Konten dari Pengguna

Budaya Gambari (頑張り) dan Dampaknya pada Motivasi Siswa dalam Pendidikan Jepang

Luthfiyana Salsabilla Manik
Mahasiswi S1 Progam Studi Kejepangan di Universitas Airlangga
22 Oktober 2023 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luthfiyana Salsabilla Manik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelompok siswa di Jepang (sumber : pixabay.com/id/photos/siswa-lulusan-kelompok-rakyat-asia-422249)
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok siswa di Jepang (sumber : pixabay.com/id/photos/siswa-lulusan-kelompok-rakyat-asia-422249)
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Jepang telah lama dikenal sebagai salah satu yang paling disiplin dan berprestasi di dunia. Mengutip data dari New Jersey Minority Educational Development (NJ MED) 2023, bahwasanya tingkat pendidikan di Jepang berada pada ranking 13. Faktanya hanya terdapat 2 negara Asia yang masuk ranking pendidikan terbaik di dunia, yaitu Korea Selatan (Ranking 2) dan Jepang. Sistem pendidikan di Jepang sangat ditekankan dan memprioritaskan nilai-nilai seperti budaya, disiplin dan dedikasi yang tinggi. Di dalam budaya Jepang, penghargaan terhadap guru dan otoritas diakui sebagai nilai yang mendasar.
ADVERTISEMENT
Salah satu nilai budaya yang terdapat di Jepang ialah Gambari. Konsep Gambari mencerminkan semangat dan usaha keras yang kuat untuk mencapai tujuan, baik dalam konteks pendidikan maupun di luarnya. Perubahan dalam dinamika pendidikan global dan masalah-masalah terkait stres akademik, pentingnya Gambari dalam menggerakkan siswa untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi telah menjadi topik perdebatan dan penelitian yang semakin relevan.
Gambari dan Konsepnya
Kegiatan Masyakarat Jepang (sumber : https://pixabay.com/id/photos/pejalan-kaki-rakyat-sibuk-400811/))
Gambari dalam bahasa Jepang mencerminkan semangat untuk berjuang tanpa kenal lelah hingga batas kemampuan terakhir. Dalam kamus bahasa Jepang, terjemahan Gambari adalah 'bertahan dan berusaha hingga batas akhir.' Kata 'Gambari’ ini sendiri terdiri dari dua karakter, yaitu 'keras' dan 'mengencangkan'. Gabungan karakter ini menggambarkan semangat untuk tetap kuat dan mempertahankan tekad dalam menghadapi kesulitan, sehingga kita dapat mengatasi segala tantangan dengan tekad dan usaha maksimal. Ini menekankan bahwa kita seharusnya tidak menjadi lemah atau terlalu berharap pada kemudahan dalam hidup, melainkan menganggap kesulitan sebagai bagian alami dari perjalanan hidup, yang pada dasarnya penuh dengan tantangan."
ADVERTISEMENT
Filosofi Gambari yang menciptakan Ganbatte adalah sebuah refleksi dari prinsip-prinsip dalam Bushido, kode etik yang berkembang dan menjadi dasar moral selama zaman samurai di Jepang. Bushido mengajarkan nilai-nilai seperti keberanian, kehormatan, kesetiaan, dan pengorbanan dalam kehidupan samurai. Semangat Gambari, yang terkait erat dengan filosofi Bushido, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.
Dampak dari semangat Gambari ini sangat luas. Pertama-tama, hal ini menciptakan masyarakat Jepang yang mandiri dan kokoh. Kemampuan untuk bertahan dan berjuang dengan tekun dalam menghadapi kesulitan adalah ciri khas masyarakat Jepang. Mereka memiliki tekad kuat untuk tidak menyerah di tengah rintangan dan tantangan, dan ini mencerminkan semangat Gambari yang mewarnai kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Selain ketekunan dan kerja keras, semangat Gambari juga memengaruhi budaya pengetahuan di kalangan masyarakat Jepang. Semangat ini mendorong mereka untuk selalu mencari pengetahuan, belajar, dan terus meningkatkan diri. Hasilnya adalah masyarakat yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, menghormati pendidikan, dan mendorong generasi muda untuk mencapai keunggulan akademik. Dengan demikian, filosofi Gambari dan semangat Ganbatte tidak hanya menjadi pijakan budaya dalam hidup sehari-hari masyarakat Jepang, tetapi juga menjadi pendorong utama dalam membentuk karakter mereka yang kuat, mandiri, dan berorientasi pada pengetahuan.
Gambari mencerminkan budaya motivasi yang kuat yang menjadi bagian integral dari pendidikan dan kehidupan sehari-hari di Jepang. Salah satu aspek terpenting dari Gambari adalah semangat untuk tidak pernah menyerah di hadapan tantangan. Siswa Jepang diajarkan untuk menghadapi kesulitan dan rintangan dengan tekun, berjuang mati-matian, dan terus berusaha hingga mencapai kesuksesan. Ini menciptakan motivasi internal yang kuat untuk meraih prestasi akademik dan pencapaian dalam berbagai bidang. Selain itu, Gambari juga mencerminkan budaya kerja keras yang mewarnai pendidikan di Jepang. Siswa diajarkan untuk bekerja dengan tekun, untuk memahami bahwa usaha keras adalah kunci untuk mencapai tujuan. Mereka menghadiri sekolah dengan rajin, menghadiri pelajaran tambahan, dan berkomitmen untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Jepang menganut dengan sungguh-sungguh ungkapan 'Ganbatte Kudasai,' yang bukan sekadar kata-kata, tetapi sebuah konsep yang merasuk dalam budaya Jepang secara mendalam. Ungkapan ini merangkum esensi motivasi yang kuat dan semangat yang membara untuk terus berjuang dalam menghadapi berbagai situasi hidup. Lebih dari sekadar ungkapan sehari-hari, 'Ganbatte Kudasai' mengandung tekad yang tak tergoyahkan untuk tidak pernah menyerah, bahkan di tengah tantangan yang paling berat sekalipun.
Filosofi yang mendasari Gambari telah memberikan kontribusi besar terhadap citra Jepang sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Semangat ini mendorong siswa Jepang untuk memiliki dedikasi tinggi terhadap pelajaran mereka. Mereka belajar dengan tekun, menjalani jam belajar tambahan, dan menghadapi ujian dengan tekad tak tergoyahkan. Semua ini bukan semata-mata untuk meraih prestasi tinggi semata, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai belajar dan usaha keras.
ADVERTISEMENT
Dampak Pada Pendidikan di Jepang
Ilustrasi kelas di Jepang (sumber : https://pixabay.com/id/photos/universitas-kuliah-kampus-105709/)
Hasilnya, sistem pendidikan Jepang terkenal karena standar yang ketat, penekanan pada kualitas pengajaran, dan pencapaian akademik yang tinggi. Tidak hanya itu, semangat 'Ganbatte Kudasai' juga membentuk budaya kerja yang serupa di lingkungan kerja dan dalam berbagai aspek kehidupan Jepang. Itulah sebabnya ungkapan ini tak sekadar kata-kata, melainkan inti dari semangat dan etos kerja yang menjadikan Jepang sebagai negara yang mendunia dalam hal prestasi dan produktivitas.
