Selamatkan Grup WhatsApp Keluarga dari Isu Hoaks Virus Corona

M Agung Akbar
Akademisi, Peneliti, dan Penulis. Doctor of Nursing Student, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
28 Januari 2020 9:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Agung Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sebaran hoax melalui whatsapp
zoom-in-whitePerbesar
sebaran hoax melalui whatsapp
ADVERTISEMENT
Paparan isu hoaks tak pernah berhenti menghujani media daring di tanah air. Inilah yang terkadang membuat pemerintah selalu membatasi akses internet di suatu wilayah yang sedang mengalami konflik agar dapat membendung berita-berita palsu yang bisa memperkeruh suasana. Indonesia sebagai salah satu pengguna layanan internet yang terbesar di dunia juga mengalami hal serupa baik kejadian di daerah, nasional, maupun international tidak luput dari berita hoaks.
ADVERTISEMENT
Isu hoaks tak henti-hentinya hadir di tengah-tengah masyarakat di Indonesia. Hoaks merupakan suatu bentuk karya cipta dari seseorang yang tidak benar atau bohong namun dituliskan secara real atau seolah-olah nyata yang dikemas dalam bingkai-bingkai ilmiah untuk memojokkan seseorang maupun kelompok. Berita bohong yang terjadi ini dapat memecah belah suatu kaum akibat terpancing dari tulisan-tulisan maupun gambar yang memprovokasi di atas kebohongan.
Hoaks berupa suatu bentuk tulisan yang tidak ilmiah yang seakan-akan dibuat ilmiah. Penyusunan kata-kata maupun mendeskripsikan menggunakan gambar yang seolah menjadi keadaan yang sebenarnya itu dibuat oleh orang yang mempunyai kemampuan yang baik sehingga dapat mempengaruhi orang lain dalam beritanya. Maka tidak heran jika hoaks diciptakan oleh orang-orang pintar kemudian disebarkan oleh orang-orang yang termakan oleh isunya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan zaman saat ini merupakan sebuah bentuk inovasi terbarukan di era millenium. Apalagi era aplikasi media sosial mulai marak berkembang, informasi mulai gencar-gencarnya tersebar entah oleh siapa untuk siapa benar atau tidaknya pun tidak diketahui. Dengan atas azas kebebasan menyebarkan informasi semuanya bebas menyebarluaskan semua opini-opini baik itu dari individu, sebuah komunitas, ataupun sebuah media-media yang telah dibuat untuk hal itu. Sayangnya, kemudahan ‘sharing’ di media sosial ini tidak didahulukan dengan ‘saring informasi’ terlebih dahulu.
Fenomena perkembangan virus corona yang terjadi di Wuhan China yang menggemparkan dunia juga mengalami hal sama yaitu dengan adanya berita-berita palsu yang ikut tersebar. Banyaknya berita ini mudah masuk ke media sosial seperti Facebook, WhatsApp group, dan Instagram yang telah dikemas dengan sedemikian rupa seolah-olah kejadian yang benar-benar terjadi untuk membuat panik masyarakat mengenai virus corona.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hoaks yang saat ini beredar di tengah-tengah masyarakat tentang isu virus corona, contohnya sebagai berikut :
Ini merupakan salah satu contoh yang saat ini banyak beredar di Facebook maupun group WhatsApp. Faktanya, sampai saat ini belum ditemukan pengobatan medis dalam penyembuhan penderita virus corona. Hal ini pun ditekankan oleh Kemenkes RI melalui akun media sosialnya jika virus corona tersebut belum ada pengobatannya dan hingga saat ini masih diteliti lebih lanjut.
Kepanikan tentang isu virus corona di tanah air juga makin menjadi-jadi. Pasalnya, tidak hanya sampai di situ saja. Isu hoaks pun diberitakan jika virus corona tersebut dapat ditularkan melalui handphone produkan china seperti yang tertera pada gambar di bawah ini :
Menanggapi hal itu Kementerian Kesehatan RI meluruskan isu yang beredar di masyarakat jika virus corona bisa menyebar melalui barang-barang impor dari China.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes, Achmad Yurianto, menjelaskan virus corona tidak akan pernah bisa hidup jika menempel di benda mati sehingga masyarakat tidak perlu takut menggunakan barang-barang dari China.
"Virus ini hanya bisa hidup di sel hidup, oleh karena itu terkait dengan barang-barang dan sebagainya sudah dengan tentu ini bukan sel hidup, sehingga ini juga akan mati sehingga sangat tidak memungkinkan kalau ini menular melalui barang-barang, pakaian atau produk apa pun sehingga ini juga harus kami jelaskan ke masyarakat tidak perlu takut berlebihan terkait itu," kata Achmad dalam konferensi pers di Kemenlu, Jakarta Pusat, Senin (27/1/2020).
Dari kedua contoh berita hoaks di atas, didapatkan dari grup media sosial yang saat ini dengan menggunakan fitur ‘sharing’ nya dapat memudahkan pengguna berbagi dengan siapa pun dalam hitungan detik saja. Edukasi pada masyarakat mengenai penyebaran informasi di media online harus dapat diberikan pengetahuan yang memadai agar tidak mudah membagikan berita-berita yang belum terbukti kebenarannya. Isu hoaks yang dibuat dan diedarkan hanya untuk membuat kegaduhan di tengah kisruh global yang saat ini menjadi perhatian dunia.
ADVERTISEMENT
Penggunaan smartphone harus diimbangi dengan pengguna yang ‘smart’ juga. Utamakan untuk memeriksa informasi yang diterima dengan mengandalkan akun-akun atau berita dari lembaga yang terpercaya karena saat ini pembuatan akun palsu sangat mudah untuk dilakukan. Kaum milenial harus ikut andil dalam menjaga penyebaran isu-isu hoaks yang saat ini banyak tersebar dari grup WhatsApp keluarga. Maka ‘saringlah’ berita yang didapat sebelum kita men’share’kannya kepada orang lain. Mulailah untuk berhenti menyebar berita-berita bohong yang dapat memprovokasi karena isu-isu kebohongan tersebut harus dilawan dengan pemahaman serta pengetahuan informasi yang luas. Maka bijaklah bersosial media mulai dari diri sendiri atau mulai dari grup whatsapp keluargamu sendiri.