Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mode: Menggeliat Bangkit dari Himpitan COVID-19
17 Agustus 2020 13:56 WIB
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak kasus positif pertama Indonesia diumumkan pada awal Maret lalu, dunia kreatif yang tidak dianggap kebutuhan primer seketika terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
Penenun tradisional tersengal-sengal karena pembeli dan moda transportasi mengering, desainer mode harus bersiasat cerdik demi tidak mati suri. Lebaran yang biasanya menjadi periode penjualan terbaik justru menjadi neraka tersendiri bagi banyak pelaku usaha kreatif, yang mayoritas berskala UKM, dalam membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR).
Namun kian banyak talenta mode yang menggeliat; mencoba mencari bentuk kreasi yang bisa dilakukan dan diterima di masa pandemi. Tidak mudah, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II 2020 tercatat -5,32% setelah pada Triwulan I hanya tercatat tumbuh 2,97%, cukup jauh dari kisaran pertumbuhan 5% pada periode-periode sebelumnya. Mari melihat beberapa inisiatif ini.
Fashion Revival Festival (FRF) diadakan pada awal Agustus 2020 oleh mesin yang memotori Jakarta Fashion Week (JFW). Mengambil format temu wicara dan pagelaran busana, talenta yang berpartisipasi sudah dikenal publik mode Indonesia terutama melalui JFW seperti Happa-happa, Rama Dauhan, Wilsen Willim, Purana, Kami, Jii, Amot Syamsurimuda, dan Ai Syarif. Bagaimana dengan karyanya? Pandemi dan segala aspeknya memang penuh unsur kebaruan, sehingga mayoritas desainer masih terlihat mencoba menafsirkan kebutuhan mode yang relevan-- kecuali Jii yang memang memakai kesempatan ini untuk merombak DNA labelnya menjadi pakaian santai yang lebih terjangkau. Merk busana santun Kami mengambil inspirasi dari "mugunghwa", bunga nasional Korea Selatan yang melambangkan keabadian, sebagai pengingat untuk tidak kehilangan iman di masa kegelapan. Mel Ahyar bersetia dengan tekstur dan seribu warnanya untuk Happa-happa, namun dalam siluet yang lebih longgar. Rama Dauhan menawarkan tekstil terolah dalam berbagai print yang menarik-- walau sejujurnya koleksi kapsulnya di awal tahun ini dengan Cotton Ink justru lebih selaras dengan kebutuhan busana rileks setelah pandemi.
Tema temu wicara yang diadakan sebenarnya cukup menarik, namun sama dengan pagelaran busananya, terkendala secara teknis. Sudut kamera jarang menangkap detail, suara dan lampu tidak sesuai untuk tampilan melalui gawai, dan karena ditayangkan langsung (live) tidak ada kesempatan untuk menyunting-ulang.
ADVERTISEMENT
Asia Newgen Fashion Award (ANFA), wahana penyaring potensi desainer baru di Asia yang diselenggarakan oleh majalah mode Harper's Bazaar, tetap digelar tahun ini walau secara daring. Memilih rekaman ketimbang tayang langsung, ANFA berhasil menyajikan karya-karya finalisnya dengan memikat. Tiap karya diberikan kesempatan untuk ditampilkan melalui beberap trik kamera dan latar grafis yang memungkinkan pemirsa melihat secara detail dan keseluruhan. Walau singkat, ada narasi yang melatarbelakangi tiap koleksi. Gaya pembawa acaranya pun dipilih yang mampu menjembatani pemirsa yang tak bisa ia ketahui reaksinya. Sebagai tontonan mode daring di Indonesia sejauh ini, ANFA lah yang mampu mengemas program dengan singkat, padat, dan secara visual memikat.
Nusantara Fashion Festival (NUFF) dimulai di awal Agustus 2020 dengan rentetan temu wicara, lelang amal dan diakhiri dengan pagelaran busana menjelang dan pada Hari Kemerdekaan. Diselenggarakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI), NUFF diposisikan sebagai wahana pagelaran digital untuk pekerja mode, pekerja seni, pebisnis skala kecil dan menengah (UKM), dan pasar daring (e-marketplace). Secara konsep berani mengambil risiko untuk mengawinkan banyak talenta kreatif yang sebelumnya belum sering berkolaborasi, apalagi dalam acara yang dimaksudkan untuk seketika mendorong pemirsa berbelanja (see now, buy now).
