Konten dari Pengguna

Rendahnya Minat Literasi di Kalangan Generasi Z

Lutfiyatus Sabrina
Mahasiswa UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID Pekalongan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
20 Oktober 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfiyatus Sabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Namun, konsep literasi telah berkembang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, literasi mencakup kemampuan untuk mengolah, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan cara yang kritis dan kreatif. Literasi itu penting bagi Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 kini memasuki usia dewasa. Generasi Z tumbuh di lingkungan yang selalu terhubung dengan teknologi. Di era digital saat ini, informasi tentu saja mudah diakses melalui internet. Tetapi, hal ini mengkhawatirkan karena kemudahan akses terhadap informasi ternyata berdampak pada menurunnya minat Generasi Z terhadap literasi.
ADVERTISEMENT
Generasi Z merupakan harapan untuk meneruskan dan menjaga keberlanjutan bangsa. Namun karena rendahnya angka literasi pada Generasi Z, terdapat kekhawatiran bahwa Indonesia tidak bisa bersaing dalam mengikuti perubahan zaman. Faktor rendahnya kemampuan literasi ada dua kemungkinan, yaitu: kurangnya kuat pengajaran literasi di lembaga pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung pengembangan kemampuan literasi.
Menurut UNESCO, minat literasi masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001% yang berarti hanya 1 dari 1.000 masyarakat Indonesia yang berminat literasi. Indonesia masih berada di peringkat ke-60 dari 70 negara. Rendahnya minat literasi juga disebabkan oleh fakta bahwa Generasi Z lebih tertarik pada konten visual, seperti gambar dan video di aplikasi TikTok dan YouTube, dibandingkan dengan bacaan panjang atau buku yang berisi teks. Menurunnya minat membaca dan menulis merupakan tantangan bersama dan memerlukan solusi tepat untuk meningkatkan literasi Generasi Z. Kurangnya perhatian terhadap literasi menjadi perhatian khusus masyarakat dan pemerintah. Sebagai masyarakat harus mendukung program berbasis literasi seperti mendirikan perpustakaan daerah yang dibuat oleh pemerintah. Selain mendukung program pemerintah, masyarakat bisa membuat komunitas literasi atau wadah untuk meningkatkan kemampuan literasi Generasi Z. Dengan demikian kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat penting.
ADVERTISEMENT
belajar amstilati dan berdiskusi sumber: foto pribadi
"Pernyataan bahwa Generasi Z kurang dalam literasi merupakan hal yang sering kita dengar. Menurut saya hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, orang tua dan lingkungan sekitar. Orang tua yang mungkin tidak membersamai anak untuk sadar akan pentingnya literasi. Tidak hanya menyuruh, akan tetapi orang tua juga harus terlibat dalam kegiatan anak. Selain itu, ada faktor lingkungan dan perubahan zaman yang signifikan. Semakin banyaknya informasi yang di dapat, otak seseorang mungkin tidak bisa langsung menerima dan mencerna informasi, jadi mereka hanya ingin sekedar informasi sekilas. Untuk kebenarannya itu menjadi urusan belakangan., Ujar Safira, warga setempat.
"Menurut saya, untuk solusi yang perlu diberikan. Hal terpenting adalah tidak jauh dari tempat nongkrog Generasi Z. Sosialisasi di masyarakat tidak akan berpengaruh signifikan. Kita harus mengikuti trend Generasi Z, bagaimana caranya mereka untuk mencari tahu hal tersebut. Pada dasarnya Generasi Z memiliki keingintahuan yang tinggi akan suatu hal. Akan tetapi, sangat disayangkan, yang ingin mereka ketahui tidaklah sepenting itu. Mereka cenderung memilih ingin tahu yang tidak penting," Kata Safira pada kamis (17/10/2024).
ADVERTISEMENT
Generasi Z yang cenderung kurang berminat terhadap literasi, kesulitan memahami informasi, kurang mampu berpikir kritis dan logis, serta kurang mampu memecahkan masalah. Menurunnya minat Generasi Z terhadap literasi berdampak besar pada pemahaman literatur dan kemampuan membaca mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan minat membaca dan budaya literasi, khususnya di kalangan Generasi Z.
"Seiring kemajuan teknologi dan informasi menjadi lebih mudah diakses, informasi perlu diperhatikan pada kredibilitas dan validasi informasi. Oleh karena itu, masyarakat Generasi Z sulit menganalisis dan mengolah informasi yang diterimanya, informasi yang diberikan tidak dapat disebarluaskan dengan baik, bahkan dapat menyebabkan kesalahpahaman dengan memahami informasi tersebut. Dikarenakan kurangnya literasi dalam memahami informasi," ujar Sabrina, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Abdurrahman Wahid Pekalongan.
ADVERTISEMENT
"Mungkin solusinya adalah dengan menyediakan platform informasi online yang mudah diakses, lebih andal, dan valid bagi Generasi Z agar mereka tidak mudah tertipu oleh berita palsu. Pada dasarnya, Generasi Z perlu dididik dan dilatih untuk membaca informasi secara kritis dan mencari informasi. Selain itu membina lingkungan yang baik terutama di lingkungan keluraga, menjadwalkan waktu membaca, menjelajahi genre yang berbeda, memanfaatkan aplikasi membaca serta membentuk komunitas literasi supaya Generasi Z ada kegiatan untuk meningkatkan literasi," Lanjutnya.
Dengan demikian, literasi tidak hanya sekedar membaca, namun dapat menjadi salah satu faktor perluasan ilmu pengetahuan dan wawasan, peningkatan kecerdasan generasi muda, serta peningkatan kualitas peradaban bangsa. Literasi membantu masyarakat menemukan informasi yang dibutuhkannya dengan mudah, cepat, dan tepat. Meningkatnya fokus Generasi Z terhadap literasi dapat membantu Generasi Z membedakan informasi yang benar dan salah mengenai informasi yang berkembang saat ini.
ADVERTISEMENT