Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Echa Si Putri Tidur dari Banjarmasin Mengalami Sindrom Kleine-Levin?
25 Oktober 2017 11:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Sindrom putri tidur mungkin hanya terdengar seperti sebuah dongeng belaka, namun ternyata sindrom ini bisa kamu temukan di kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Seorang anak perempuan asal Banjarmasin diketahui mengalami sindrom putri tidur yang menyebabkan dirinya tertidur pulas selama berhari-hari. Berdasarkan penuturan orang tua dari Siti Raisa Miranda (13), anaknya telah bisa membuka mata dan mulai beraktifitas setelah tertidur 13 hari lamanya.
Mulyadi, ayah Echa juga mengatakan bahwa anaknya sudah sempat dibawa ke dokter saraf dan ahli kejiwaan, namun para dokter belum memberikan kesimpulan mengenai kondisi penyakit Siti Raisa Miranda atau yang akrab disapa Echa itu.
Jika dilihat dari gejalanya, kondisi siswi SMPN 15 Banjarmasin tersebut mirip dengan gejala yang dialami oleh pasien dengan sindrom KLS atau Kleine-Levin Syndrome. Dilansir Times of India , penyakit yang tergolong langka ini masih belum diketahui penyebabnya.
Namun, para dokter berspekulasi jika penyebabnya dikarenakan adanya malfungsi di bagian hipotalamus dan thalamus (daerah otak) yang di mana bagian ini berfungsi sebagai pengatur pola tidur, nafsu makan dan dorongan seksual. Dr Amrapali Patil, pakar kesehatan menjelaskan mengenai faktor penyebab KLS.
ADVERTISEMENT
"Kelainan ini ditandai dengan ketidakseimbangan neurokimia hipoperfusi pada area otak tertentu dan diketahui memiliki latar belakang genetik," ujar Dr Amrapali.
"Pada awal KLS, pasien menjadi semakin mengantuk dan kemudian mereka tertidur selama berjam-jam (hypersomnolence). Kadang mereka akan terbangun hanya untuk makan atau pergi ke kamar mandi. Episode ini akan berlanjut selama berhari-hari, berminggu-minggu dan kadang sampai berbulan-bulan," lanjutnya.
Dokter saraf lainnya, Dr Preeti Devnani mengatakan bahwa pasien KLS kemungkinan bisa tidur di mana saja antara dua sampai 31 hari, dan para pasien juga akan mengalami salah satu dari kelainan kognitif seperti merasa dunia itu tidak nyata, kegelisahan, kebingungan, halusinasi, perilaku yang tidak normal, cepat marah, nafsu makan meningkat dan bahkan hasrat seksualitasnya meningkat.
Episode KLS bersifat siklis sehingga jika ditemukan gejala penyakit ini, pasien bisa tidur selama berbulan-bulan lamanya. Semua aktivitas akan terhenti karena orang dengan sindrom ini hanya akan berbaring di tempat tidur.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Preeti, belum ada pengobatan pasti bagi pasien KLS. Uji klinis pun masih terus dilakukan oleh para ahli demi mengetahui penyebab utama dari sindrom ini.
Meski kondisi Echa mirip dengan gejala tersebut, namun belum diketahui secara pasti apakah Echa benar mengalami Kleine-Levin Syndrome atau tidak. Karena hingga saat ini belum ada dokter yang angkat bicara mengenai perihal kondisi Echa.