Konten dari Pengguna

Antara Cinta dan Luka: Ilusi yang Membuat Wanita Tak Pergi

Lutri Bunga Lestari
Mahasiswi semester 3 Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Pancasakti Tegal
5 November 2025 21:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Antara Cinta dan Luka: Ilusi yang Membuat Wanita Tak Pergi
Bertahan dalam toxic relationship bukanlah bentuk cinta, melainkan pengorbanan yang menyakiti diri sendiri. Memilih pergi adalah langkah berani untuk mencintai diri sendiri.
Lutri Bunga Lestari
Tulisan dari Lutri Bunga Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Toxic relationship adalah bentuk hubungan yang tidak sehat, ditandai dengan adanya kontrol, manipulasi, pelecehan emosional, bahkan kekerasan fisik. Hubungan ini secara perlahan mengikis kepercayaan diri seseorang dan membuatnya merasa tidak layak dicintai. Korbannya sering kali adalah wanita, terutama mereka yang secara emosional atau finansial bergantung pada pasangannya. Mereka bukan lemah, tapi sering terjebak dalam siklus manipulasi dan harapan palsu.
ADVERTISEMENT
Hubungan semacam ini biasanya tidak langsung terasa beracun di awal. Toxic relationship tak mengenal tempat, ia bisa menyusup di balik senyum pasangan yang terlihat sempurna di media sosial. Fase awal yang penuh perhatian dan kasih sayang perlahan berubah menjadi pola posesif, pengendalian, dan bahkan perendahan.
Namun, banyak wanita memilih tetap bertahan meski tahu bahwa hubungan itu melukai. Mereka berharap pasangannya akan kembali seperti dulu sosok yang manis dan penuh cinta contoh nya “nanti dia berubah” atau “aku bisa memperbaikinya” selalu menjadi alasan untuk terus bertahan, meski kenyataannya justru malah membuatnya semakin hancur.
Gambar ilustrasi tentang wanita yang susah lepas dari hubungan toxic karena janji manis dari sang pria. Foto: Gemini
Fenomena ini bisa terjadi di mana saja, tidak terbatas oleh ruang atau status sosial. Di balik itu semua, ada banyak alasan mengapa wanita tetap bertahan: ketakutan ditinggalkan, tekanan sosial, rasa malu, atau karena terlalu mencintai seseorang yang sebenarnya menyakitinya.
ADVERTISEMENT
Untuk keluar dari lingkaran ini, dibutuhkan kesadaran bahwa hubungan tersebut menyakitkan, dan keberanian untuk meminta bantuan. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional sangat penting. Edukasi tentang cinta sehat dan self-worth harus terus disampaikan serta keberanian untuk memutuskan dan memulai hidup baru. Terapi dan konseling juga sangat membantu dalam proses pemulihan.
Bertahan dalam hubungan yang menyakiti bukanlah pilihan yang salah, Bertahan dalam hubungan toksik bukanlah bentuk cinta, tapi bentuk pengorbanan yang keliru. Setiap wanita berhak dicintai dengan sehat, dihargai tanpa syarat, dan hidup dalam kedamaian, bukan ketakutan. Saatnya memilih diri sendiri.