Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ibnu Batutah: Sang Penjelajah Muslim yang Pernah Singgah di Indonesia
9 Juni 2020 11:36 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Muh Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin dari kita pernah mendengar nama Marco polo, seorang penjelajah asal kota Venesia, italia yang sangat terkenal karena menapaki jejaknya di benua asia melalui jalur sutera. Tapi, tahukah kalian? bahwasannya di kalangan umat islam ada seorang penjelajah mahsyur yang mengarungi lautan dan menapaki jejaknya pada berbagai belahan benua di dunia ini. Ya, namanya adalah Ibnu Batutah.
ADVERTISEMENT
Abu ‘Abdallah Muhammad Ibn’ Abdallah ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Lawati Ibn Battuta atau sapaan singkat yakni Ibnu Batutah lahir pada 25 Februari 1304. Ia besar dalam keluarga keturunan suku Berber yang terkenal dengan nama suku Lawata.
Semasa di di Maroko, Ibnu Batutah serta beberapa keluarga dekatnya mendapat pendidikan ilmu hukum, meskipun kota yang di tinggali Ibnu Batutah, yakni kota Tangier bukanlah pusat kebudayaan dan pendidikan waktu itu.
Namun, Tangier tetap punya keluarga-keluarga cendekiawan, pejabat agama di masjid-masjid dan lembaga agama lainnya, pejabat administrasi, penasihat hukum dan hakim, serta guru dan guru besar bagi para putera keluarga kaya dari kalangan pedagang dan tuan tanah.
Ibnu Battuta mengembara dengan keledainya meninggalkan kota kelahirannya di Tangier, Maroko. Ia pergi seorang diri ke arah timur di sepanjang wilayah Afrika Utara, melewati lembah sungai dan daratan-daratan kering yang diapit serangkaian pegunungan. Ketika meninggalkan rumah, Ibnu Batutah berusia 21 tahun.
ADVERTISEMENT
Gairahnya berpetualang ke dunia luar begitu membara. Ia berharap bisa belajar lebih banyak. Dalam buku yang dia tulis berjudul Rihla, Ibnu Batutah mengungkapkan alasan mengapa dia meninggalkan kota kelahirannya dan memutuskan menjelajah yakni “Tujuanku untuk berziarah ke Kabah (di Makkah), dan untuk mengunjungi makam Nabi”.
Dengan keyakinan inilah Ibnu Batutah menjelajahi panasnya Afrika Utara untuk Sampai ke Kota yang menjadi tujuan hampir seluruh umat muslim di dunia sampai saat ini, yakni Kota Mekkah al mukorromah.
Selepas dari China, Ibnu Batutah kembali lagi ke kampung halamannya di Kota Tangier, Maroko. Sempat mengganti kapalnya di Sumatra dan bertemu Sultan Malik Al-zahir yang merupakan anak dari Sultan Malikul Saleh sang pendiri dinasti Samudra Pasai. Ibnu Batutah pun kembali ke negeri asalnya, sebelum kembali dia sempat singgah di Kota Granada, Andalusia dan bertemu seorang bernama Ibn Juzayy yang nantinya mencatat perjalanan Ibnu Batutah dan diberi nama Rihla.
ADVERTISEMENT
Mengutip perkataan sejarawan Ross E. Dunn yang konsen akan pribadi Ibn Batutah memberi keterangan bahwa Ibnu Batutah wafat antara tahun 1368 dan 1369 dengan lokasi makam yang tidak pasti.
Dengan mencatatkan penjelajahan yang memakan waktu kurang lebih 29 tahun dan mencapai 120.700 Km. Ibnu Batutah pun sering bersanding gelar dengan Marco Polo sebagai Penjelajah terhebat sepanjang sejarah.
Berkat penjelajahan yang dilakukan Ibnu Batutah secara langsung maupun tidak langsung memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan terutama Ilmu Geografi dan Kartografi.
Live Update