Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Teknologi: Peluang Sekaligus Tantangan JNE di Masa Datang
10 Mei 2023 20:22 WIB
Tulisan dari M Adib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara soal teknologi pasti tak akan ada habisnya, terus berkembang tiap detik tanpa henti-hentinya. Teknologi yang ada sekarang semakin mempermudah kehidupan manusia bahkan sudah ada yang mampu untuk menggantikan tugas-tugas manusia.
ADVERTISEMENT
Ya, itulah digitalisasi. Suatu transformasi proses bisnis dari yang sebelumnya menggunakan sistem konvensional atau manual menjadi terkomputerisasi atau bahkan terinternetisasi (cloud integration). Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus adaptif dan berusaha mengikuti tren perkembangan teknologi agar tak tertinggal baik dari kompetitor bisnisnya maupun era teknologi itu sendiri.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam kuliah umum di Universitas Pendidikan (UPI) beberapa waktu lalu mengatakan berdasarkan riset yang dilakukan di Amerika, Jerman dan Australia akan banyak pekerjaan yang lenyap pada tahun 2030 nanti. Biang kerok utamanya adalah digitalisasi. Sistem kerja, budaya kerja dan tata pamong perusahaan juga ikut berganti akibat digitalisasi yang semakin menjadi-jadi. Diantara 9 jenis pekerjaan yang akan hilang di tahun 2030 nanti diantaranya adalah tenaga jasa transportasi, tenaga produksi non-auto, administrasi perkantoran, jasa konstruksi dan ekstraksi hingga sales di bidang terkait.
ADVERTISEMENT
Tentunya ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku industri, bagaimana menciptakan SDM yang tech-savvy. Erick juga memaparkan peluang kerja sebanyak 17 juta yang bisa diraih di tahun 2024. Sekali lagi, tech-savvy menjadi koentji.
JNE sebagai salah satu industri logistik terbesar pasti terus mengamati dan beradaptasi dengan tren teknologi di bidang logistik. Mulai dari penggunaan Oracle Management Cloud yang berfungsi sebagai Smart Shipping System, yang mengontrol layanan JNE seperti track and trace pada layanan pengiriman express. MyJNE semakin melengkapi kemudahan masyarakat dalam monitoring pengiriman barang dalam satu genggaman. Sistem pembayaran cashless dan COD mendukung kebutuhan yang diinginkan masyarakat.
Teknologi semakin berkembang, perusahaan besar mulai mengembangkan robot dan machine learning untuk memaksimalkan core bisnis perusahaan. Amazon misalnya menggunakan drone otonom yang dilengkapi dengan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan untuk mengantarkan produk langsung kepada pelanggan dengan cakupan daerah tertentu. Beban maksimal 2-3 kg dengan dikontrol penuh oleh tenaga manusia (kontrol jarak jauh). Perusahaan start up di Tiongkok bernama Neolix memproduksi massal mobil otonom pengirim barang (self-driving delivery vehicles/autonomous delivery vehicle). Berbentuk mobil van mini yang praktis dan efisien tanpa memerlukan adanya driver. Mampu menimimalkan biaya logistik, mengurangi human errors dan tentunya efisien.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana kira-kira forecasting sistem kerja JNE di masa datang? JNE memiliki 50 ribu total karyawan, mitra kerja dan agen. Armada 10 ribu lebih dari berbagai jenis kenderaan dan 8 ribu titik layanan. Apakah ini akan terus bertahan? semakin bertambah? atau akan ada reposisi dalam 10-20 tahun kedepan? lantas bagaimana dengan nasib tenaga manusia?
Pertanyaan yang tentunya tak mudah untuk diuraikan, Indonesia merupakan negara dengan kondisi geografis yang terdiri 17 ribu pulau lengkap dengan lautan luas dan gunung-gunung yang tinggi. Itulah faktanya, industri logistik dengan segala cara harus memutar otak untuk dapat meminimalisir biaya distribusi yang tinggi dan memaksimalkan pendapatan. Driver atau supir saat ini masih menjadi andalan sebagai solusi. Namun sekali lagi, bagaimana dengan 10 atau 20 tahun kedepan? dimana teknologi berubah secepat kilat yang tentunya akan memaksa perusahaan untuk merubah cara kerjanya. Seperti layaknya pandemi covid-19 yang ampuh merubah cara hidup seluruh manusia di dunia.
ADVERTISEMENT
Teknologi, inilah kunci perubahan. Perubahan yang akan membawa pada peradaban bisnis di masa depan. Banyak yang akan berubah dengan teknologi termasuk bisnis. Sekarang saya akan jelaskan teknologi-teknologi yang berpotensi meningkatkan efektifitas JNE dalam melakukan proses distribusi barang.
