Memahami Kota dengan Sosiologi

Muh Akbar
An ordinary person who studying sociology, education, and political science.
Konten dari Pengguna
16 September 2020 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Unsplash.com/JacekDylag)
zoom-in-whitePerbesar
(Unsplash.com/JacekDylag)
ADVERTISEMENT
Kota, apa itu kota?, Apakah sebuah tempat dimana gedung-gedung tinggi dibangun? Apakah sebuah wilayah dengan masyarakat yang individualis?Ataukah kota adalah tempat dimana kita dapat menemukan seribu satu masalah sekaligis kebaikan didalamnya? Entahlah. Secuil pertanyaan tersebut lahir ketika saya melihat masalah demi masalah bertebaran di sudut-sudut kota.
ADVERTISEMENT
Sebelum kita melanjutkan bahsan kali ini, ada baiknya memahami terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan kota. Banyak pendapat dari para ahli tentang definisi dari kota itu sendiri. Namun, pendapat Bintarto dalam buku Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya (1984) bisa jadi kesimpulan sementara, menurutnya kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis.
Sesuai judul pada tulisan kali ini, penulis mencoba menerangkan bagaimana melihat sebua kota dari sudut pandang berbeda, unik, dan tentu saja ilmiah. Menggunakan sudut pandang sosiologi sebagai unit analisis dalam membedah sebuah kota pada dasarnya diperlukan pada setiap lapisan masyarakat agar memahami kota secara utuh dan kritis terhadap apa yang terjadi. Sebelum kita melanjutan pembahasan, kita perlu memahami yang dimaksud sosiologi.
ADVERTISEMENT
Sosiologi pada mulanya sebuah ilmu yang mencoba mengurai dan menjelaskan dunia sosial secara kafah. Banyak perdebatan diantara Sosiolog tentang apa yang dimaksud dengan Sosiologi. Secara etimologi dan terminologi Sosiologi terdiri dari perpaduan bahasa Yunani dan Latin, Socius dari kata latin yang berarti "Kawan" dan Logos yang berarti "Ilmu pengetahuan". Apabila kedua kata tersebut digabungkan dan diterjemahkan secara eksplisit akan terdengar aneh, tetapi apabila dipahami secara utuh, kita dapat menemukan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari relasi antar manusia (interaksi) dalam lingkup sosial.
Seiring perkembangan zaman, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri, memiliki beragam teori, dan pandangan tersendiri terhadap fenomena sosial yang ada. Adagium sosiologi adalah "ilmu keranjang sampah" ada benarnya, ilmu keranjang sampah memberi artian terhadap sosiologi sebagai sebuah cabang ilmu yang dapat mengkaji segalanya, bahkan dalam buku Sosiologi: The Basic (2011) karangan Ken Plummer ada sebuah kajian Sosiologi terhadap Tomat, Toilet dan Telepon, betapa uniknya ilmu yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran apabila kota dijadikan sebuah objek studi dalam sosiologi dan dinamakan Sosiologi Perkotaan. Namun, dalam bahasa inggris nama studi ini bukanlah City Sociology tetapi Urban Sociology, hal ini mengacu pada kata Urban yang merujuk pada ciri dan cara hidup yang khas memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern dan dapat disebut daerah perkotaan, selain itu tidak semua City (apalagi Town) mempunyai kehidupan Urban.
Melihat Perkotaan (kota) dari aspek masyarakatnya merupakan salah satu dari komponen utama dalam melihat kota secara keseluruhan, Akan tetapi aspek Sosiologis dari kota juga merupakan yang paling vital diantara yang lain. Salah satunya menggunakan cara pandang Sosiologi dalam melihat kemiskinan kota dan kawasan kumuh. Kemiskinan dan kawasan kumuh seringkali dipersepsikan sebagai "aib" sebuah kota dan harus diatasi atau paling tidak jangan diperlihatkan kepada khalayak umum terutama turis asing.
(AP Photo/Bullit Marquez)
Menggunakan sudut pandang Sosiologi kita dapat mengurai ada sebuah permasalahan yang tidak nampak dipermukaan, ada struktur atau sebuah "konspirasi" pada masyarakat yang mungkin saja menjadi sebab utama kemiskinan atau bahkan dimiskinkan, meskipun hipotesa itu memerlukan penelitian yang lebih lanjut, cobalah menggunakan Teori Struktural fungsional yang diprakarsai oleh Talcott Parson dan Sosiolog Amerika lainnya dan Teori Kelas oleh Karl Marx yang terkenal itu dalam melihat sebuah kemiskinan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Masyarakat yang begitu kompleks dan majemuk adalah salah satu ciri sebuah kota, dengan kehadiran bermacam suku, ras, golongan, agama, dan sebagainya membuat kota sebagai basis multikultural dan keberagaman sekaligus sebagai ladang konflik yang amat serius, penggunaan perspektif Sosiologi disini diperuntukkan dalam menelaah, mengidentifikasi, dan memahami secara utuh sebuah tatanan masyarakat akibat kemajemukan, dan sampailah kita pada kesimpulan bahwa konflik akan terus ada selama masyarakat masih ada.
Mengapa demikian? Mengutip kembali Ken Plummer dalam Sosiologi: the basic (2011) bahwa beberapa pakar seperti Simmel, bahkan pernah menyebutkan konflik bersifat endemis disetiap interaksi manusia dan dapat dijumpai di semua tempat dalam kehidupan sehari-hari, dan bahkan beberapa pakar lainnya mewajarkan adanya sebuah konflik karena itu bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Sosiologipun adalah ilmu yang tepat dalam penyelidikan mendalam terhadap masyarakat yang begitu kompleks dan penuh akan dinamika.
ADVERTISEMENT
Pengantar singkat dan contoh yang penulis paparkan kiranya hanya secuil penjelasan dalam menggunakan sosiologi sebagai pandangan dalam memahami objek (kajian), terkhusus perkotaan. Sosiologi menjadi unit analisis alternatif dalam menyikapi isu-isu perkotaan ditengah kehidupan modern yang menggeser nilai-nilai, tradisi, dan perubahan sosial dalam waktu yang terbilang singkat dan cepat. Sosiologi diharapkan menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa terjawab oleh ilmu pengetahuan lainnya, dan perlunya untuk membaca buku-buku Sosiologi atau Sosiologi Perkotaan untuk pengetahuan lanjutan atas Essai ini. Terima kasih.