Konten dari Pengguna

Tidur Membantu Mengingat, atau Justru Melupakan? Neurosains Mengungkap Faktanya!

LUTHFI MUBAROK
Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya
2 Desember 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LUTHFI MUBAROK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Seseorang Sedang Tidur (Dibuat dengan AI)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Seseorang Sedang Tidur (Dibuat dengan AI)
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda merasa sudah belajar keras sebelum ujian, tetapi justru lupa apa yang Anda pelajari setelah tidur malam? Di sisi lain, ada pula yang mengandalkan tidur sebagai strategi untuk memperkuat memori mereka. Fenomena ini memicu banyak perdebatan: Apakah tidur benar-benar membantu kita mengingat sesuatu, atau justru menghapusnya?
ADVERTISEMENT
Neurosains modern menunjukkan bahwa otak tidak pernah benar-benar beristirahat saat kita tidur. Justru, pada saat inilah beberapa proses penting terjadi—proses yang bisa menentukan apakah informasi baru akan disimpan atau dilupakan. Namun, mengapa pengalaman kita bisa berbeda? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak selama kita tidur, dan bagaimana tidur dapat memengaruhi memori kita?
Memori dapat dibedakan menjadi tiga proses fundamental, yaitu Acquisition (Proses pengkodean informasi ke dalam jejak neuron), Consolidation/konsolidasi (proses menstabilkan memori yang awalnya rapuh dan sementara), dan retrieval (pemanggilan kembali memori yang telah disimpan). Di sini kita lebih berfokus pada Consolidation karena melibatkan proses menguatkan ingatan sementara menjadi jangka panjang. Berhubungan dengan neurofisiologis yang mendasarinya, consolidation/konsolidasi dibedakan menjadi dua jenis: synaptic consolidation, yang dicapai dalam waktu beberapa menit atau jam setelah pembelajaran dan melibatkan stabilisasi perubahan sinaptik, dan system consolidation, yang dicapai dalam waktu berhari-hari atau berbulan-bulan dalam prosesnya hingga selesai.
ADVERTISEMENT
Beberapa studi mengungkapkan, tidur dapat membawa efek menguntungkan pada konsolidasi memori. Para peneliti memberikan tugas-tugas seperti diskriminasi tekstur visual dan mengetuk jari untuk mengamati peningkatan kinerja dan hasilnya menunjukkan peningkatan kinerja keterampilan yang konsisten bila pelatihan diikuti oleh periode tidur. Hal ini membuktikan bahwa tidur dapat menguntungkan dalam meningkatkan stabilitas dan konsolidasi memori. Nah, bagaimana proses tidur itu sendiri sehingga dapat memengaruhi memori kita?
Tidur merupakan proses kompleks yang memainkan peran krusial dalam konsolidasi memori. Secara umum, tidur dibagi menjadi dua fase utama—tidur non-REM (terutama Slow Wave Sleep/SWS) dan tidur REM (Rapid Eye Movement)—yang masing-masing berkontribusi pada penguatan jenis memori yang berbeda. Selama fase non-REM, terutama dalam deep sleep (SWS), memori deklaratif, seperti fakta atau informasi yang dipelajari, dikonsolidasikan. Proses ini melibatkan gelombang lambat (slow oscillations) yang berasal dari neokorteks dan bekerja sama dengan sleep spindles untuk mentransfer informasi dari hippocampus ke jaringan neokortikal, di mana memori jangka panjang disimpan. Hal ini menjadikan fase tidur ini sangat penting dalam menjaga stabilitas memori​.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, fase REM sleep memainkan peran penting dalam konsolidasi memori prosedural (keterampilan motorik) dan emosional. Selama REM, otak mengaktifkan kembali representasi memori yang baru dipelajari, memperkuatnya melalui proses yang disebut hippocampal reactivation. Proses ini membantu integrasi informasi baru dengan memori lama, sehingga menciptakan koneksi yang lebih kuat dan bermakna. REM sleep juga dikaitkan dengan mimpi, yang diyakini berkontribusi pada pengolahan pengalaman emosional​​.
Selain itu, tidur memiliki fungsi penting dalam melindungi memori dari gangguan. Informasi yang diperoleh setelah belajar dapat mengganggu memori baru, tetapi konsolidasi selama tidur membantu menghindari interferensi ini. Dengan cara ini, tidur tidak hanya menguatkan memori tetapi juga menjaga keutuhan informasi yang disimpan​.
Kualitas dan durasi tidur juga memengaruhi efektivitas proses ini. Studi menunjukkan bahwa memori deklaratif paling banyak mendapat manfaat dari tidur nyenyak di awal malam, sedangkan memori prosedural lebih diuntungkan oleh fase REM yang dominan di akhir malam. Oleh karena itu, tidur kurang dari 6-8 jam dapat mengurangi efektivitas konsolidasi memori​.
ADVERTISEMENT
Sekarang kita tahu bahwa tidur memang memperkuat memori, sebuah fakta yang didukung oleh banyak penelitian neurosains. Namun, mengapa kita tidak selalu merasakan manfaat ini secara konsisten? Sebagian dari kita justru melupakan apa yang telah dipelajari setelah bangun tidur. Salah satu penyebabnya adalah proses depotensiasi sinapsis, di mana koneksi saraf yang lemah atau dianggap kurang relevan sengaja dilemahkan selama fase REM. Otak menyortir informasi dan hanya menyimpan memori yang penting, sementara yang dianggap kurang penting dihapus untuk mencegah kelebihan informasi. Selain itu, interferensi memori baru juga bisa terjadi. Jika informasi yang dipelajari sebelum tidur tidak terorganisir dengan baik atau bercampur dengan memori baru, proses konsolidasi dapat terganggu, menyebabkan informasi tersebut menjadi tidak stabil. Kualitas tidur pun memainkan peran penting. Jika seseorang tidak mencapai fase tidur nyenyak (SWS) atau REM yang optimal karena tidur terganggu, proses konsolidasi memori menjadi tidak efisien, sehingga beberapa informasi penting bisa gagal tersimpan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, tidur memperkuat memori kita melalui proses konsolidasi merupakan sebuah fakta ilmiah. Namun, tidur yang kurang baik malah bisa membuat kita lupa. Sudah menjadi tugas kita untuk dapat memaksimalkan manfaat dari tidur agar dapat menguntungkan kita. Beberapa cara dapat diterapkan agar tidur dapat memperkuat memori dan menghindari lupa. Salah satunya adalah tidur yang cukup dan konsisten. Durasi tidur yang cukup, antara 7 hingga 9 jam, memberikan kesempatan optimal bagi otak untuk memproses memori baru​. Selain itu, tidur setelah belajar memperkuat koneksi saraf yang terkait dengan informasi yang dipelajari​. Kualitas tidur juga harus diperhatikan dengan membuat lingkungan tidur yang optimal dan menghindari paparan cahaya atau perangkat elektronik sebelum tidur. Dengan kualitas dan pola tidur yang baik, proses konsolidasi memori menjadi lebih optimal, memungkinkan informasi tersimpan lebih kuat dan mengurangi risiko lupa setelah bangun tidur.
ADVERTISEMENT