Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Pro dan Kontra Moderasi Beragama di Indonesia
21 April 2025 9:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Luthfi Zain (Fifi) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Konflik Beragama di Indonesia dan Dunia
Munculnya stereotype satu kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda agama biasanya menjadi pemicu konflik antar umat beragama yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah dan tempat-tempat bernilai bagi masing-masing pemeluk agama. Dalam beberapa dekade terakhir ini, banyak umat agama lain memberikan stereotype kepada umat Islam sebagai umat yang radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran agama lain. Jika ditinjau kembali adanya provokasi yang dilakukan oleh golongan mengatakan dasar agama Islam itu sendiri tidak bisa dimaknai secara literal dalam kehidupan sosial bernegara di Indonesia sendiri. Sikap toleransi yang menjadi prinsip negara dan agama juga harus dimunculkan dengan sebaik mungkin untuk menjunjung perdamaian itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pemojokan agama yang melakukan intimidasi tidak hanya ditujukan kepada Islam, melainkan kepada seluruh agama yang ada di Indonesia bahkan dunia ini sendiri. Peperangan yang menyebabkan tumpah darah, bunuh membunuh, dan penjajahan sudah tidak berlaku lagi pada masa kini. Berkaca pada system perundang-undangan dunia yang menjunjung tinggi perdamaian dan penghapusan penjajahan masih menjadi pekerjaan rumah secara bersama. Melihat masih banyaknya negara tertindas dan terjajah sebab perbedaan agama juga masih menjadi pekerjaan rumah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perlakuan intimidasi antar umat beragama sudah tentu harus dikecam dengan keras karena menimbulkan kericuhan dan ketidakamanan serta kenyamanan bagi warga negara Indonesia sendiri. Adanya isu radikalisme yang menjadi sebab dari adanya konflik ini perlu ditelisik lebih dalam. Bahwa yang melakukan pengintimidasian adalah orang yang tidak memahami makna literal secara meluas dan melihat konteks yang ada pada peraturan negara dan kemaslahatan bersama.
ADVERTISEMENT
Melansir dari voaindonesia.com pada tahun 2022 di lokasi Jawa Timur menjelaskan setidaknya ada lima pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan terbanyak yang dilakukan oleh aktor negara, yakni tindakan diskriminasi (40 tindakan), kebijakan diskriminatif (25 tindakan), pelarangan usaha (18 tindakan), penolakan tempat ibadah (13 tindakan), dan menjadikan tersangka penodaan agama (10 tindakan). Sedangkan pelanggaran paling banyak dilakukan oleh aktor non-negara adalah penolakan pendirian tempat ibadah (38 tindakan), intoleransi (37 tindakan), pelaporan penodaan agama (17 tindakan), larangan ibadah (15 tindakan), penolakan ceramah (14 tindakan), dan perusakan tempat ibadah (7 tindakan). Tentu saja jumlah ini bukan jumlah yang sedikit, belum lagi jika dihimpun skala nasional.
Hadirnya Moderasi Beragama
Slogan ‘Moderasi Beragama’ memberikan nafas baru bagi negara Indonesia. Pergerakan baru mendobrak kebiasaan masyarakat yang masih secara puritan memaknai literatur dan sejarah agama perlu edukasi secara bertahap dan menyeluruh. Pentingnya menerapkan dalam system bernegara menjadi penting. Kehadiran prinsip moderasi beragama hingga kini masih terus diperjuangkan meskipun mendapatkan tanggapan yang tidak hanya secara positif.
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama menjadi solusi tengah untuk kembali pada prinsip agama Islam, yakni tasamuh atau toleransi. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Namun, secara pelaksanaan Tuhan memberikan ujian dalam penegakan syariat-Nya, salahsatunya adalah menegakkan prinsip toleransi. Hal ini tentu menjadi nafas baru bagi siapapun umat beragama yang merasa terintimidasi, khususnya pada kaum minoritas. Prinsip toleransi yang kurang dijunjung oleh penganut agama Islam sendiri rupanya masih memiliki pekerjaan rumah sampai hari ini, bahkan bukan hanya pada antarumat beragama melainkan dalam aliran-aliran yang ada pada agama Islam sendiri. Islam memiliki prinsip toleransi sangat indah jika dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ternyata dalam pelaksanaan prinsipnya juga butuh kerjasama antar umat agama Islam itu sendiri dalam pemahamannya. Baik dari tokoh agama, masyarakat dan pemerintah harus turut serta merealisasikan dalam prinsi toleransi atau sikap menghargai adanya umat beragama lain di Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Moderasi Beragama Melemahkan Kemajuan Umat Islam?
Tidak sedikit umat Islam yang menolak hadirnya moderasi beragama di Indonesia sendiri. Sebab alasannya sebenarnya adalah bukan pada ketidakinginan toleransi atau menghargai adanya umat beragama lain, melainkan secara praktis, umat Islam masih perlu tokoh yang bisa meyakinkan bahwa dengan hadirnya moderasi beragama ini seharusnya tidak menjadikan lemah keyakinan bagi umat beragama, khususnya Islam itu sendiri. Sehingga kekhawatiran bermudah-mudahan untuk menolerir terlalu jauh menjadikan umat Islam tidak kokoh dalam keyakinannya, serta tidak ada perbedaan yang menghilangkan identitas umat beragama Islam itu sendiri.
Islam masih perlu konsep tambahan untuk menyeimbangi moderasi beragama, yakni dengan penguatan keagamaan secara tekstual dan kontekstual dari umat beragama Islam sendiri. Harapannya, Islam juga bisa bersaing sehat dalam hal peradaban dan keteladanan dalam keyakinan. Apalagi masalah akidah seharusnya tidak bisa di- otak-atik oleh orang lain apalagi umat beragama lainnya. Secara realitas saat ini moderasi beragama masih menjadi pekerjaan rumah secara bersama dalam perealisasian antar umat beragama dan inter agama Islam sendiri. Serta optimalisasi sumber daya umat muslim juga perlu ditekankan untuk bisa berdaya saing secara sehat untuk kemaslahatan bersama dalam kehidupan, apalagi doktrinasi Islam memiliki system yang menyeluruh dalam kehidupan, akan tetapi secara pelaksanaan masih butuh pengoptimalan dari berbagai lapisan masyarakat muslim sendiri.
ADVERTISEMENT
Adanya moderasi beragama ini merupakan isu teologis yang perlu diperkuat dan diperdalam secara pelaksanaanya. Pembatasan terhadap toleransi beragama juga perlu ada edukasi secara meluas tentang bagaimana cara menyikapi dan memberikan batasan tanpa harus menghakimi atau mengucilkan agama lain. Salahsatunya adalah mengadakan kajian-kajian yang memberikan arahan mengenai moderasi dan sikap batas yang seharusnya bisa dilakukan muslim. Selanjutnya, pengoptimalan sumber daya muslim juga membutuhkan ruang dengan cara pembinaan yang bisa disesuaikan melalui skill yang berlandaskan atau berteorikan sumber agama ataupun saintifik yang nantinya bisa memajukan peradaban Islam secara sehat dan berkemajuan. Memperbanyak umat Islam adalah bagian dari politik, tetapi jika Islam bisa mencapai kejayaan melalui politik sehat dan berkemajuan kenapa tidak berjalan beriringan? 😊
ADVERTISEMENT