Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
IPMI Trend Show 2021: Optimisme Pasca Pandemi
27 November 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sembilan bulan lebih pandemi telah berjalan di Indonesia, tanpa tanda melandai. Selain berjatuhannya korban, berbagai lini bisnis bertumbangan. Setelah mengalami pengerutan (kontraksi) ekonomi berturut-turut pada kuartal kedua dan ketiga lalu, Indonesia resmi memasuki resesi—pertama kalinya sejak 1998.
ADVERTISEMENT
Seperti bisnis ekonomi kreatif lainnya, dunia mode Indonesia terpukul sejak awal pandemi karena sifat konsumsinya yang sekunder, atau bahkan tersier bagi banyak orang. Ditambah, walau terlihat gemerlapan, dunia mode Indonesia sebenarnya belum bisa terkategorikan industri dan unit-unit usahanya berskala kecil dan menengah. Akibatnya dampaknya amat terasa bagi pekerja mode, mulai dari tenaga kerja produksi sampai pada staf penjualan dan pelaku pagelaran. Yang pegawai dirumahkan, yang freelancer musykil mendapat pekerjaan.
Tak hanya berpangku-tangan, beberapa desainer mode dan label pakaian lokal sigap menciptakan produk mode sesuai kebutuhan primer saat ini, yaitu kesehatan. MajorMinor, Alexalexa dan Lenny Agustin mengeluarkan masker kain bergaya, disusul oleh Amot Syamsurimuda dan Sofie yang menawarkan masker sebagai kesatuan gaya. Menilik kebutuhan berbusana santai yang masih pantas dikenakan untuk rapat digital, Jii by Gloria Agatha mengeluarkan serangkaian housedress bergaya. Menangkap peluang kebutuhan busana formal untuk resepsi privat, Andreas Odang menampilkan koleksi yang lebih sederhana dan terjangkau dibanding koleksi-koleksinya sebelum ini.
ADVERTISEMENT
Berkepanjangannya pandemi, tanpa kepastian obat atau vaksin, cukup menyulitkan untuk memproyeksikan ide-ide gaya hidup di masa depan. Namun, Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), yang telah menggelar arahan mode tahunan sejak 34 tahun lalu, tidak menjadikan wabah sebagai penghambat. Bulan ini, Trend Mode 2021 tetap digelar secara digital, menampilkan segenap desainer antar-generasi termasuk anggota terbaru IPMI yang diangkat tahun lalu, Eri Dani dan Ivan Gunawan.
Selama 2 hari, 4 video mode ditayangkan pada kanal aliran Vidio.com, menampilkan total 21 desainer yang masing-masing mendapatkan durasi kurang-lebih 2 menit. Apa mood yang tertangkap dari deretan busana yang digelarkan?
Optimisme bahwa tahun depan kehidupan sosial akan kembali, minimal mendekati, masa pra-pandemi. Karya-karya adibusana anggun dalam tekstil indah, terstruktur atau melambai, sebagian masih disematkan embellishment pemanis, konsisten sepanjang pagelaran dari satu desainer ke desainer lainnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa jaket atau outerwear bisa dikenakan untuk acara kerja siang hari, namun selebihnya lebih tepat untuk acara sosial minimal semi-formal setelah matahari terbenam. Benar bahwa secara umum deretan busana ini relatif lebih sederhana dibandingkan dengan koleksi yang umum disuguhkan oleh desainer-desainer IPMI yang dikenal kuat dalam disiplin adibusana, namun tak bisa dipungkiri ini tetap deretan busana untuk bersosialisasi di muka publik, bukan untuk dipakai sehari-hari di dalam rumah.
Artinya, IPMI optimis bahwa tahun 2021 sudah akan cukup aman bagi kembalinya agenda sosial yang lebih bebas dari tahun ini.
Bagaimana dengan penyajiannya? Diarahkan oleh Andandika Surasetja, video-video mode ini dikemas oleh Alfianus Alvin, Fito Adijaya dan Gilbert March dengan rapi dan memikat.
ADVERTISEMENT
Tetap memakai white cube, hamparan runway serba-putih yang menjadi ciri IPMI sejak Trend Show 2014, kamera cerdas menangkap siluet dan detil busana, juga ayun bahan saat model berjalan. Terutama untuk koleksi Denny Wirawan, Priyo Oktaviano, Ghea, dan perhiasan Hartadinata, perpaduan white cube dan mata kamera sangat baik menyampaikan narasi visual karya.
Desainer kawakan yang konsisten bekerja dengan wastra Nusantara dan baru saja merayakan 40 tahun karirnya dengan meluncurkan biografi, Ghea dan nafas bohemiannya tersampaikan dengan gamblang dalam penggalan video IPMI.
Secara keseluruhan pencahayaan dibesut dengan bagus, menguatkan tanpa mengalihkan fokus, terlihat khususnya dalam penggalan untuk koleksi Andreas Odang, Ivan Gunawan dan Sebastian Gunawan yang banyak menggunakan embellishments dalam helai-helai busananya.
Penggarapan musik juga baik, menghadirkan drama tanpa merusak rasa, terutama terwujud pada penggalan koleksi Eri Dani dan Didi Budiardjo, dua koleksi yang amat berbeda namun tetap terasa lenggok narasinya berkat musik yang pas.
Sebenarnya, dengan penggarapan yang terkonsepkan dan tersampaikan seapik ini, IPMI masih bisa memanjangkan 30-an detik per desainer agar narasi koleksi bisa lebih banyak tertuangkan ke layar. Barangkali untuk tahun depan?
ADVERTISEMENT
Di luar apa yang dipagelarkan dalam Trend Show 2021, ada beberapa koleksi anyar desainer-desainer IPMI yang lebih kuat menyasar realita keseharian pandemi yang teramat membatasi gerak dan kumpul publik.
Berkolaborasi dengan Conchita Home Décor, desainer senior Didi Budiardjo menelurkan koleksi kapsul yang sarat dengan aksesoris ringan berbahan shibori. Jeli melihat tren berolahraga di luar dan menjelajah alam seputar kota, Mel Ahyar menawarkan koleksi activewear, sebuah ceruk berpotensi yang jarang dilirik desainer Indonesia secara serius selama ini.
Tiada yang tahu pasti bagaimana dinamika dunia pada 2021 nanti, namun mengingat kerasnya deraan ekonomi pada jalannya bisnis mode tahun ini, tabik perlu diberikan bagi IPMI dan anggota-anggotanya yang tetap berdaya bersama sebagai sebuah organisasi untuk menawarkan ide-ide kreatifnya.
ADVERTISEMENT