Polemik Sungai Yangtze

LUTFI WIBAWA
Seorang Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia, yang saat ini sedang tertarik isu isu baik politik, lingkungan dan kebijakan nasional atau kancah internasional.
Konten dari Pengguna
12 November 2020 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LUTFI WIBAWA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penampakan Sungai Yangtze yang Menjadi Permasalahan dan Polemik di Cina
Sungai Yangtze di Cina dengan Panjang 6300 km, yang menjadikan sungai ini menjadi sungai terpanjang di asia, dimana sungai terpanjang ini selalu menjadi permasalahan besar dalam lingkungan mengingat akan rusaknya ekologi kehidupan sekitar di sungai ini menjadikan Cina sebagai penyumbang sampah terbesar melalui sungai ini, padahal sungai Yangtze ini sebagai pengalir air bagi 200 kota di sepanjang alirannya dan tahun 2020 ini menurut ahli geografi dari Nanjing mengatakan bahwa sungai sepanjang 6300km sudah 30% tercemar polutan atau sampah yang berbahaya dan sudah sangat kritis keadaanya. Disamping itu dampak dari pencemaran polutan tersebut menjadikan sungai ini menjadi salah satu sungai terjorok di dunia. Tidak hanya itu saja sungai Yangtze ini karena banyaknya sampah menyebabkan banyak kota di tengah Cina kebanjiran dan juga sebab dari sungai ini mengakibatkan aliran sungai sungai kecil yang ada di Cina airnya menaik dan mengakibatkan banjir, hal ini sering terjadi di Cina dan menyebabkan banyak masyarakat mengalami kerugian seperti rumahnya terendam banjir, mobil dan motor rusak, perdagangannya atau kiosnya juga terkena banjir. Dan karena banjir inilah pemerintah Cina sering mengevakuasi daerah kota di tengah Cina khususnya kota bernama Juliang.
ADVERTISEMENT
Tentu Cina dengan ekonomi terbesar nomor dua di dunia dan juga teknologinya lebih mumpuni daripada asia tenggara masih juga kurang sadarnya melihat adanya kasus banjir di Cina, mengingat juga sungai Yangtze adalah sungai terbesar di asia dan tentunya memiliki dampak yang besar pula tidak hanya di Cina namun juga aliran sungai Yangtze yang mengarah ke negara tetangga dan juga sungai paling berpengaruh di Cina, saya sebagai mahasiswa hubungan internasional tidak hanya mempelajari hubungan negara satu dengan negara lain namun juga mempelajari environmental dan pembangunan, dengan ini saya ingin beropini dan menganalisa mengenai kasus tercemarnya sungai Yangtze dengan perspektif environmentalism dari susan baker, dilihat dari pilar lingkungan, Cina tergolong sangat lemah dalam pembangunan berkelanjutan dalam masalah sungai Yangzte di Cina hanya terpaku terhadap uang yang didapat dari bisnis daur ulang dan sering mengimpor sampah plastik, bahkan impor plastik dan daur ulangnya adalah komoditi ke enam di Cina sendiri sehingga bisnis tersebut adalah bisnis yang menguntungkan. Namun sisi sampingnya sangatlah buruk walaupun pemerintah Cina mengusulkan dan memberhentikan impor sampah plastik sebanyak 50% namun Kembali lagi jika dilihat dari pilar lingkungan walaupun pemerintah mengusulkan memberhentikan impor sampah plastik. akan tetapi dalam prakteknya masih diberlakukanya impor plastik dan mengakibatkan tercemarnya sungai Yangzte itu, hal ini menjadikan lemahnya praktek kebijakan di Cina meskipun usulannya baik tetapi prakteknya tidak diberlakukan sebaik yang diusulkan, alangkah baiknya negara dengan ekonomi terkuat ini juga memperbaiki permaslahan pengairan di Cina dan juga sebenarnya sungai sungai jorok di Cina juga banyak namun yang paling kritis ialah sungai Yangtze memang masih terdampak 30%namun jika tidak adanya kesadaran dari masyarakat dan pemerintah pastinya akan lebih parah kedepannya jika tidak segera ditangani.
