Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Komunitas Seni Kriya di Tengah Modernisasi Nusantara
10 Juli 2021 20:09 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
Tulisan dari Lutfi Hafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah arus modernisasi yang terus melaju di Nusantara membuat beberapa kesenian konvensional seperti seni kriya terkesan dilupakan, karena dianggap ketinggalan zaman dibandingkan beberapa seni yag lainnya seperti, musik, film, tari modern. Para kawula muda kini cenderung lebih menyukai seni yang terpengaruh dari negara luar seperti K-Pop, musik RnB, musik Hip-Hop, padahal jika disandingkan dengan yang lainnya seni kriya juga tak kalah menarik.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Bogor tempat tinggal ku terdapat sebuah komunitas seni kriya yang masih terus berjuang agar para generasi muda tetap menyadari dan paham bahwa seni kriya itu "belum mati". Komunitas itu bernama Graha Cipta Kriya merupakan sebuah komunitas seni yang didirikan oleh Dega Asmara yang beralamat di Perumahan Cipta Graha Permai, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Komunitas ini berkegiatan tentang segala sesuatu yang berbau seni, tetapi lebih spesifik tentang pembuatan kriya dan kerajinan tangan, yang dibuat dari bahan baku berupa limbah yang ada di lingkungan sekitar.
Komunitas ini sendiri sudah berdiri sejak 9 Februari 2020 saat pandemi virus corona mulai mewabah di Indonesia, yang mengharuskan masyarakat berdiam diri di rumah masing-masing dan tidak boleh keluar meskipun hanya sekadar berolahraga.
ADVERTISEMENT
Dega Asmara (Pendiri Graha Cipta Kriya) juga bukan merupakan orang yang baru di dunia seni Indonesia, Bang Dega itulah panggilan akrabnya merupakan “Pemain Lama” karena sebelum Ia mendirikan komunitas ini, Ia bekerja disalah satu kelompok teater ternama di tanah air yaitu Teater Koma.
Bagi yang belum mengetahui apa itu Teater Koma , Teater Koma merupakan sebuah kelompok seni teater yang berdiri pada 1 Maret 1977 di Jakarta. Sebagai kelompok teater yang sudah cukup tua, Teater Koma memiliki reputasi yang cukup bagus di kancah perteateran Indonesia. Tercatat sudah 111 repertoar yang dimainkan, baik di layar televisi maupun di panggung konvensional.
Tetapi karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu kriya mungkin bisa menjadi salah satu alasan kriya menjadi kurang menarik atau popular di kalangan masyarakat khususnya remaja. Karena remaja pada zaman sekarang cenderung lebih memilih jenis seni seperti musik, film, tari, dan lain-lain, jarang dari mereka yang tertarik dengan kriya.
ADVERTISEMENT
Seni Kriya memanglah sangat asing di telinga beberapa orang dan begitupun aku dan teman-temanku. Setelah menelusuri lebih dalam ternyata Kriya atau hasta karya memiliki pengertian kegiatan seni yang menitikberatkan pada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetik.
Karena pada sampai saat ini untuk komunitas seni di kawasan Kabupaten Bogor sendiri masih sangatlah jarang dijumpai bahkan di Indonesia pun masih jarang dijumpai, meskipun ada, mereka kurang mendapatkan perhatian dan apresiasi dari masyarakat atau pemerintah sekitar. Hal tersebutlah yang menjadi kendala mereka untuk melebarkan sayapnya lebih besar, seperti kendala biaya, kendala bahan baku, dan kendala tempat.
ADVERTISEMENT
Kendala itu juga yang dihadapi oleh Graha Cipta Kriya, dalam berkarya sehari-hari mereka terkendala dengan masalah biaya yang terbatas, meskipun bahan baku utama berasal dari limbah barang yang sudah tak terpakai tetapi mereka tetap harus membeli beberapa alat seperti lem, kawat, dan lain-lain.
Selain itu juga mereka juga terkendala dengan workshop yang berada di tengah-tengah pemukiman yang menyebabkan seringnya terjadi konflik dengan warga karena suara bising mesin-mesin memotong bahan baku. Pernah suatu waktu saat aku ikut dalam pembuatan kostum superhero, di situ karena banyaknya orang yang ikut andil dalam pembuatannya dan juga banyak diperlukan bahan baku, juga kebisingan saat memotong kayu, kami pun diperingati oleh warga setempat untuk menyudahi dan pulang segera.
ADVERTISEMENT
Tetapi dengan adanya kendala tersebut bukan menjadi masalah yang berarti untuk Graha Cipta Kriya, mereka tetap berkarya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada dan membuat segala pekerjaan seefektif mungkin sehingga tak ada yang terbuang sia-sia. Mereka akan terus berkarya sampai para masyarakat sekitar dan juga pemerintah mengakui keberadaannya dengan menunjukkan hasil-hasil karyanya yang menakjubkan.
Karya-Karya yang pernah dibuat Graha Cipta Kriya juga bukan karya yang bisa dianggap remeh, kami sudah perna membuat, kostum superhero yang didesain langsung oleh para anggotanya dengan memiliki karakteristik dan ciri khas dengan tidak meniru dari tokoh superhero yang sudah ada. Bahan baku pembuatannya juga berasal dari limbah-limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai, kemudian mereka bersihkan dan dipakai untuk menjadi bahan baku pembuatan, dengan demikian tidak memerlukan biaya banyak untuk memproduksinya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kostum superhero yang dihasilkan oleh Graha Cipta Kriya, mereka juga menghasilkan beberapa kerajinan lainnya seperti vas bunga, topeng, asbak, gantungan kunci, lukisan, bahkan mereka membuat kolam ikan yang terbuat dari limbah bambu.
Mereka memiliki cita-cita untuk mengadakan pameran yang layak dan siap dari segi tempat, dekorasi, keamanan, dan selayaknya pameran resmi, dan sedang dalam proses, mereka terus menggandakan karya-karyanya, mencari donatur untuk membiayai pameran tersebut. Dengan tujuan agar seni kriya dan para pelakunya dapat diperlakukan dengan layak dan diapresiasi sama dengan seni-seni lainnya. (Luthfi Hafidz/Politeknik Negeri Jakarta)