Mode: Menyiasati Pandemi Lebih Jauh dari Sehelai Masker Cantik

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
28 Juni 2020 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rekomendasi masker untuk tampil gaya saat kerja di era new normal. Foto: dok. Sissae Indonesia, Eureka, Pomelo
zoom-in-whitePerbesar
Rekomendasi masker untuk tampil gaya saat kerja di era new normal. Foto: dok. Sissae Indonesia, Eureka, Pomelo
ADVERTISEMENT
Pandemi yang kehadirannya di Indonesia resmi diumumkan Maret lalu telah memukul berbagai lini usaha di Indonesia terlepas dari kategori dan skalanya. Dunia kreatif, yang sering dianggap sebagai kebutuhan sekunder atau bahkan tersier, termasuk yang terhantam sejak awal.
ADVERTISEMENT
Mengutip Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan (2013-2014), yang diwawancara terpisah bulan April lalu, merk mode yang akan bertahan bila pandemi berkepanjangan adalah yang bisa menjawab tuntutan berpakaian dalam keadaan baru (new normal) hidup dengan virus tanpa obat dan vaksin, serta bisa menjual koleksinya secara daring.
Bagaimana kenyataan di lapangan?
Reaksi awal dari sederet desainer mode Indonesia adalah memproduksi masker kain. Hal ini masuk akal karena selain permintaan (demand) ada, aktivitas ini mengkaryakan kapasitas produksi yang menganggur (idle) demi masuknya arus kas dan menghindari PHK pekerja.
Dari sekian banyak masker desainer yang ditawarkan sejak April, Sofie dan Amot Syamsurimuda berhasil menyodorkan sebuah paket kesatuan gaya lebih dari sekadar "masker cantik".
Sofie mengeluarkan pasangan masker dan bucket hat yang desain motifnya senafas dengan koleksinya selama ini, sementara siluetnya, walaupun tentunya cocok untuk dikenakan dengan busana kreasi Sofie, tetap bisa disandingkan dengan pakaian lain. Amot Syamsurimuda mengeluarkan koleksi kapsul berupa seperangkat masker, kemeja, dan tas jinjing bersiluet klasik dalam motif grafis sesuai DNA desainnya selama ini.
ADVERTISEMENT
Sofie lebih dikenal untuk busana wanita sementara Amot Syamsurimuda fokus pada pakaian pria, namun koleksi pandemi mereka kali ini bersifat unisex dan mudah dikenakan. Tidak heran kedua desainer mengkonfirmasi bahwa penjualan koleksi ini, walau sebatas lewat Instagram. amat menggembirakan.
Setelan masker kain dan bucket hat desain Sofie. Dokumentasi: Sofie.
Setelan masker kain, kemeja dan tas jinjing desain Amot Syamsurimuda. Dokumentasi: Amot Syamsurimuda.
Sama seperti kedua merk di atas, Jii juga berusaha menyiasati perubahan pola hidup karena pandemi. Melihat fenomena bekerja dari rumah, Jii mengeluarkan beberapa gaun santai yang nyaman dikenakan di rumah dan masih pantas bila sesaat perlu keluar rumah. Dalam pakem mode, keempat gaun ini berada di antara kategori sundress dan housedress.
Tidak terlihat dimaksudkan sebagai kesatuan koleksi dan dijual di bawah rentang harga Jii selama ini, gaun-gaun ini disambut baik setiap diunggah di Instagram. Lebih jauh menurut Gloria Agatha, desainer di balik Jii, gaun-gaun ini adalah sekaligus proses bertahap perombakan DNA merk (rebranding) Jii menjadi label koleksi santai dengan harga amat terjangkau, sementara Gloria Agatha menyiapkan label baru yang lebih premium.
ADVERTISEMENT
Gaun santai desain Jii.Dokumentasi: Jii by Gloria Agatha.
Gaun santai desain Jii. Dokumentasi: Jii by Gloria Agatha.
Penyesuaian gaya hidup karena pandemi juga ada di benak Andreas Odang, desainer muda Indonesia yang menekuni adibusana, saat merancang koleksi Spring-Summer 2021. Mempertimbangkan bahwa pandemi saat itu belum hilang sementara jadwal kehidupan tak bisa lagi ditangguhkan, Andreas Odang menyasar segmen pernikahan berskala kecil yang tetap bercitarasa eksklusif.
Faktanya memang sekarang terbentuk tren upacara pernikahan yang disiarkan secara digital namun secara fisik hanya dihadiri keluarga dekat sesuai protokol pandemi. Pada mayoritas pernikahan-pernikahan ini, termasuk saat Tara Basro menikahi Daniel Adnan, pengantin dan keluarganya tetap berbusana khusus layaknya dalam acara pernikahan pra-pandemi.
