Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kembang Telon, Wong Jowo Ojo Lali Jowone
13 Desember 2022 22:05 WIB
Tulisan dari LUTHFAN IHDAR RADIFAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak yang beranggapan terutama kaum muda-mudi bahwa filosofi hidup orang jawa itu sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan sekarang yang serba canggih. Banyak kaum muda-mudi yang bahkan berasal dari Suku Jawa asli tidak mengenal satu pun filosofi jawa. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa budaya zaman dahulu itu kuno. Mereka lebih memilih mengikuti budaya bangsa barat karena menurut mereka itu lebih keren. Tak heran jika suatu saat nanti ajaran moral dan filosofi yang diturunkan dari nenek moyang kita akan lenyap dari tanah jawa ini kalau tidak dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Filosofi hidup orang jawa sudah ada sejak masyarakat masih menganut ajaran animisme dan dinamisme. Sebelum ajaran agama masuk ke Indonesia, masyarakat jawa sudah memiliki pedoman hidup yang sangat luar biasa. Meskipun dahulu orang jawa belum mengenal agama, filosofi hidup orang jawa memiliki makna yang sangat mendalam dan sangat berarti bagi kehidupan manusia. Bahkan, ajaran filosofi orang jawa juga tidak ada yang menyimpang dari aturan agama dan negara.
Contohnya adalah jika ada upacara sakral di Suku Jawa, biasanya sesepuh desa akan menyiapkan beberapa sesaji. Misalnya kelapa muda, bunga-bungaan, palawija, dan lain-lain. Masing-masing sesaji pasti memiliki makna tersendiri. Sesaji yang paling sering digunakan yaitu kembang telon, terdiri dari bunga mawar, kenanga, dan kantil.
ADVERTISEMENT
Kembang telon berasal dari kata “telu” yang artinya tiga. Kembang telon bisa diartikan sekumpulan bunga yang terdiri dari tiga macam dan tiga warna (merah, kuning, putih). Dalam sisi spiritual kembang telon juga memiliki makna mendalam yaitu keseimbangan atau keselarasan dari dalam dan luar diri (pikiran, ucapan, dan perbuatan). Filosofi dari kembang telon sendiri yaitu “uripmu MAWARno-warno, KENO NGOno keno ngene, ning atimu kudu KANTIL marang gusti ingkang murbeng dumadi”.
Bunga mawar memiliki macam-macam warna. Selayaknya hidup yang bermacam-macam seperti yang diungkapkan dalam filosofi kembang telon, uripmu mawarno-warno. Manusia tentu saja memiliki banyak perbedaan, bahkan satu keluarga pun sering terjadi perbedaan. Misalnya berbeda agama, pendapat, golongan, ras, suku, dan lain-lain. Seperti itulah kehidupan yang banyak perbedaan, rintangan, dan cobaan yang harus dilewati.
ADVERTISEMENT
Hidup memang banyak perbedaan, rintangan dan cobaan tetapi kita juga perlu hidup bebas. Selayaknya yang difilosofikan bunga kenanga, keno ngono keno ngene. Manusia diberi kebebasan hidup oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terserah akan mengambil cara hidup yang bagaimana dan tidak ada batasan untuk bergerak sampai mana pun. Misalnya ada orang yang ingin menjadi dokter, ada yang ingin menjadi guru, ada yang ingin menjadi relawan, bahkan mungkin ada yang ingin menganggur. Itu semua terserah orang itu sendiri asalkan tidak merugikan orang lain.
Akan tetapi, setiap kebebasan dan keinginanmu di dunia harus tetap disertai dengan doa kepada tuhan. Kembang kantil memiliki makna bahwa manusia harus tetap mengikuti aturan tuhan dan menjauhi larangannya. Semua orang boleh bercita-cita setinggi langit, semua orang boleh bergerak ke mana pun yang mereka mau, tetapi semua itu harus dibarengi dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
Memang perlu banyak waktu untuk belajar memahami semua filosofi hidup orang jawa. Akan tetapi, begitu besar manfaat untuk diri kita jika kita paham dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, tidak ada salahnya jika kita menguri-uri ajaran moral dan filosofi hidup orang jawa.
KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI?