Konten dari Pengguna

Janji Kampanye: Antara Retorika dan Realita

Luthfy Rijalul Fikri
Dosen Universitas Pamulang
18 Februari 2025 22:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luthfy Rijalul Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kampanye Politik. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye Politik. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setiap ajang pemilu, kampanye dan mengobral janji menjadi instrumen utama bagi calon pemimpin dalam menarik simpati konstituen. Masyarakat disuguhi berbagai program dan visi yang menjanjikan perubahan serta kesejahteraan. Namun, apakah semua janji tersebut realistis dan memiliki dampak positif bagi rakyat? Bagaimana implikasinya jika janji-janji tersebut tidak terealisasi atau bahkan direalisasikan namun merugikan sebagian besar masyarakat?
ADVERTISEMENT
Janji kampanye sering kali menjadi alat retoris yang digunakan untuk membangun citra positif seorang kandidat. Dalam perspektif komunikasi politik, McNair (2011) mengatakan bahwa kampanye politik adalah bentuk persuasi yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik. Para kandidat biasanya menyesuaikan janji mereka dengan kebutuhan dan harapan rakyat guna memperoleh dukungan sebanyak mungkin. Walau terkadang, kandidat tersebut hanya membual tanpa memikirkan secara matang bagaimana merealisasikan janjinya.
Kemudian pada kenyataannya, tidak semua janji kampanye dapat terealisasi. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan anggaran, dinamika politik di parlemen, serta kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Dalam teori Rational Choice yang dikemukakan oleh Anthony Downs (1957), pemilih seharusnya bersikap rasional dalam menilai janji politik, mempertimbangkan kredibilitas kandidat, serta menilai sejauh mana janji-janji tersebut dapat diwujudkan secara konkret. Oleh karena itu, seyogyanya kandidat memaparkan konsep yang dapat dicerna masyarakat, dengan bahasa yang sederhana dan jujur.
ADVERTISEMENT

Pentingnya Pencerdasan Politik Bagi Masyarakat

Pencerdasan politik merupakan salah satu elemen kunci dalam membangun masyarakat yang demokratis dan berdaya. Di era informasi yang serba cepat, pemahaman politik yang baik menjadi modal utama bagi masyarakat dalam berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bernegara. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kesadaran politik masyarakat, seperti rendahnya literasi politik dan maraknya disinformasi.

Konsep Pencerdasan Politik

Pencerdasan politik dapat diartikan sebagai upaya memberikan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat tentang sistem politik, hak dan kewajiban warga negara, serta mekanisme demokrasi. Menurut Almond dan Verba (1963) dalam teori budaya politiknya, terdapat tiga jenis budaya politik, yaitu parokial, subjek, dan partisipatif. Dalam konteks demokrasi modern, budaya politik partisipatif merupakan tujuan utama pencerdasan politik, di mana masyarakat memiliki pemahaman yang baik dan aktif dalam proses politik.
ADVERTISEMENT

Manfaat Pencerdasan Politik

1. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Pencerdasan politik dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keterlibatan dalam pemilihan umum, pembuatan kebijakan, dan kontrol terhadap pemerintah. Hal ini sejalan dengan teori partisipasi politik yang dikemukakan oleh Verba, Schlozman, dan Brady (1995), yang menyebutkan bahwa partisipasi politik yang efektif berasal dari akses terhadap informasi dan pemahaman politik yang baik.
2. Mencegah Manipulasi Politik. Kurangnya pemahaman politik sering dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan pencerdasan politik, masyarakat dapat lebih kritis dalam menilai janji politik, propaganda, dan berita palsu.
3. Memperkuat Demokrasi. Demokrasi yang sehat memerlukan masyarakat yang cerdas secara politik. Menurut Dahl (1989), dalam teori demokrasi poliariki, masyarakat yang terinformasi dengan baik cenderung lebih mampu membuat keputusan yang rasional dan mendukung sistem politik yang inklusif dan transparan.
ADVERTISEMENT

Strategi Pencerdasan Politik

• Edukasi Politik melalui Media: Pemanfaatan media massa dan media sosial sebagai sarana edukasi politik yang mudah diakses.
• Pendidikan Kewarganegaraan: Memasukkan materi politik dan demokrasi dalam kurikulum pendidikan formal.
• Diskusi dan Forum Publik: Mendorong dialog terbuka antara masyarakat dan pemangku kebijakan.
Pencerdasan politik bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dengan meningkatnya literasi politik, masyarakat dapat berperan lebih aktif dalam menentukan arah kebijakan negara serta mengawal demokrasi agar tetap berjalan sesuai dengan prinsip keadilan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, upaya kolektif dalam membangun masyarakat yang cerdas politik harus terus didorong demi masa depan demokrasi yang lebih baik.
Pemungutan Suara Kandidat Pejabat Pemerintah. Sumber: Shutterstock

Implikasi Janji Kampanye bagi Rakyat

Ketika janji kampanye tidak terealisasi, dampaknya bisa cukup signifikan bagi kepercayaan publik terhadap sistem politik. Rakyat yang merasa dikecewakan akan mengalami penurunan kepercayaan terhadap pemerintah dan lembaga politik secara umum. Hal ini sejalan dengan teori Political Trust yang dikemukakan oleh Putnam (2000), yang menyebutkan bahwa kepercayaan politik memiliki hubungan erat dengan partisipasi masyarakat dalam demokrasi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika janji kampanye benar-benar direalisasikan, rakyat akan memperoleh manfaat langsung dalam kehidupan mereka, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun infrastruktur. Implementasi kebijakan yang sesuai dengan janji kampanye juga dapat meningkatkan legitimasi pemerintah di mata rakyat.

Kesimpulan

Masyarakat harus lebih kritis dalam menyikapi janji kampanye dan tidak sekadar terbuai oleh retorika politik. Menggunakan perspektif teoritis dalam menilai janji kampanye dapat membantu masyarakat untuk lebih objektif dalam memilih pemimpin yang memiliki kapasitas dan komitmen dalam menjalankan amanahnya. Oleh karena itu, edukasi politik menjadi sangat penting agar rakyat tidak hanya menjadi objek dalam demokrasi, tetapi juga subjek yang aktif dalam mengawal jalannya pemerintahan.
Tidak hanya dari perspektif masyarakat, kandidat yang saat ini tengah menjabat diharapkan tidak melupakan janji-janji manis yang diumbar saat kampanye. Karena masyarakat tidak akan pernah lupa dan semampunya akan terus menagih janji-janji manis yang dilontarkan dengan cara dan kemampuannya. Sejatinya, janji itu tidak hanya berkaitan dengan sesame manusia, namun berhubungan langsung dengan Tuhan. [lrf]
ADVERTISEMENT