ADVERTISEMENT
Banyaknya zat zat kimia dan logam berat yang diakibatkan dari sampah daur ulang plastic ini seperti tembaga, seng, timbal, arsen bahkan kandungan air di sungai Yangtze, sehingga tidak salah sekiranya Cina mengalami krisis air bersih pada tahun 2013 sebanyak 22% air di Cina terkontaminasi sampah dan bangkai babi namun pemerintah Cina mengatakan Cina masih menjamin adanya air bersih di Cina. Dan tentunya dari opini saya ini pemerintah sengaja menutup fakta tersebut karena hasil perdagangan dan bisnis daur ulang plastic sangatlah besar keuntungannya dan pemerintah Cina tetap melakukan impor plastic sehingga tidak terlalu menghiraukan kualitas air di Cina. Dan pada akhirnya tahun 2019 presiden xi jing ping mengusulkan untuk melakukan skema pemindahan air aliran sungai Yangtze yang berpotensi banjir dan meluapnya sangat tinggi Ketika musim hujan dipindahkan ke aliran air yang tidak rawan banjir, namun juga terjadi banyak masalah karena pemindahan aliran sungai ini sangat susah dan rumit di Cina mengingat penduduk di Cina sangatlah banyak dan pemukiman yang padat sehingga menyulitkan untuk mencari akses pemindahan aliran sungai. Walaupun dikerahkan dengan proyek yang dengan anggaran cukup besar namun pembangunannya tetap memerlukan waktu.
ADVERTISEMENT
Dan pada tahun 2020 di saat kritis kritisnya Cina mengalami virus COVID 19 Cina juga dihantam oleh kebanjiran yang besar dari meluapnya sungai Yangtze yang berada di Nanjing tentu kedua hal tersebut membuat pemerintah kewalahan mengingat jumlah kematian masyarakat karena COVID 19 juga tinggi ditambah dengan kiriman banjir dari sungai Yangtze yang mengakibatkan masyarakat ada yang meninggal dan beberapa yang hilang serta rusaknya infrastruktur tentu menambah anggaran bagi negara Cina. Meskipun pemerintah sudah mengerahkan anggaran, hukum serta skema pengaliran arus air namun penulis hanya sedikit menemukan proyek pembersihan sungai Yangtze yang sudah tercemar ini meskipun ada biayanya tidak sedikit sekitar 1 triliun yuan atau jika dirupiahkan 2,1 miliar, itupun banyak pemerintah yang tidak setuju karena beranggapan membersihkan lingkungan akan merugikan ekonominya karena mengerahkan anggaran yang tinggi. Opini penulis ialah dilihat dari pilar enivironmentalism dari susan baker yaitu pemerintah Cina yang pertama usulannya bagus untuk mengurangi impor plastic sebanyak 50% namun realitanya tidak dilakukan serta pembangunan berkelanjutannya lemah padahal Cina adalah ekonomi terbesar kedua di dunia tentu untuk membersihkan sungai Yangtze dengan anggaran 1 triliun yuan bukan hal yang susah, kedua yaitu pemerintah Cina melihat bisnis impor plastic adalah bisnis yang menguntungkan. Opini penulis ialah sungai Yangtze adalah sungai terbesar di asia dan juga sungai yang menjadi urat nadi ekonomi pelayaran dan nelayan di Cina bahkan banyak berita sungai Yangtze banjir karena banyaknya sampah dan mengakibatkan nyawa masyarakat melayang. Alangkah baiknya pemerintah Cina memperhatikan sungai yang menjadi masalah tahunan khususnya banjir ini segera terealisasi meskipun pembersihan sungai itu mahal itu lebih efektif dan rugi sedikit tetapi rakyat hidupnya lebih bersih dan terbebas banjir serta tidak ada banjir yang merusak infrastruktur daripada mengerahkan anggaran untuk mengalirkan air sungai ke sungai lain, tentunya itu sangat masuk akal.
ADVERTISEMENT