ADVERTISEMENT
Dalam keragaman topik temu wicara virtual, NUFF boleh diacungi jempol. Studio Moral bicara tentang filosofi kebajikan yang mendasari desain dan praktek bisnisnya. Franka Franklin dari Tulola Designs membagikan trik bagaimana merk perhiasan, yang biasa diapresiasi secara fisik, mendekati klien secara virtual selama pandemi. Sebagai bank pelat merah, BRI menunaikan tugas cukup baik untuk membahas paket bantuan UKM dari Pemerintah berupa transfer dana usaha langsung, kemudahan kredit bank dan pengurangan pajak. Dalam sesi merk denim, Darahbiru dan Pot Meets Pop berdialog lugas tentang idealisme pembuat tren versus realita di lapangan, sulitnya memulai label baru, wajibnya kolaborasi untuk bisa bertahan, dan bahwa kesinambungan penjualan terjadi bukan dari pertemanan namun dari konsumen yang terpuaskan. Bila NUFF menyimpan sesi temu wicara via Instagram Live ini dalam Instagram TV akan berguna bagi bukan cuma 300-an UKM peserta NUFF tapi juga UKM se-Indonesia.
Pagelaran busana virtualnya juga dikemas cukup menarik oleh tim kreatif yang dipimpin Jay Subyakto, salah satu talenta sutradara video terbaik di Indonesia. Kreasi desainer disandangkan dengan produk UKM, ditampilkan dalam seri video klip dengan perlakuan eksekusi yang berbeda namun tetap enak dipirsa sebagai suatu kesatuan. Desainer-desainer yang ditampilkan pun berkelas, mulai dari nama-nama populer seperti Danjyo Hiyoji, Rama Dauhan, Amot Syamsurimuda, Peggy Hartanto, IKYK, Soe Jakarta dan Tities Sapoetra, namun juga SeanSheila, Toton Januar dan Lulu Lutfi Labibi yang dikenal selektif dalam berpartisipasi. Walau jumlah penonton virtual hampir 30000 masih jauh dari target 5 juta, untuk ukuran proyek perdana NUFF cukup menyimpan potensi.
Di antara semua inisiatif di atas yang berbasis daring, pada awal Agustus ini Batik Chic justru memantapkan langkahnya di pasar luring dengan membuka butik baru di Menteng, butik keduanya di Jakarta setelah Kemang dan ketiganya di Indonesia setelah Surabaya. Pandemi hanya sedikit menunda namun tidak mematikan rencana yang sudah dimasak selama 3 tahun karena desainer Novita Yunus, yang sejauh ini dikenal cukup lincah dalam berbisnis, merasa yakin bahwa profil konsumennya lebih efektif digarap melalui kehadiran toko fisik. Mau tidak mau menekuni juga sisi penjualan daring selama pandemi, Novita Yunus mengakui kenaikan pesatnya sambil mencatat bahwa besarannya belum menutupi penurunan penjualan luring. Ditambahi dengan rasa tanggungjawab pada sepasukan besar pengrajin batik di baliknya, diperkuat dengan kenyataan bahwa pelanggan lama tetap berbelanja walau dalam jumlah yang menurun, Batik Chic memberanikan diri bertaruh dengan butik baru bernama White Heritage ini, yang uniknya berdekor biru.
Namun apakah lantas konsumsi mode seketika bisa didongkrak? Diwawancara dalam kesempatan terpisah, ekonom dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan bahwa kelas bawah bisa dinaikkan konsumsinya melalui bantuan langsung sedang kelas menengah melalui transfer tunai, namun kelas atas, yang sebenarnya punya tabungan cukup aman, baru akan kembali gencar berkonsumsi saat sudah merasa aman. "Ini krisis kesehatan, bukan krisis ekonomi," tegas beliau.
ADVERTISEMENT
Tentunya bukan berarti harus berdiam-diri, karena tidak ada juga yang tahu secara persis kapan pandemi akan berakhir. Bagi produsen, Pemerintah sudah mengeluarkan berbagai paket stimulus bisnis seperti yang disebut di atas. Bagi konsumen, NUFF dimaksudkan sebagai salahsatu stimulusnya. Sambil mengapresiasi beberapa inisiatif berani dari pelaku industri untuk keluar dari himpitan Covid-19, mari berharap bahwa stimulus untuk konsumen tidak akan berhenti di sini dan Pemerintah terus memperbaiki kinerja penanganan pandemi.