Mengambil fotografi Irving Penn antara 1940-1950 sebagai inspirasinya, koleksi terbaru ini setia pada DNA Andreas Odang; terstruktur, namun feminin dan halus mengalir. Berbeda dengan kreasi-kreasi di atas yang mengandalkan dokumentasi sederhana, peluncuran koleksi terbaru Andreas Odang tetap disertai fotografi high-fashion walau sang desainer menjamin semua prosesnya memenuhi protokol jarak fisik.
ADVERTISEMENT
Nampaknya juga tanggap terhadap realita ekonomi, koleksi kali ini dipatok pada harga relatif lebih bersahabat dibanding biasanya. Menarik untuk dipantau apakah kelas konsumen yang selama ini terbiasa dengan gaun adibusana akan bereaksi positif terhadap opsi yang ditawarkan Andreas Odang ini.
Koleksi adibusana Spring Summer 2021 karya Andreas Odang. Dokumentasi: Andreas Odang.
Koleksi adibusana Spring Summer 2021 karya Andreas Odang. Dokumentasi: Andreas Odang.
Kita sudah bicara soal koleksi, bagaimana dengan penyampaiannya? Sejak dimulai di rumah-rumah mode Paris hampir seabad lalu, pagelaran busana adalah acara intim di mana undangan duduk sedekat mungkin dengan model demi menilai busana.
Beberapa dekade terakhir ini pagelaran busana menjadi ajang sosial tersendiri, sehingga undangan membeludak dan duduk makin merapat. Jelas cara ini tidak mungkin selama ada pandemi.
Shanghai dan Moskow, yang pekan modenya terjadwalkan Maret dan April lalu, saat SARS CoV-2 mulai menyebar keluar Asia, memindahkan acara ke ranah digital. London Fashion Week Men's, yang selalu digelar pada bulan Juni, melepaskan kata "Men's" dan menggelar acara secara digital pada pertengahan bulan ini untuk busana pria dan wanita. Paris dan Milan akan ikut menggelar pekan modenya secara digital bulan depan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, inisiatif serupa mulai tampak. Kembali ke Amot Syamsurimuda, desainer dan pengajar mode ini berkolaborasi dengan koreogrqfer mode terkemuka Edwan Handoko untuk memproduksi pagelaran koleksi tahunannya dalam bentuk video.
Didahului dengan temu pers dan penayangan khusus bagi media via Zoom, video pagelaran busana ditayangkan untuk publik melalui kanal Youtube pada awal minggu ini. Senada dengan Andreas Odang, Amot Syamsurimuda menjamin proses produksi video mematuhi protokol pandemi. Bedanya, koleksi tahunan ini telah disiapkan sebelum mulainya pandemi.
Koleksi tahunan 2020 Amot Syamsurimuda. Dokumentasi: Amot Syamsurimuda.
Koleksi tahunan 2020 Amot Syamsurimuda.Dokumentasi: Amot Syamsurimuda.
Tantangan bagi semua video adalah narasi, dan tantangan ekstra bagi video pagelaran busana adalah menunjukkan bagaimana pergerakan kain dan "rasa" dari keseluruhan tampilan (look). Pada eksperimen awalnya ini, Amot Syamsurimuda mampu menghasilkan klip yang menarik secara visual, dan penggemar busananya akan relatif mudah membayangkan realita dari koleksi baru itu melalui tampilan video, namun pekerjaan rumah bagi Amot Syamsurimuda adalah menyampaikan dengan lebih baik narasi di balik koleksi ini melalui lensa kamera.
ADVERTISEMENT
Di sini justru terbuka kesempatan bagi pekerja kreatif berketrampilan film untuk berkolaborasi dengan desainer mode dalam memproduksi video dari pagelaran busana yang sesungguhnya, lebih dari klip pembentuk mood yang umum diputar sebelum pagelaran busana, dan menjadikannya bukan saja memikat, namun juga bernarasi, ilustratif dan mampu menyampaikan "rasa" busana kepada calon pemakai.
Dengan tidak menentunya penghujung pandemi ini, tercermin dari revisi kesekian pertumbuhan ekonomi global yang dirilis badan moneter internasional IMF minggu ini, pekerja kreatif harus makin luwes berkolaborasi lintas-bidang agar mampu bertahan.
Merebaknya pandemi memang di luar kuasa, namun bila dilihat dari talenta-talenta mode Indonesia di atas, sejauh ini ada siasat dalam memupuk asa.