Konten dari Pengguna

Kolaborasi dalam Program Pertanian Berkelanjutan di Kecamatan Buahbatu, Bandung

Muhammad Achirul Nanda
Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas Padjadjaran
2 Juli 2024 7:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Achirul Nanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Muhammad Achirul Nanda, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
Dokumentasi kegiatan aksi sosial
Bandung — Pertumbuhan populasi dan meningkatnya kebutuhan pangan telah menimbulkan masalah lingkungan seperti polusi dan degradasi kualitas tanah. Untuk mengatasi tantangan ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) bekerja sama dengan Pusat Ilmu Lingkungan dan Keberlanjutan (CESS) meluncurkan program pertanian berkelanjutan yang terintegrasi dalam rencana pembangunan kota. Salah satu inisiatif utama adalah proyek Living Lab yang berfokus pada pelestarian praktik pertanian tradisional di kota.
ADVERTISEMENT
Kecamatan Buahbatu, yang terletak di Bandung, Jawa Barat, menjadi pusat utama dari inisiatif ini. Kecamatan ini mencakup wilayah pesisir Margasenang dan Cijawura, yang dikenal dengan sejarah pertanian yang kaya sejak tahun 1980-an. Dengan suhu rata-rata 23-32°C, daerah ini juga merupakan rumah bagi Situs Warisan Dunia UNESCO. Kelurahan Cijawura telah menjadi pusat pertanian dan perikanan yang vital, meskipun saat ini penduduk menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan tersebut.
Pada hari Sabtu, 22 Juni 2024, sebuah kegiatan kontribusi sosial diadakan di Buruan Sae Bougenville, Kelurahan Cijawura. Acara ini bertujuan untuk mendidik masyarakat tentang praktik pertanian berkelanjutan, termasuk teknik pembenihan, penanaman, dan pemupukan yang benar. Kegiatan ini dihadiri oleh 15 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk Ketua RW, Ketua RT, Ketua Buruan Sae, dan warga setempat. Kegiatan pengabdian ini merupakan salah satu aksi sosial dari Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) kelompok L39, di bawah bimbingan Bapak Dr. Muhammad Achirul Nanda, S.TP.
Pemberian sertifikat penghargaan oleh Bapak Dr. Muhammad Achirul Nanda, S.TP.
Kegiatan Pengabdian
ADVERTISEMENT
Kegiatan pertama dimulai dengan edukasi cara pembenihan yang benar, baik pada media tanah maupun hidroponik. Pengabdian ini memberikan pengetahuan mendalam tentang teknik pembenihan yang efektif untuk menghasilkan tanaman berkualitas. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama sesi tanya jawab. Selanjutnya, kegiatan berlanjut dengan sosialisasi dan demonstrasi tentang berbagai jenis pupuk, termasuk pupuk NPK, pupuk POC, pupuk kompos bag, dan pupuk kasgot. Pupuk kasgot, yang berasal dari sersa ulat maggot, diperkenalkan sebagai solusi ramah lingkungan yang dapat mengurangi biaya input petani. Selain itu, pengabdian ini juga memberikan demonstrasi praktis tentang pembuatan kompos bag dan penggunaan pupuk organik dari limbah sampah.
Pemanfaatan Pupuk Organik Ramah Lingkungan
Salah satu tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlangsungan pengolahan lahan pertanian. Mahasiswa, dosen, dan warga berdiskusi tentang cara memanfaatkan sampah organik, seperti daun-daun yang dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk kompos. Inovasi lainnya termasuk penggunaan air bekas cucian beras sebagai pupuk cair organik (POC). Acara ini diakhiri dengan kegiatan gotong-royong, di mana mahasiswa dan warga bekerja sama untuk mengumpulkan sampah dedaunan di lahan pertanian Buruan Sae Bougenville. Sampah ini kemudian dimasukkan ke dalam kompos bag untuk digunakan sebagai pupuk di masa depan. Kegiatan ini tidak hanya membantu mengurangi limbah tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian dengan biaya yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Hasil dan Dampak
Hasil dari kegiatan ini sangat positif. Masyarakat kini memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang teknik pembenihan dan pemupukan yang ramah lingkungan. Upaya ini juga membantu mengurangi biaya input pertanian, mengurangi limbah, dan menjaga ekosistem lokal. Kolaborasi antara mahasiswa, dosen, CESS, dan Kelompok Buruan Sae Bougenville akan terus berlanjut untuk memastikan keberhasilan program pertanian berkelanjutan ini.