Kesadaran masyarakat Jepang tentang kepentingan fondasi dan pembentukan karakter yang positif dalam individu dan dalam masyarakat adalah sebuah aspek yang mendalam dan mendasar dalam budaya pendidikan mereka. Mereka memahami bahwa landasan karakter yang kuat membentuk dasar yang kokoh untuk perkembangan individu dan kontribusi yang positif terhadap masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Sebagai akibat dari pendekatan ini, pendidikan di Jepang telah mencapai reputasi yang sangat kuat dalam menghasilkan karakteristik yang unik dan superior. Hal ini mencakup nilai-nilai seperti disiplin, kerja keras, rasa hormat, tanggung jawab, dan kerja sama. Ini adalah karakteristik yang menggambarkan siswa Jepang, dan mereka diarahkan untuk menjadi individu yang berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
Meskipun budaya Gambari (頑張り) memiliki banyak aspek positif dalam pendidikan Jepang, seperti motivasi siswa untuk mencapai prestasi akademik tinggi dan semangat kerja keras, ada juga dampak negatif yang perlu dipertimbangkan bagi siswa, salah satunya stress akademik. Tekanan akademik yang tinggi seringkali terjadi di antara siswa Jepang. Semangat Gambari yang mendorong siswa untuk berjuang mati-matian dalam mencapai prestasi akademik terkadang dapat mengakibatkan tingkat stres yang sangat tinggi. Ini bisa menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
ADVERTISEMENT
Selain itu Gambari juga berdampak pada tekanan kelas sosial. Siswa yang tidak mencapai tingkat prestasi tertentu dapat merasa kurang dihormati atau diabaikan oleh teman sekelas atau guru. Hal ini ditunjukan dengan tingginya angka bullying siswa di Jepang. Laporan yang dipublikasikan oleh Amnesty International mengungkapkan bahwa insiden-insiden bullying di Jepang mencapai tingkat yang sangat tinggi, dan sayangnya, masalah ini seringkali menjadi pemicu utama bagi banyak siswa untuk meninggalkan sekolah mereka. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kesejahteraan mental dan emosional siswa. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk mengimplementasikan tindakan yang lebih tegas dan holistik dalam upaya memerangi bullying dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung. Hal ini tidak hanya akan memberikan rasa aman kepada siswa, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat mengakses pendidikan tanpa hambatan dan kecemasan yang tidak perlu.
ilustrasi dampak positif dan negatif (sumber : https://pixabay.com/id/illustrations/berlawanan-ibu-jari-positif-negatif-489521/)
Oleh karena itu, majunya Jepang serta prestasinya tidak hanya bergantung pada kemajuan teknologi semata, tetapi juga pada karakter dan semangat kuat yang dimiliki oleh masyarakatnya. Meskipun sumber daya alam terbatas, keberhasilan dan kemajuan Jepang adalah hasil dari karakter dan mental yang kuat yang dimiliki oleh bangsa ini. Peran budaya pendidikan di keluarga siswa memiliki pengaruh lebih besar terhadap kesuksesan sistem pendidikan Jepang dalam menciptakan masyarakat yang modern dan berintegritas.
ADVERTISEMENT
Budaya Gambari (頑張り) memiliki sejumlah aspek positif yang telah memberikan kontribusi besar terhadap prestasi akademik yang tinggi dan semangat kerja keras dalam pendidikan Jepang. Namun, perlu diakui bahwa ada dampak negatif yang perlu dipertimbangkan, terutama terkait dengan tingkat stres akademik yang tinggi yang dialami oleh siswa. Tekanan akademik yang kuat seringkali dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Meskipun Gambari memiliki dampak negatif, perlu diapreasi bahwa prinsip-prinsip pendidikan di Jepang tetap konsisten meskipun menjadi negara modern, dengan komitmen yang tetap pada nilai-nilai tradisional dan luhur yang merupakan bagian integral dari identitas bangsa Jepang. Ini mencerminkan kesinambungan budaya dalam perkembangan pendidikan di Jepang, di mana nilai-nilai masa lalu masih sangat relevan dalam konteks zaman sekarang. Penananaman pendidikan karakter pada sistem pendidikan Jepang lebih fokus terhadap nilai-nilai karakter, sikap, serta mental yang membentuk karakter siswa ditanamkan. Ini mencakup nilai-nilai seperti kemandirian, ketekunan, tekad, empati, kreativitas, inovasi, dan sopan santun. Sebab itulah, Penting untuk mencapai keseimbangan antara semangat Gambari yang positif dalam memotivasi siswa dan kesejahteraan mereka. Upaya yang lebih besar harus dilakukan untuk mengurangi tekanan akademik berlebihan dan menciptakan atmosfer sekolah yang mendukung perkembangan seluruh aspek kesejahteraan siswa.
ADVERTISEMENT
Lutfhiyana Salsabilla Malik, Universitas Airlangga