Ada 3 teknologi yang potensial JNE gunakan dalam bisnisnya di masa depan:
1. Delivery Drone yang dilengkapi dengan AI
Saya yakin 5-10 tahun yang akan datang drone pengantar barang (delivery drone) akan menjadi sebuah keniscayaan. Drone yang dilengkap dengan kecerdasan buatan (AI) akan menjadi ‘senjata’ efektif dalam industri logistik dalam menyelesaikan masalah pengiriman barang ke pelanggan. Tak perlu repot dengan driver dan kenderaannya, drone akan langsung datang ke rumah anda lengkap dengan pesanan yang diinginkan. Amazon dengan drone Prime Air Fleet-nya, DHL dengan paketkopter-nya dan Google dengan drone Wing-nya. Sekarang yang akan menjadi pembeda adalah kualitas dari drone tersebut, terutama dari aspek keamanan (security), keselamatan (safety) dan tentunya kehandalan (reliability). Tiga hal ini menjadi syarat utama agar drone bisa digunakan secara komersial. Semakin jauh jarak tempuh yang bisa dijangkau maka semakin luas pula cakupan pengiriman barang yang bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT
Tak menutup kemungkinan JNE akan mampu melakukan ini dengan segala sumber daya yang dimiliknya. Saya berandai-andai jika nanti JNE sukses merilis drone perdana miliknya (aamiin), saya akan menyematkan nama C-Happy dengan panggilan akrabnya Si-Hepi. Nama ini berasal dari motto JNE sendiri yaitu Connecting Happiness. Cakep gak kira-kira?
2. Kenderaan tanpa pengemudi (autonomous vehicle/driverless vehicle)
Sesuai dengan hasil temuan yang disebutkan Pak Erick di atas, tenaga jasa transportasi akan menjadi ‘tumbal’ dari salah satu profesi yang akan lenyap di 2030 nanti. Kenapa demikian? karena perusahaan logistik mulai berlomba-lomba mengembangkan kenderaan tanpa pengemudi (driverless vehicle). Perusahaan robotika asal Amerika Nuro bahkan sukses mengembangkan mobil tanpa awak generasi ke-3 dengan nama Nuro R-3. Kenderaan mini ini dirancang untuk memudahkan aktifitas berbelanja atau mengirim barang-barang. Ada juga perusahaan asal Cina Baidu, mobil tanpa pengemudi mereka Apollo RT6 mengklaim memiliki kemampuan setara dengan pengemudi yang memiliki pengalaman 20 tahun. Mobil yang dilengkapi dengan 38 sensor diantaranya sensor ultrasonik, sensor kamera dan sensor light detection and ranging (lidar) dijual dengan harga 250 ribu yuan atau seharga 554 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
Perusahaan berlomba-lomba dengan caranya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, saya melihat ada potensi untuk JNE menggunakan driverless vehicle, walaupun memang akan banyak sekali kendala yang akan dihadapi. Apakah ada kenderaan tanpa pengemudi yang memiliki kapabilitas untuk mengirimkan barang dari dari satu daerah ke daerah yang lain yang jaraknya sangat jauh? misalnya dari ujung barat Jawa seperti Banten ke ujung timur Jawa seperti Banyuwangi. Masih diperlukan kajian mendalam apakah driverless vehicle tersebut mampu, walaupun tak menutup kemungkinan di masa depan ada teknologi yang menjangkau hal tersebut. Untuk sementara ini menurut saya driverless vehicle masih relevan jika dilakukan dalam lingkup satu kota atau dua kota yang saling berdekatan.
3. Robot
Banyak perusahaan yang menggunakan robot untuk memaksimalkan proses bisnis, dan saya yakin JNE tak akan menyia-nyiakan potensi robot dalam mempercepat proses distribusi barang. Walaupun saya tidak melihat secara langsung tapi saya yakin JNE menggunakan teknologi robot, mungkin robot dengan teknologi AI yang bisa memilah paket secara otomatis sesuai dengan gudang wilayah terdekat yang ada di setiap daerah pelanggan. Bukan hanya waktu pemilahan di gudang pusat jadi lebih efisien, tentunya human errors juga bisa diminimalisir. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari pemanfaatan teknologi robot dan saya yakin JNE memiliki teknologi robot.
ADVERTISEMENT
Bagaimana nasib karyawan?
Saya berandai-andai jika JNE sukses mengaplikasikan 3 teknologi diatas entah itu 10-20 tahun mendatang, apakah akan ada penyesuaian karyawan? saya yakin pasti ada. Teknologi yang tepat pasti akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Itu sudah hukum alam, mungkin tidak semua karyawan tapi pasti akan berefek terhadap sebagian karyawan di beberapa divisi tertentu. Namun ada opsi yang bisa perusahaan ambil untuk meminimalkan penyesuaian karyawan.
Pertama, mereposisi mereka menjadi teknisi atau operator drone. Drone merupakan perangkat teknologi yang tidak murah, harganya sebanding dengan kualitasnya. Untuk itu harus dipegang oleh yang ahlinya, perusahaan harus memberikan pelatihan intensif hingga mendapatkan lisensi kompetensi drone dari APDI (Asosiasi Pilot Drone Indonesia) agar mampu menjadi seorang drone-man profesional. Kedua, segala hal yang berkaitan dengan mobil tanpa pengemudi (driverless vehicle) seperti mekanik, body repairing dan lainnya. Ketiga karyawan di reposisi sesuai dengan kebutuhan pihak manajemen.
ADVERTISEMENT
Terakhir, semoga di hari jadi ke-32 JNE semakin nyata membangun negeri, bersinergi dan membangun kembali ekonomi dengan hati.