar otak bagaimana cara agar keresahan mereka didengar oleh pemerintah dan masyarakat luas, akhirnya bermunculan lah ide-ide kreatif yaitu menyampaikan kritik melalui kata-kata satire yang dicetak dengan spanduk dan kemudian mereka bentangkan di depan kedai kopi kemudian mereka unggah di media sosial instagram.
Spanduk itu bertuliskan “Ya Tuhan, Jualan Kopi Aja Kayak Open BO, Takut Sama Patroli”. Foto tersebut diunggah melalui Instagram @warungkopirakjat pada 5 Juli 2021 lalu. dan berhasil menuai banyak komentar netizen. Mereka menganalogikan kini berjualan kopi sudah seperti para PSK yang sedang menjajakan dirinya tetapi dikejar-kejar oleh aparat yang ingin menertibkannya, seakan-akan kini menjual kopi adalah sesuatu yang sulit sekali karena dihantui rasa takut terkena penertiban.
ADVERTISEMENT
Mereka mengaku senang karena unggahan yang berisikan kritikan tersebut dibanjiri oleh komentar dan likes dari netizen. Mereka tidak berekspektasi unggahannya akan meledak dan menjadi viral, “tujuan awalnya hanya untuk menyuarakan kritik” ujar Rayhan.
Setelah meledak dan viralnya unggahan tersebut mereka berharap menemui titik terang untuk para pelaku UMKM dan para pedagang yang harus terus berjualan agar tetap bisa makan. Selain itu mereka juga berharap agar pemerintah mendengar kritikan tersebut dan kemudian memberikan solusi bukan tindak represif kepada setiap pedagang yang berjualan.